Pakai Jamkesda & SKTM, Risa lolos ke SMAN favorit
A
A
A
Sindonews.com - Risa Wahyumilah, siswa lulusan SMPN 2 Depok ini mengaku bersyukur bisa diterima di SMAN favorit, yakni SMAN 2, Sukmajaya, Depok. Sebab Risa semula tidak percaya diri lantaran SMAN 2 yang sebelumnya berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) akan memakan biaya mahal.
Ibunda Risa, Romlah warga RT 003/012, Kelurahan Mampang, Pancoran Mas Depok, mengaku, bersyukur karena tak ada pungutan biaya apapun.
"Alhamdulillah, anak saya bisa bersekolah di SMPN 2 Depok tanpa dipungut biaya sepersenpun. Anak saya memperoleh kesempatan untuk sekolah di sekolah negeri. Saya tak punya biaya untuk menyekolahkan anak saya," ujar Romlah yang memiliki 3 anak ini, Jumat (23/8/2013).
Saat mendaftar ke SMAN 2, ia pun menggunakan kartu Jamkesda dan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Romlah mencoba mengikuti program Pemkot Depok yang memberikan kuota untuk siswa miskin bersekolah.
"Saya terus berusaha mencoba agar Risa bisa melanjutkan sekolah, walau banyak yang bilang di SMAN 2 itu mahal, karena sekolah RSBI dan saya tidak akan sanggup membayar biayanya. Saya tidak mengerti apa itu RSBI, yang saya mau, anak saya sekolah di sekolah negeri, akhirnya Risa bersekolah di sana saat ini," katanya.
Romlah mengaku, tidak memiliki pekerjaan dan hanya seorang ibu rumah tangga. Sementara suaminya, bekerja sebagai satpam di Kebon Jeruk, Jakarta.
Pemkot Depok memprioritaskan sekolah negeri untuk menerima siswa tidak mampu tanpa melihat nilai NEM. Masing-masing sekolah diwajibkan memberikan kuota 20 persen.
Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail mengklaim, pendidikan dimiliki oleh generasi penerus yang berhak mendapat pengajaran dan pembelajaran tanpa memandang status mampu dan tidak mampu.
Mereka yang kurang mampu, kata dia, harus tetap sekolah dan harus difasilitasi dan diberi pelajaran yang sama.
"Tidak adil bila memperlakukan mereka yang tidak mampu namun memiliki kepintaran atau sebaliknya. Kita harus bantu mereka, baik yang duafa karena ekonomi maupun, duafa karena jaringan atau kapasitas, karena mereka semua adalah tanggung jawab kita, tidak ada alasan apapun bagi mereka untuk tidak sekolah, terbebas dari belenggu kemiskinan dan kemalasan," katanya.
Ibunda Risa, Romlah warga RT 003/012, Kelurahan Mampang, Pancoran Mas Depok, mengaku, bersyukur karena tak ada pungutan biaya apapun.
"Alhamdulillah, anak saya bisa bersekolah di SMPN 2 Depok tanpa dipungut biaya sepersenpun. Anak saya memperoleh kesempatan untuk sekolah di sekolah negeri. Saya tak punya biaya untuk menyekolahkan anak saya," ujar Romlah yang memiliki 3 anak ini, Jumat (23/8/2013).
Saat mendaftar ke SMAN 2, ia pun menggunakan kartu Jamkesda dan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Romlah mencoba mengikuti program Pemkot Depok yang memberikan kuota untuk siswa miskin bersekolah.
"Saya terus berusaha mencoba agar Risa bisa melanjutkan sekolah, walau banyak yang bilang di SMAN 2 itu mahal, karena sekolah RSBI dan saya tidak akan sanggup membayar biayanya. Saya tidak mengerti apa itu RSBI, yang saya mau, anak saya sekolah di sekolah negeri, akhirnya Risa bersekolah di sana saat ini," katanya.
Romlah mengaku, tidak memiliki pekerjaan dan hanya seorang ibu rumah tangga. Sementara suaminya, bekerja sebagai satpam di Kebon Jeruk, Jakarta.
Pemkot Depok memprioritaskan sekolah negeri untuk menerima siswa tidak mampu tanpa melihat nilai NEM. Masing-masing sekolah diwajibkan memberikan kuota 20 persen.
Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail mengklaim, pendidikan dimiliki oleh generasi penerus yang berhak mendapat pengajaran dan pembelajaran tanpa memandang status mampu dan tidak mampu.
Mereka yang kurang mampu, kata dia, harus tetap sekolah dan harus difasilitasi dan diberi pelajaran yang sama.
"Tidak adil bila memperlakukan mereka yang tidak mampu namun memiliki kepintaran atau sebaliknya. Kita harus bantu mereka, baik yang duafa karena ekonomi maupun, duafa karena jaringan atau kapasitas, karena mereka semua adalah tanggung jawab kita, tidak ada alasan apapun bagi mereka untuk tidak sekolah, terbebas dari belenggu kemiskinan dan kemalasan," katanya.
(mhd)