RTH UI jadi wisata alam masyarakat
A
A
A
Sindonews.com - Kampus Universitas Indonesia (UI) tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan saja. Tapi kampus kuning itu bisa difungsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Luas UI tercatat sekitar 312 hektar yang dibagi dalam empat area. Yaitu sebagai hutan kota (110 hektar), danau dan resapan (30 hektar), penyangga lingkungan (12 hektar) dan bangunan fisik (170 hektar).
Selain itu, UI juga memiliki enam danau, yaitu Danau Kenanga (2,8 hektar), Danau Agatis (2 hektar), Danau Mahoni (4,5 hektar), Danau Puspa (2 hektar), Danau Ulin (7,2 hektar) dan Danau Salam (4,2 hektar). Setiap danau memiliki fungsi masing-masing.
Kawasan kampung terbesar di Indonesia itu, ada yang berfungsi sebagai kawasan resapan air, kawasan ruang terbuka umum atau kawasan penghijauan maupun sebagai tempat pemancingan.
Dari enam danau tersebut, yang sering dijadikan ruang publik adalah Danau Kenanga yang berada di depan Balairung. Danau ini diapit oleh beberapa gedung sehingga menambah indah pemandangan. Dari kejauhan, suasana nempak tak seperti di dalam kampus.
Terdapat pula coffe shop yang menyatu dengan perpustakaan terbesar UI ‘The Crystal Knowledge’. Bagi mereka yang memiliki kocek lebih, sangat indah berada di tempat tersebut. Karena dapat memandang danau secara langsung dari balik kaca.
Namun, bagi yang tak ingin membayar mahal, cukup duduk di sepanjang Danau Kenanga. Tepat di depan Balairung, terdapat beberapa tempat duduk permanen. Pada hari biasa, danau ini ramai menjelang sore hari. Sedangkan pada hari libur dan hari Minggu jumlahnya mencapai 500 orang dan hanya di pagi hari.
"Biasanya mereka bersantai setelah olahraga keliling kampus. Danau Kenanga memang difungsikan sebagai ruang diskusi dan terbuka umum," kata Ismail Sumawijaya, Asisten Kasubdit Pengamanan Lingkungan Kampus (PLK) UI, Rabu (05/06/2013).
Mayoritas pengunjung di Danau Kenanga pada hari biasa adalah mahasiswa. Sekedar menghirup udara segar, mereka pergi ke danau dengan menggunakan sepeda kampus.
Ada pula kumpulan mahasiswa yang terlihat sedang berdiskusi. Atau kumpulan mahasiswa yang sedang berlatih teater di sekitar area danau.
"Suasananya enak untuk santai. Dari pagi kuliah jadi dan banyak tugas jadi kita sering nongkrong di sini (danau). Walaupun terdengar suara kereta, tapi tempat ini jauh lebih nyaman untuk bersantai," kata Tia Mutiana, mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI.
Alasan serupa diungkapkan Adam Soelaeman, mahasiswa Fakultas Hukum (FH) yang menurutnya suasana danau sangat berbeda dan menyejukkan sehingga membuat banyak orang betah berlama-lama.
Tak hanya sekedar menikmati suasana, bahkan untuk rapat kordinasi fakultas pun sering dilakukan di tempat tersebut.
"Kalau untuk baca buku enak banget suasananya. Ada sensasi berbeda. Bosan dengan suasana dalam ruangan jadi danau memang pilihan lain," ujarnya.
Dirinya kerap bersantai pada sore hari usai kuliah atau saat menunggu pergantian jam mata kuliah.
"Kalau lagi bosan di kampus (dalam ruangan) ya ke tempat ini lebih enak," ungkap mahasiswa program reguler tersebut. Biasanya, Adam berkumpul dengan teman-temannya. Tak jarang pula dia pergi ke danau sendiri saat penat melanda.
Sementara itu, Irmalia, warga Kecamatan Beji, Depok mengaku sangat terbantu dengan adanya RTH di UI. Pasalnya, setiap hari dirinya harus bergelut dengan debu jalanan.
"Sengaja tiap minggu ke UI untuk olahraga. Udaranya masih segar dan sejuk," katanya.
Usai olahraga, wanita berjilbab ini menyantap jajanan yang ada di sekitar danau. "Seharusnya lebih banyak lagi ruang publik seperti ini," harapnya.
Kawasan Kampus UI pada Minggu pagi memang ramai dikunjungi orang. Baik mahasiswa ataupun warga biasa. Mereka menjadikan UI sebagai ruang publik karena dinilai sangat nyaman.
Selain danau, terdapat pula jogging track dan jalur sepeda sehingga ada batasan antara pejalan kaki dan pengendara. Sejumlah tempat yang ramai dikunjungi antara lain, kawasan danau, balairung dan kandang rusa. Anak-anak kecil terhibur dengan adanya puluhan rusa yang sengaja dipelihara pihak kampus.
"Senang aja ngasih makan rusa. Nggak usah jauh-jauh ke kebuh binatang. Di sini bisa jalan-jalan, cari makanan dan lihat binatang," tutur Cika, salah satu pengunjung.
