Penembakan Tito Kei diduga perang antar geng
A
A
A
Sindonews.com - Penembakan terhadap tokoh pemuda Maluku Tito Refra Kei diduga adalah persaingan antar kelompok. Hal itu diungkapkan Psykolog Forensik Reza Indragiri Amriel.
Menurutnya, teori adanya pelaku penembakan adalah kelompok saingan dari korban berdasarkan analisis spekulasi yang dilakukan oleh pihaknya. Ia mengatakan, tidak mungkin aparat TNI atau Polri yang melakukan penembakan tersebut.
Pasalnya untuk pihak kepolisian tidak ada kepentingan. Mengingat mereka telah menangkap dua pimpinan besar dari kelompok preman, begitu juga dengan TNI setelah kasus Cebongan, tidak mungkin mereka bertindak ceroboh.
"Jadi dugaan ketiga ini ada gang war (perang antar geng) dalam kasus ini," katanya, Senin (3/6/2013).
Dia melanjutkan, untuk senjata yang digunakan juga tidak terdaftar, karena selain aparat keamanan yang resmi memegang senjata api, ada sekelompok preman yang secara terang-terangan mengakui memegang senjata api.
"Kita akui, peredaran senjata api gelap sangat banyak dan pemegangnya rata-rata kelompok preman," ujarnya.
Dia menegaskan, bila gerakan premanisme ini dibiarkan maka akan menimbulkan efek bola salju terhadap berbagai kekerasan yang terjadi di Jakarta. Aksi pembiaran ini akan berkesinambungan yang timbulnya adalah aksi-aksi balas dendam.
Dirinya khawatir, aksi balas dendam ini akan salah sasaran.
"Misalnya mereka tembak-tembakan ditempat umum, bisa saja masyarakat yang terkena sasarannya," tegasnya.
Menurutnya, teori adanya pelaku penembakan adalah kelompok saingan dari korban berdasarkan analisis spekulasi yang dilakukan oleh pihaknya. Ia mengatakan, tidak mungkin aparat TNI atau Polri yang melakukan penembakan tersebut.
Pasalnya untuk pihak kepolisian tidak ada kepentingan. Mengingat mereka telah menangkap dua pimpinan besar dari kelompok preman, begitu juga dengan TNI setelah kasus Cebongan, tidak mungkin mereka bertindak ceroboh.
"Jadi dugaan ketiga ini ada gang war (perang antar geng) dalam kasus ini," katanya, Senin (3/6/2013).
Dia melanjutkan, untuk senjata yang digunakan juga tidak terdaftar, karena selain aparat keamanan yang resmi memegang senjata api, ada sekelompok preman yang secara terang-terangan mengakui memegang senjata api.
"Kita akui, peredaran senjata api gelap sangat banyak dan pemegangnya rata-rata kelompok preman," ujarnya.
Dia menegaskan, bila gerakan premanisme ini dibiarkan maka akan menimbulkan efek bola salju terhadap berbagai kekerasan yang terjadi di Jakarta. Aksi pembiaran ini akan berkesinambungan yang timbulnya adalah aksi-aksi balas dendam.
Dirinya khawatir, aksi balas dendam ini akan salah sasaran.
"Misalnya mereka tembak-tembakan ditempat umum, bisa saja masyarakat yang terkena sasarannya," tegasnya.
(stb)