Guru aniaya siswa karena emosi
A
A
A
Sindonews.com - Deden Irawan guru mata pelajaran seni dan budaya SMK PGRI 3 Kota Bogor, yang melakukan penganiayaan mengaku emosi karena 6 siswanya sering mengabaikan tugas.
"Saya terpaksa melakukan itu (menempeleng, menjambak dan menendang) karena kesal kelompok (6 orang) itu, sudah berkali ditugaskan untuk memfoto copy dan menghapal bahan mata pelajaran tapi tidak dilaksanakan," katanya, Selasa (2/4/2013).
Lebih lanjut, ia menyesal dan tidak akan mengulangi tindak kekerasan terhadap anak didiknya.
"Ya saya sudah minta maaf kepada orang tua siswa dan siswanya. Dan berjanji tidak akan mengulangi," tuturnya.
Sementara itu, Kepala SMK PGRI 3 Bogor Ujang Abdurohim mengatakan, akan mengevaluasi kinerja guru-guru yang kerap melakukan tindak kekerasan dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
"Cara guru kan macam-macam dalam mendidik siswanya agar siswa dapat memperoleh nilai bagus. Tapi tidak dibenarkan cara-cara kekerasan. Makanya kedepannya guru (Deden, red) akan ditinjau lagi, apakah akan dikenakan sanksi atau tidak. Yang jelas yang bersangkutan sudah mengakui dan meminta maaf," katanya.
Sekadar diketahui, Deden Irawan, seorang oknum guru SMK PGRI 3 Kota Bogor tega menganiaya 6 siswanya hanya gara-gara tak mengerjakan tugas. Informasi dihimpun menyebutkan, aksi penganiayaan tersebut bermula saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung pada pukul 08.30 WIB.
"Saat itu mau ulangan lisan mata pelajaran Seni dan Budaya pengajarnya pak Deden, saya nggak bawa foto kopian bahan ulangan lisan, ditegur dan langsung ditempeleng," kata SI, 15, salah seorang siswa kelas 10, yang menjadi korban penganiayaan guru.
Akibat penganiayaan itu, SI mengalami luka lebam dan goresan lecet di bagian wajahnya. Tak hanya SI, kondisi serupa juga dialami FR (15), RY (15), YG (16), PJ (16) dan LF (15) rekan sekelasnya.
"Karena melihat yang lain ditempeleng, saya berusaha keluar dari kelas, tapi kena tempeleng juga," ujar FR kepada, di SMK PGRI 3 Komplek Pendidikan dan Kebudayaan (PDK) di Kelurahan Kedunghalang, Bogor Utara, Kota Bogor.
"Saya terpaksa melakukan itu (menempeleng, menjambak dan menendang) karena kesal kelompok (6 orang) itu, sudah berkali ditugaskan untuk memfoto copy dan menghapal bahan mata pelajaran tapi tidak dilaksanakan," katanya, Selasa (2/4/2013).
Lebih lanjut, ia menyesal dan tidak akan mengulangi tindak kekerasan terhadap anak didiknya.
"Ya saya sudah minta maaf kepada orang tua siswa dan siswanya. Dan berjanji tidak akan mengulangi," tuturnya.
Sementara itu, Kepala SMK PGRI 3 Bogor Ujang Abdurohim mengatakan, akan mengevaluasi kinerja guru-guru yang kerap melakukan tindak kekerasan dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
"Cara guru kan macam-macam dalam mendidik siswanya agar siswa dapat memperoleh nilai bagus. Tapi tidak dibenarkan cara-cara kekerasan. Makanya kedepannya guru (Deden, red) akan ditinjau lagi, apakah akan dikenakan sanksi atau tidak. Yang jelas yang bersangkutan sudah mengakui dan meminta maaf," katanya.
Sekadar diketahui, Deden Irawan, seorang oknum guru SMK PGRI 3 Kota Bogor tega menganiaya 6 siswanya hanya gara-gara tak mengerjakan tugas. Informasi dihimpun menyebutkan, aksi penganiayaan tersebut bermula saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung pada pukul 08.30 WIB.
"Saat itu mau ulangan lisan mata pelajaran Seni dan Budaya pengajarnya pak Deden, saya nggak bawa foto kopian bahan ulangan lisan, ditegur dan langsung ditempeleng," kata SI, 15, salah seorang siswa kelas 10, yang menjadi korban penganiayaan guru.
Akibat penganiayaan itu, SI mengalami luka lebam dan goresan lecet di bagian wajahnya. Tak hanya SI, kondisi serupa juga dialami FR (15), RY (15), YG (16), PJ (16) dan LF (15) rekan sekelasnya.
"Karena melihat yang lain ditempeleng, saya berusaha keluar dari kelas, tapi kena tempeleng juga," ujar FR kepada, di SMK PGRI 3 Komplek Pendidikan dan Kebudayaan (PDK) di Kelurahan Kedunghalang, Bogor Utara, Kota Bogor.
(stb)