Luas UI tercatat sekitar 312 hektar yang dibagi dalam empat area. Yaitu sebagai hutan kota (110 hektar), danau dan resapan (30 hektar), penyangga lingkungan (12 hektar) dan bangunan fisik (170 hektar).
Selain itu, UI juga memiliki enam danau, yaitu Danau Kenanga (2,8 hektar), Danau Agatis (2 hektar), Danau Mahoni (4,5 hektar), Danau Puspa (2 hektar), Danau Ulin (7,2 hektar) dan Danau Salam (4,2 hektar). Setiap danau memiliki fungsi masing-masing.
Kawasan kampung terbesar di Indonesia itu, ada yang berfungsi sebagai kawasan resapan air, kawasan ruang terbuka umum atau kawasan penghijauan maupun sebagai tempat pemancingan.
Dari enam danau tersebut, yang sering dijadikan ruang publik adalah Danau Kenanga yang berada di depan Balairung. Danau ini diapit oleh beberapa gedung sehingga menambah indah pemandangan. Dari kejauhan, suasana nempak tak seperti di dalam kampus.
Terdapat pula coffe shop yang menyatu dengan perpustakaan terbesar UI ‘The Crystal Knowledge’. Bagi mereka yang memiliki kocek lebih, sangat indah berada di tempat tersebut. Karena dapat memandang danau secara langsung dari balik kaca.
Namun, bagi yang tak ingin membayar mahal, cukup duduk di sepanjang Danau Kenanga. Tepat di depan Balairung, terdapat beberapa tempat duduk permanen. Pada hari biasa, danau ini ramai menjelang sore hari. Sedangkan pada hari libur dan hari Minggu jumlahnya mencapai 500 orang dan hanya di pagi hari.
"Biasanya mereka bersantai setelah olahraga keliling kampus. Danau Kenanga memang difungsikan sebagai ruang diskusi dan terbuka umum," kata Ismail Sumawijaya, Asisten Kasubdit Pengamanan Lingkungan Kampus (PLK) UI, Rabu (05/06/2013).
Mayoritas pengunjung di Danau Kenanga pada hari biasa adalah mahasiswa. Sekedar menghirup udara segar, mereka pergi ke danau dengan menggunakan sepeda kampus.
Ada pula kumpulan mahasiswa yang terlihat sedang berdiskusi. Atau kumpulan mahasiswa yang sedang berlatih teater di sekitar area danau.
"Suasananya enak untuk santai. Dari pagi kuliah jadi dan banyak tugas jadi kita sering nongkrong di sini (danau). Walaupun terdengar suara kereta, tapi tempat ini jauh lebih nyaman untuk bersantai," kata Tia Mutiana, mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI.
Alasan serupa diungkapkan Adam Soelaeman, mahasiswa Fakultas Hukum (FH) yang menurutnya suasana danau sangat berbeda dan menyejukkan sehingga membuat banyak orang betah berlama-lama.
Tak hanya sekedar menikmati suasana, bahkan untuk rapat kordinasi fakultas pun sering dilakukan di tempat tersebut.
"Kalau untuk baca buku enak banget suasananya. Ada sensasi berbeda. Bosan dengan suasana dalam ruangan jadi danau memang pilihan lain," ujarnya.
Dirinya kerap bersantai pada sore hari usai kuliah atau saat menunggu pergantian jam mata kuliah.
"Kalau lagi bosan di kampus (dalam ruangan) ya ke tempat ini lebih enak," ungkap mahasiswa program reguler tersebut. Biasanya, Adam berkumpul dengan teman-temannya. Tak jarang pula dia pergi ke danau sendiri saat penat melanda.
Sementara itu, Irmalia, warga Kecamatan Beji, Depok mengaku sangat terbantu dengan adanya RTH di UI. Pasalnya, setiap hari dirinya harus bergelut dengan debu jalanan.
"Sengaja tiap minggu ke UI untuk olahraga. Udaranya masih segar dan sejuk," katanya.
Usai olahraga, wanita berjilbab ini menyantap jajanan yang ada di sekitar danau. "Seharusnya lebih banyak lagi ruang publik seperti ini," harapnya.
Kawasan Kampus UI pada Minggu pagi memang ramai dikunjungi orang. Baik mahasiswa ataupun warga biasa. Mereka menjadikan UI sebagai ruang publik karena dinilai sangat nyaman.
Selain danau, terdapat pula jogging track dan jalur sepeda sehingga ada batasan antara pejalan kaki dan pengendara. Sejumlah tempat yang ramai dikunjungi antara lain, kawasan danau, balairung dan kandang rusa. Anak-anak kecil terhibur dengan adanya puluhan rusa yang sengaja dipelihara pihak kampus.
"Senang aja ngasih makan rusa. Nggak usah jauh-jauh ke kebuh binatang. Di sini bisa jalan-jalan, cari makanan dan lihat binatang," tutur Cika, salah satu pengunjung.
(lns)