Bank sampah bukan sekadar bank

Senin, 16 September 2013 - 02:01 WIB
Bank sampah bukan sekadar bank
Bank sampah bukan sekadar bank
A A A
Sindonews.com - Keberadaan bank sampah di Depok, dianggap membantu tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung. Mengingat produksi sampah di Depok cukup tinggi dan tidak sesuai dengan ketersediaan lahan di TPA Cipayung.

Salah satu warga Depok penggagas pembuatan bank sampah, Isnarto (42) menjelaskan, konsep pengumpulan sampah ini telah dirancang khusus. Para nasabah atau penabung sampah tinggal membawa sampah yang telah mereka pilih ke unit bank sampah.

"Satu unit bank setidaknya memiliki 25 nasabah. Unit bank akan mencatat setiap berat sampah yang nasabah peroleh dan mereka dapat mengambil uangnya kapan saja. Pemilahan kami bagi empat jenis, yaitu plastik, kaca, kertas, dan logam," kata Isnarto di Sukmajaya, Depok, Minggu 15 September 2013.

Harga per kilogram sampah ini bervariasi sesuai jenisnya. Kaca dihargai Rp300-500, plastik Rp1.600-5.000, kertas Rp400-1.500, dan logam Rp1.600-8.000. "Kami mengambil semua jenis itu lantaran berorientasi pada pembersihan, bukan pada besaran harga jenis sampah," ucapnya.

Isnarto mengatakan, harga pembelian terhadap nasabah dengan harga penjualan kembali kepada perusahaan pengolah tidaklah berbeda jauh. "Kalau pun ada sisanya sedikit, lebih ke biaya operasional yang mencapai Rp10 juta per bulan dan gaji pekerja," paparnya.

Menurutnya, dengan mengusai 80 persen usaha persampahan di Depok, bank sampah ini bisa dikatakan sebagai Pusat Bank Sampah di Depok. Meski tidak menolak sebutan itu, Isnarto mengakui memang secara tidak resmi bank sampah miliknya adalah pusat. "Tak resmi karena belum ada pengukuhan dari pemerintah," kata dia.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6129 seconds (0.1#10.140)