25 pengembang di Bogor dan Depok nakal
A
A
A
Sindonews.com - Sektor properti di wilayah pinggiran Jakarta seperti Bogor dan Depok terus berkembang pesat. Bahkan banyak pengembang yang tak segan-segan melanggar asaz lingkungan, saat mengerjakan proyek pembangunan.
Salah satunya yakni dengan tidak mempedulikan batas Garis Sempadan Sungai (GSS) yang terus diurug. Bahkan banyak pula pengembang yang membuang limbah ke sungai tanpa adanya sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Pengamat Lingkungan Universitas Indonesia (UI) Tarsoen Waryono mengatakan, banyak pengembang dari mulai Kabupaten Bogor hingga wilayah Citayam dan Depok nakal. Banyak dari mereka merusak habitat lingkungan dan daerah konservasi, salah satunya Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung.
"Tak usah jauh-jauh lihat sampai kota, dari Kabupaten Bogor sampai Depok banyak pengembang perumahan nakal dan ngaco. Dulu tahun 1995-1997 masih ada kera ekor panjang, kini punah karena habitatnya dirusak. Kalau ada hak asasi manusia kenapa enggak ada hak asasi binatang," tukasnya kepada wartawan di Universitas Indonesia (UI), Depok, Kamis (26/04/2013).
Ia menegaskan, dengan adanya prona dan sertifikasi yang dimiliki warga bantaran Ciliwung, bio pepohonan pun mulai ditebang. Padahal, kata Tarsoen, pohon yang ada di Jakarta, Depok, dan Bogor jenisnya berbeda-beda.
"Tumbuh di pinggir sungai, punya jenis spesifik bisa menahan air. Pemukiman belum terlalu banyak. Tapi pengembang terlalu jahat dengan membangun di pinggir bantaran lalu membuang limbah tanpa IPAL," tegasnya.
Tarsoen menyebut, pengembang di wilayah Depok dan Bogor sama nakalnya. Ia menghitung, lebih dari 25 pengembang di sepanjang Depok dan Bogor telah merusak lingkungan.
"Plus minus 25 sampai Depok. Kalau Jakarta beda lagi, itu liar penghuninya. Kerjasama dengan Satpol PP urun rembug sebaiknya secara terus menerus dilakukan. Harus keras dan tegas. Ciliwung itu sungai spesifik yang terbentuk peristiwa Vulkanik, dan para pengembang itu sama nakalnya," tandasnya.
Salah satunya yakni dengan tidak mempedulikan batas Garis Sempadan Sungai (GSS) yang terus diurug. Bahkan banyak pula pengembang yang membuang limbah ke sungai tanpa adanya sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Pengamat Lingkungan Universitas Indonesia (UI) Tarsoen Waryono mengatakan, banyak pengembang dari mulai Kabupaten Bogor hingga wilayah Citayam dan Depok nakal. Banyak dari mereka merusak habitat lingkungan dan daerah konservasi, salah satunya Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung.
"Tak usah jauh-jauh lihat sampai kota, dari Kabupaten Bogor sampai Depok banyak pengembang perumahan nakal dan ngaco. Dulu tahun 1995-1997 masih ada kera ekor panjang, kini punah karena habitatnya dirusak. Kalau ada hak asasi manusia kenapa enggak ada hak asasi binatang," tukasnya kepada wartawan di Universitas Indonesia (UI), Depok, Kamis (26/04/2013).
Ia menegaskan, dengan adanya prona dan sertifikasi yang dimiliki warga bantaran Ciliwung, bio pepohonan pun mulai ditebang. Padahal, kata Tarsoen, pohon yang ada di Jakarta, Depok, dan Bogor jenisnya berbeda-beda.
"Tumbuh di pinggir sungai, punya jenis spesifik bisa menahan air. Pemukiman belum terlalu banyak. Tapi pengembang terlalu jahat dengan membangun di pinggir bantaran lalu membuang limbah tanpa IPAL," tegasnya.
Tarsoen menyebut, pengembang di wilayah Depok dan Bogor sama nakalnya. Ia menghitung, lebih dari 25 pengembang di sepanjang Depok dan Bogor telah merusak lingkungan.
"Plus minus 25 sampai Depok. Kalau Jakarta beda lagi, itu liar penghuninya. Kerjasama dengan Satpol PP urun rembug sebaiknya secara terus menerus dilakukan. Harus keras dan tegas. Ciliwung itu sungai spesifik yang terbentuk peristiwa Vulkanik, dan para pengembang itu sama nakalnya," tandasnya.
(stb)