Masinis dan penumpang KRL saling ngotot
A
A
A
Sindonews.com - Perilaku buruk pengguna KRL ekonomi yang suka bergelayutan dipintu saat kereta padat, sepertinya tidak bisa dihilangkan ketika mereka beralih ke KRL Commuterline.
Sesaknya penumpang KRL Commuterline membuat para penumpang memilih menahan pintu kereta agar tetap terbuka. Namun demi keamanan penumpang, masinis meminta agar penumpang yang menahan pintu kereta untuk menutupnya.
Kondisi ini sempat alot, karena penumpang tetap memaksa agar pintu KRL dibuka. Namun setelah masinis mengancam tidak mau menjalankan kereta, penumpang melunak dan menutup pintu kereta.
"Saking banyak orang terus pintunya tidak bisa ketutup, masinisnya mengancam tidak mau menjalankan keretanya kalau pintunya tidak tertutup. Jadi kucing-kucingan begitu dengan masinis," kata Annisa, pengguna KRL Commuterline Jurusan UI-Tanah Abang, di Jakarta, Selasa (2/7/2013).
Dia menduga, pemberitaan mengenai tiket KRL AC Commuterline murah yang gencar di media massa, menjadi salah satu penyebab pengguna KRL ekonomi beralih menggunakan KRL AC.
"Dengan harga yang sama (murah) jadi orang-orangnya tidak tersaring, banyak orang-orang yang tidak tertib yang biasa naik KRL ekonomi. Mereka kebiasaan nahan pintu dan masinis sekarang bertahan juga, kalau pintu tidak ditutup kereta tidak dijalankan," tuturnya.
Sebelumnya, pada 1 Juli kemarin PT Kereta Api Indonesia (KAI) mulai menerapkan tarif progresif dan e-ticketing di Jakarta, Bogor Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), dimana tarif kereta Rp2.000 untuk lima stasiun pertama, dengan tambahan Rp500 untuk tiga stasiun berikutnya dan jarak terjauh Rp7.000.
Sesaknya penumpang KRL Commuterline membuat para penumpang memilih menahan pintu kereta agar tetap terbuka. Namun demi keamanan penumpang, masinis meminta agar penumpang yang menahan pintu kereta untuk menutupnya.
Kondisi ini sempat alot, karena penumpang tetap memaksa agar pintu KRL dibuka. Namun setelah masinis mengancam tidak mau menjalankan kereta, penumpang melunak dan menutup pintu kereta.
"Saking banyak orang terus pintunya tidak bisa ketutup, masinisnya mengancam tidak mau menjalankan keretanya kalau pintunya tidak tertutup. Jadi kucing-kucingan begitu dengan masinis," kata Annisa, pengguna KRL Commuterline Jurusan UI-Tanah Abang, di Jakarta, Selasa (2/7/2013).
Dia menduga, pemberitaan mengenai tiket KRL AC Commuterline murah yang gencar di media massa, menjadi salah satu penyebab pengguna KRL ekonomi beralih menggunakan KRL AC.
"Dengan harga yang sama (murah) jadi orang-orangnya tidak tersaring, banyak orang-orang yang tidak tertib yang biasa naik KRL ekonomi. Mereka kebiasaan nahan pintu dan masinis sekarang bertahan juga, kalau pintu tidak ditutup kereta tidak dijalankan," tuturnya.
Sebelumnya, pada 1 Juli kemarin PT Kereta Api Indonesia (KAI) mulai menerapkan tarif progresif dan e-ticketing di Jakarta, Bogor Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), dimana tarif kereta Rp2.000 untuk lima stasiun pertama, dengan tambahan Rp500 untuk tiga stasiun berikutnya dan jarak terjauh Rp7.000.
(ysw)