ODHA tetap semangat jalani hidup
A
A
A
Sindonews.com - Salah seorang pengidap HIV, Bunga (31) bukan nama sebenarnya, mengaku syok ketika pertama kali mengetahui dirinya mengidap HIV positif.
“Pada tahun 2006 saya ternyata positif HIV. Saya tertular HIV dari suami saya. Dia akhirnya meninggal karena stress. Saat itu perasaan saya remuk redam, tidak percaya, dunia sepertinya hancur. Bahkan saya pernah mau bunuh diri,” katanya, Minggu (2/6/2013).
Namun hal tersebut tersingkir dengan semangat yang dimilikinya. Selama 6 bulan pada masa awal, ia tidak memakai obat karena tak tahan dengan efek sampingnya.
"Saya bisa bertahan sampai detik ini, karena semangat dan ikut terapi ARV (Anti Retroviral HIV). Seumur hidup saya harus konsumsi obat. Setiap 12 jam sehari dua kali selalu minum obat. Meski positif, namun sayatidak mau orang mengasihani saya. Saya bersyukur karena keluarga dan teman-teman selalu mensupport. Kedua anak saya pun negatif. Namun, ada rasa kekhawatiran karena saya dan suami yang sekarang penderita HIV positif takut, jika anak-anak kena. Saat itu kami rutin selalu cek darah,” jelasnya.
Meski divonis menderita HIV positif, namun dirinya tetap melakukan rutinitas seperti biasanya.
“Suami saya kerja, saya hanya ibu rumah tangga mengurus keluarga. Saya tidak mau dikasihani orang. Terpenting dukungan keluarga. Halangan terbesar itu jika diskriminasi dilakukan oleh diri sendiri. Itu yang harus dilawan. Bagi penderita HIV terus semangat, jangan putus asa. Penyakit ini tidak mematikan, namun HIV-AIDS termasuk penyakit kronis. Ikuti terapi ARV dan bergaya hidup sehat,” tutupnya.
“Pada tahun 2006 saya ternyata positif HIV. Saya tertular HIV dari suami saya. Dia akhirnya meninggal karena stress. Saat itu perasaan saya remuk redam, tidak percaya, dunia sepertinya hancur. Bahkan saya pernah mau bunuh diri,” katanya, Minggu (2/6/2013).
Namun hal tersebut tersingkir dengan semangat yang dimilikinya. Selama 6 bulan pada masa awal, ia tidak memakai obat karena tak tahan dengan efek sampingnya.
"Saya bisa bertahan sampai detik ini, karena semangat dan ikut terapi ARV (Anti Retroviral HIV). Seumur hidup saya harus konsumsi obat. Setiap 12 jam sehari dua kali selalu minum obat. Meski positif, namun sayatidak mau orang mengasihani saya. Saya bersyukur karena keluarga dan teman-teman selalu mensupport. Kedua anak saya pun negatif. Namun, ada rasa kekhawatiran karena saya dan suami yang sekarang penderita HIV positif takut, jika anak-anak kena. Saat itu kami rutin selalu cek darah,” jelasnya.
Meski divonis menderita HIV positif, namun dirinya tetap melakukan rutinitas seperti biasanya.
“Suami saya kerja, saya hanya ibu rumah tangga mengurus keluarga. Saya tidak mau dikasihani orang. Terpenting dukungan keluarga. Halangan terbesar itu jika diskriminasi dilakukan oleh diri sendiri. Itu yang harus dilawan. Bagi penderita HIV terus semangat, jangan putus asa. Penyakit ini tidak mematikan, namun HIV-AIDS termasuk penyakit kronis. Ikuti terapi ARV dan bergaya hidup sehat,” tutupnya.
(stb)