Warga eks Waduk Pluit terlantar di trotoar
A
A
A
Sindonews.com - Pembongkaran 68 unit rumah di bantaran sisi Barat Waduk Pluit, tepatnya di RT 019/017, Kebon Tebu, Penjaringan, Jakarta Utara masih menyisakan kepedihan bagi warganya. Hingga mereka masih bertahan di sekitar waduk karena belum mendapatkan tempat relokasi di Rusun Marunda.
Di areal sekitar waduk, mereka menggelar kasur dan karpet di atas trotoar jalan, tepatnya di depan pintu gerbang Perumahan Mutiara Lestari.
"Saya belum dapet rusun dan tempat, makanya saya tinggal di sini pakai kasur dan karpet seadanya. Katanya Pak Gubernur mau ngasih tempat di rusun, mana buktinya," kata Nelly (30), warga RT19/17, Kebon Tebu, Penjaringan, Jakarta Utara yang rumahnya digusur, Sabtu (24/8/2013).
Semenjak rumahnya dibongkar Satpol PP kemarin, Nelly mengaku belum mendapatkan pemberitahuan akan diberikan tempat tinggal di Rusun Marunda. Makanya, dia dan warga lainnya memilih bertahan di atas trotoar.
Merasa dibohongi, Nelly mengaku kecewa Jokowi yang dinilai telah ingkar janji dan membodohi warga. Mengingat, hingga detik ini masih banyak warga yang belum mendapatkan rusun seperti dijanjikan sebelumnya.
"Jokowi janji, kalau kita mau direlokasi, kita disediakan tempat yang layak. Padahal, waktu Pilkada, kita milih Jokowi, sekarang kita merasa dibohongin kalau begini," cetusnya kesal.
Menurutnya, warga bongkaran Waduk Pluit hampir seluruhnya tidak mendapatkan tempat di Rusun Marunda seperti janji pemerintah. Mereka pada umumnya mencari tempat tinggal sementara dengan menyewa kontrakan di sekitar Pluit,
"Belum ada satupun yang dipindah ke rusun. Kalau pun ada, mungkin mereka yang punya saudara orang pemerintah. Warga kebanyakan pindah sementara ke kontrakan," tuturnya.
IĆ menambahkan, karena tak kunjung juga mendapatkan tempat di rusun, empat dari lima anaknya menjadi tidak bisa pergi ke sekolah karena baju seragam mereka tidak sempat diselamatkan saat pembongkaran.
"Anak saya lima, satu masih balita, yang dua sekolah SMP, dua SD dan satu lagi masih TK. Keempatnya sekarang enggak sekolah semua. Kita di sini juga susah buang air karena nggak ada kamar mandi," tutupnya.
Di areal sekitar waduk, mereka menggelar kasur dan karpet di atas trotoar jalan, tepatnya di depan pintu gerbang Perumahan Mutiara Lestari.
"Saya belum dapet rusun dan tempat, makanya saya tinggal di sini pakai kasur dan karpet seadanya. Katanya Pak Gubernur mau ngasih tempat di rusun, mana buktinya," kata Nelly (30), warga RT19/17, Kebon Tebu, Penjaringan, Jakarta Utara yang rumahnya digusur, Sabtu (24/8/2013).
Semenjak rumahnya dibongkar Satpol PP kemarin, Nelly mengaku belum mendapatkan pemberitahuan akan diberikan tempat tinggal di Rusun Marunda. Makanya, dia dan warga lainnya memilih bertahan di atas trotoar.
Merasa dibohongi, Nelly mengaku kecewa Jokowi yang dinilai telah ingkar janji dan membodohi warga. Mengingat, hingga detik ini masih banyak warga yang belum mendapatkan rusun seperti dijanjikan sebelumnya.
"Jokowi janji, kalau kita mau direlokasi, kita disediakan tempat yang layak. Padahal, waktu Pilkada, kita milih Jokowi, sekarang kita merasa dibohongin kalau begini," cetusnya kesal.
Menurutnya, warga bongkaran Waduk Pluit hampir seluruhnya tidak mendapatkan tempat di Rusun Marunda seperti janji pemerintah. Mereka pada umumnya mencari tempat tinggal sementara dengan menyewa kontrakan di sekitar Pluit,
"Belum ada satupun yang dipindah ke rusun. Kalau pun ada, mungkin mereka yang punya saudara orang pemerintah. Warga kebanyakan pindah sementara ke kontrakan," tuturnya.
IĆ menambahkan, karena tak kunjung juga mendapatkan tempat di rusun, empat dari lima anaknya menjadi tidak bisa pergi ke sekolah karena baju seragam mereka tidak sempat diselamatkan saat pembongkaran.
"Anak saya lima, satu masih balita, yang dua sekolah SMP, dua SD dan satu lagi masih TK. Keempatnya sekarang enggak sekolah semua. Kita di sini juga susah buang air karena nggak ada kamar mandi," tutupnya.
(ysw)