Pemilik senpi harus miliki kematangan emosi
A
A
A
Sindonews.com - Guru Besar Keperawatan Jiwa dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) Budi Anna Keliat mengatakan, pemilik senjata api harus memiliki kematangan emosi agar tidak salah menggunakan senjata yang dimilikinya.
"Tidak matangnya kejiwaan seseorang menyebabkan dia menggunakan senpi dengan cara salah. Misalnya, menembak orang atau justru menembak dirinya sendiri. Kondisi jiwa yang labil dan tidak matang menjadi penyebab terjadinya kesalahan tersebut," ujarnya, kepaa wartawan, di Depok, Kamis (11/4/2013).
Ditambahkan dia, para pemilik senpi harus mampu mengusai kondisi kejiwannya. Jika tidak, akan terjadi penyakahgunaan senpi. Untuk itu, sudah seharusnya dilakukan pengetatan dalam hal kepemilikan senpi.
Orang yang memiliki senpi, kata dia, haruslah orang yang memiliki kematangan dalam mengelola emosinya. Selain itu, haruslah orang yang mampu menyelesaikan masalah secara rasional. "Bukan mereka yang emosional atau yang berjiwa labil," tutup Anna.
Tidak matangnya emosi seseorang itu dapat dilihat dari kasus yang menimpa Direktur PT Lintas Tenggara. Selain tidak memiliki kematangan emosi, dia juga dapat dikategorikan orang yang mengalami stres akut. Dia merasa sudah tidak ada lagi jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya.
"Jika dia tidak mengalami depresi sebelumnya dan belum pernah melakukan percobaan tindakan bunuh diri, bisa dipastikan dia mengalami stres akut hingga nekat melakukan tindak demikian," ungkapnya.
"Tidak matangnya kejiwaan seseorang menyebabkan dia menggunakan senpi dengan cara salah. Misalnya, menembak orang atau justru menembak dirinya sendiri. Kondisi jiwa yang labil dan tidak matang menjadi penyebab terjadinya kesalahan tersebut," ujarnya, kepaa wartawan, di Depok, Kamis (11/4/2013).
Ditambahkan dia, para pemilik senpi harus mampu mengusai kondisi kejiwannya. Jika tidak, akan terjadi penyakahgunaan senpi. Untuk itu, sudah seharusnya dilakukan pengetatan dalam hal kepemilikan senpi.
Orang yang memiliki senpi, kata dia, haruslah orang yang memiliki kematangan dalam mengelola emosinya. Selain itu, haruslah orang yang mampu menyelesaikan masalah secara rasional. "Bukan mereka yang emosional atau yang berjiwa labil," tutup Anna.
Tidak matangnya emosi seseorang itu dapat dilihat dari kasus yang menimpa Direktur PT Lintas Tenggara. Selain tidak memiliki kematangan emosi, dia juga dapat dikategorikan orang yang mengalami stres akut. Dia merasa sudah tidak ada lagi jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya.
"Jika dia tidak mengalami depresi sebelumnya dan belum pernah melakukan percobaan tindakan bunuh diri, bisa dipastikan dia mengalami stres akut hingga nekat melakukan tindak demikian," ungkapnya.
(san)