Ini faktor tawuran terus meningkat

Sabtu, 05 Oktober 2013 - 10:40 WIB
Ini faktor tawuran terus...
Ini faktor tawuran terus meningkat
A A A
Sindonews.com - Tawuran pelajar di Indonesia khususnya di Jakarta saat ini terbilang cukup berani dan sporadis. Hal tersebut terlihat dari aksi tawuran berupa penyiraman air keras yang terjadi di daerah Jatinegara Barat, Jakarta Timur, Jumat 4 Oktober 2013.

Perkembangan aksi tawuran yang anarkis itu pun ternyata dapat dipicu oleh beberapa faktor.

Pengamat sosial budaya Devie Rahmawati memaparkan, salah satu penyebab utama dari tawuran yang masih mengakar sampai saat ini dapat dikatakan adalah identitas dan tradisi.

"Ini terlihat dari pola bagaimana tawuran biasanya terjadi diantara dua atau lebih sekolah yang memendam ketegangan lama," kata Devi saat berbincang dengan Sindonews, Sabtu (5/10/2013).

Pengamat dari Universitas Indonesia ini juga mengatakan, perselisihan yang menahun atau bahkan bertahan puluhan tahun itu diwariskan kepada murid-murid baru atau generasi selanjutnya.

Sebagai contoh, kata dia, di salah satu sekolah yang sering tawuran di Jakarta, nyaris semua anaknya mengenal bagaimana cara menggunakan gesper sebagai senjata untuk menyerang lawannya.

"Ada tradisi kekerasan yang terwariskan dengan kuat secara turun-temurun. Saya pernah menemukan para alumninya membanggakan bagaimana sekolah mereka dulu berani menyerang sekolah-sekolah lainnya dan disegani karena ketangguhan fisiknya," ungkapnya.

Selain itu, aspek lainnya penyebab tawuran menurut Devie adalah bisa berasal dari pertambahan penduduk di Jakarta. Menurut data Pusat Pengendalian Gangguan Sosial DKI Jakarta, pada 2009 0,08 persen atau 1.318 dari 1.647.835 siswa SD, SMP, dan SMA di DKI Jakarta terlibat tawuran, dan angka ini meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.

"Penyebab peningkatan ini bisa jadi banyak. Namun melihat bagaimana penduduk Jakarta bertambah drastis dari tahun ke tahun, rasanya pertambahan ini disebabkan oleh pertambahan penduduk yang berarti pertambahan jumlah siswa dan pertambahan energi yang siap melakukan kekerasan antarsekolah," paparnya.

Penyebab lainnya, tambah Devi, selain tradisi dan pertambahan jumlah penduduk sebagai faktor penguat, tak lepas dari unsur keruangan. Dalam pola-pola yang berlangsung, sekolah yang biasanya bertikai berada pada lokasi yang berdekatan.

"Kita mengenal betul kebiasaan menimpuki bis yang dinaiki oleh 'sekolah lawan' dari suatu sekolah. Ini menunjukkan bagaimana pertikaian biasanya terjadi pada sekolah yang berada pada jalur bis yang sama atau lokasinya berdekatan," pungkasnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6573 seconds (0.1#10.140)