6 siswa SMK PGRI 3 Bogor dipukuli guru
A
A
A
Sindonews.com - Deden Irawan, oknum guru SMK PGRI 3 Kota Bogor, tega menganiaya enam siswanya hanya gara-gara tak mengerjakan tugas. Aksi penganiayaan tersebut, bermula saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung, sekira pukul 08.30 WIB.
"Saat itu mau ulangan lisan mata pelajaran Seni dan Budaya, pengajarnya Pak Deden. Saya enggak bawa foto kopian bahan ulangan lisan, ditegur dan langsung ditempeleng," kata SI (15), salah seorang siswa kelas 10, kepada wartawan, di SMK PGRI 3 Komplek Pendidikan dan Kebudayaan (PDK), Kelurahan Kedunghalang, Bogor Utara, Kota Bogor, Selasa (2/4/2013).
Akibat penganiayaan itu, SI mengalami luka lebam dan goresan lecet di bagian wajahnya. Tak hanya SI, kondisi serupa juga dialami FR (15), RY (15), YG, PJ (16), dan LF (15) rekan sekelasnya.
"Karena melihat yang lain ditempeleng, saya berusaha keluar dari kelas, tapi kena tempeleng juga," sambung FR.
Lebih parah, empat orang rekannya selain ditempeleng, ada yang dilempar tas, dipukul, dan ditendangi. "Teman saya ditendang dan dijambak rambutnya, mau dijedotin ke meja," timpal PJ.
Setelah mendapat perlakuan tak sewajarnya, menurutnya para siswa disuruh memanggil orangtua masing-masing ke sekolah. "Nyuruh datang, tapi sampai sekarang guru dan kepala sekolahnya belum bisa ditemui," kata Suparli (43), ayah SI, saat ditemui di sekolah.
Suparli mengaku, tak terima anak keduanya dianiaya oleh guru. "Saya saja belum pernah menempeleng atau memukul wajah anak saya. Ini guru seenaknya saja. Kalau memang anak saya nakal, ya tegur saja, dengan cara yang baik, bukan menempeleng," katanya.
"Saat itu mau ulangan lisan mata pelajaran Seni dan Budaya, pengajarnya Pak Deden. Saya enggak bawa foto kopian bahan ulangan lisan, ditegur dan langsung ditempeleng," kata SI (15), salah seorang siswa kelas 10, kepada wartawan, di SMK PGRI 3 Komplek Pendidikan dan Kebudayaan (PDK), Kelurahan Kedunghalang, Bogor Utara, Kota Bogor, Selasa (2/4/2013).
Akibat penganiayaan itu, SI mengalami luka lebam dan goresan lecet di bagian wajahnya. Tak hanya SI, kondisi serupa juga dialami FR (15), RY (15), YG, PJ (16), dan LF (15) rekan sekelasnya.
"Karena melihat yang lain ditempeleng, saya berusaha keluar dari kelas, tapi kena tempeleng juga," sambung FR.
Lebih parah, empat orang rekannya selain ditempeleng, ada yang dilempar tas, dipukul, dan ditendangi. "Teman saya ditendang dan dijambak rambutnya, mau dijedotin ke meja," timpal PJ.
Setelah mendapat perlakuan tak sewajarnya, menurutnya para siswa disuruh memanggil orangtua masing-masing ke sekolah. "Nyuruh datang, tapi sampai sekarang guru dan kepala sekolahnya belum bisa ditemui," kata Suparli (43), ayah SI, saat ditemui di sekolah.
Suparli mengaku, tak terima anak keduanya dianiaya oleh guru. "Saya saja belum pernah menempeleng atau memukul wajah anak saya. Ini guru seenaknya saja. Kalau memang anak saya nakal, ya tegur saja, dengan cara yang baik, bukan menempeleng," katanya.
(san)