Banyak pria atasi depresi dengan bunuh diri
A
A
A
Sindonews.com - Guru Besar Keperawatan Jiwa dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) Budi Anna Keliat mengatakan, penelitian mengatakan, perempuan lebih banyak mengalami depresi. Namun lelaki lebih banyak mengatasi kondisi depresi dengan cara bunuh diri.
Dilihat dari cara bunuh diri, laki-laki lebih memilih dengan cara fatal. Semisal gantung diri, lompat dari ketinggian, atau menembakkan dirinya. Sedangkan perempuan, memilih cara yang lebih halus seperti minum racun.
"Bunuh diri itu termasuk crime for help. Pelakunya perlu dibantu. Dia tidak tahu bagaimana mengatasi masalah. Dia kurang memiliki kemampuan problem solving," tutur Anna kepada wartawan, di Depok, Kamis (11/4/2013).
Pada kasus yang menimpa Direktur PT Lintas Tenggara dapat dikategorikan bahwa dirinya adalah orang yang mengalami stres akut. Dia merasa sudah tidak ada lagi jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya.
"Jika dia tidak mengalami depresi sebelumnya dan belum pernah melakukan percobaan tindakan bunuh diri, bisa dipastikan dia mengalami stres akut hingga nekat melakukan tindak demikian," ungkapnya.
Ditambahkan dia, sedikitnya ada tiga kondisi yang menyebabkan orang bunuh diri. Pertama, cara berfikir yang tidak realistis. Artinya, cara berfikir realistis orang itu sudah terganggu. Kedua, tidak bisa menyelesaikan masalah, tidak kuat menghadapi masalah yang menimpa dan memilih jalan pintas. Ketiga, kurang adanya support sistem.
"Apalagi yang melakukan bunuh diri itu seorang direktur. Sangat disayangkan tentunya dia orang yang berguna," sesalnya.
Dilihat dari cara bunuh diri, laki-laki lebih memilih dengan cara fatal. Semisal gantung diri, lompat dari ketinggian, atau menembakkan dirinya. Sedangkan perempuan, memilih cara yang lebih halus seperti minum racun.
"Bunuh diri itu termasuk crime for help. Pelakunya perlu dibantu. Dia tidak tahu bagaimana mengatasi masalah. Dia kurang memiliki kemampuan problem solving," tutur Anna kepada wartawan, di Depok, Kamis (11/4/2013).
Pada kasus yang menimpa Direktur PT Lintas Tenggara dapat dikategorikan bahwa dirinya adalah orang yang mengalami stres akut. Dia merasa sudah tidak ada lagi jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya.
"Jika dia tidak mengalami depresi sebelumnya dan belum pernah melakukan percobaan tindakan bunuh diri, bisa dipastikan dia mengalami stres akut hingga nekat melakukan tindak demikian," ungkapnya.
Ditambahkan dia, sedikitnya ada tiga kondisi yang menyebabkan orang bunuh diri. Pertama, cara berfikir yang tidak realistis. Artinya, cara berfikir realistis orang itu sudah terganggu. Kedua, tidak bisa menyelesaikan masalah, tidak kuat menghadapi masalah yang menimpa dan memilih jalan pintas. Ketiga, kurang adanya support sistem.
"Apalagi yang melakukan bunuh diri itu seorang direktur. Sangat disayangkan tentunya dia orang yang berguna," sesalnya.
(san)