Ini alasan RSUD Tarakan 'tahan' pasien di IGD
A
A
A
Sindonews.com - Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan angkat bicara terkait keluhan dari sejumlah pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang mengaku tidak diberikan ruang pelayanan dan fasilitas ruang rawat inap kelas III di rumah sakitnya.
"Pasien tanpa identitas saja masih kita layani. Kita selalu kedepankan life serving, pertolongan pertama. Masyarakat yang masuk IGD semua harus ditolong," kata Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD Tarakan, Drg Maria Margaretha kepada Sindonews, Jumat (8/11/2013).
Maria menerangkan, persoalan ini muncul karena tidak mengertinya pasien jika penanganan di ruang Intensive and Critical Care Unit (ICCU) rumah sakit harus menunggu. Karena itulah, mereka yang datang dengan kondisi kritis diberikan penanganan di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Lebih lanjut Maria memaparkan, penempatan pasien KJS di ruang rawat inap kelas III, tidak bisa serta merta langsung dilakukan. Sebab, pihaknya harus melihat lebih dahulu penyakit yang diidap pasien.
"Kalau pun kelas III kosong, kita harus lihat penyakit pasien dulu. Tidak mungkin ruangan itu kita gabung antara pasien non infeksi dengan yang infeksi, nanti bisa ketularan," jelasnya.
Menurutnya, hal inilah yang terkadang tidak dipahami para pasien. RSUD Tarakan, pada prinsipnya mengutamakan pertolongan terhadap pasien. Bahkan di rumah sakitnya ini, 80 persen pasiennya berasal dari pemegang KJS.
"Kita justru banyak tangani pasien KJS di sini, 80 persen jumlahnya. Jadi tidak ada itu diskriminatif," tegasnya.
Drg Maria menambahkan, hingga hari ini jumlah pasien KJS yang ditangani di IGD ada sekitar 20 orang. Sejak tiba di rumah sakitnya, mereka diberikan penangan dan perawatan layaknya pasien lainnya hingga mendapatkan tempat di ruang rawat inap.
"Kalau hari ini ada 20 pasien KJS yang masih dirawat di IGD. Mereka tidak diberikan velbed, karena memang tidak perlu," tukasnya.
"Pasien tanpa identitas saja masih kita layani. Kita selalu kedepankan life serving, pertolongan pertama. Masyarakat yang masuk IGD semua harus ditolong," kata Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD Tarakan, Drg Maria Margaretha kepada Sindonews, Jumat (8/11/2013).
Maria menerangkan, persoalan ini muncul karena tidak mengertinya pasien jika penanganan di ruang Intensive and Critical Care Unit (ICCU) rumah sakit harus menunggu. Karena itulah, mereka yang datang dengan kondisi kritis diberikan penanganan di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Lebih lanjut Maria memaparkan, penempatan pasien KJS di ruang rawat inap kelas III, tidak bisa serta merta langsung dilakukan. Sebab, pihaknya harus melihat lebih dahulu penyakit yang diidap pasien.
"Kalau pun kelas III kosong, kita harus lihat penyakit pasien dulu. Tidak mungkin ruangan itu kita gabung antara pasien non infeksi dengan yang infeksi, nanti bisa ketularan," jelasnya.
Menurutnya, hal inilah yang terkadang tidak dipahami para pasien. RSUD Tarakan, pada prinsipnya mengutamakan pertolongan terhadap pasien. Bahkan di rumah sakitnya ini, 80 persen pasiennya berasal dari pemegang KJS.
"Kita justru banyak tangani pasien KJS di sini, 80 persen jumlahnya. Jadi tidak ada itu diskriminatif," tegasnya.
Drg Maria menambahkan, hingga hari ini jumlah pasien KJS yang ditangani di IGD ada sekitar 20 orang. Sejak tiba di rumah sakitnya, mereka diberikan penangan dan perawatan layaknya pasien lainnya hingga mendapatkan tempat di ruang rawat inap.
"Kalau hari ini ada 20 pasien KJS yang masih dirawat di IGD. Mereka tidak diberikan velbed, karena memang tidak perlu," tukasnya.
(ysw)