200 guru ikuti cara melatih emosi anak
A
A
A
Sindonews.com - Sikap keras seorang anak sering dipicu oleh emosi yang tidak dapat terkontrol. Sering kali, guru dan orang tua dibuat pusing olehnya. Bagaimakah cara mengontrol emosi anak?.
dr Amir Zuhdi Parenting Neuroscience mengatakan, untuk bisa memahami emosi anak, para guru dan orang tua bisa melakukan dua hal. Pertama memposisikan diri sebagai konsultan, dan kedua menjadi pelatih bagi anak.
"Untuk bisa menjadi konsultan, orang tua harus membangun kedekatan dengan anak (connected). Setelah itu, mencari kemampuan dan bakat anak (discover)," ujar Amir, saat mengisi seminar Melatih Emosi Anak, di SMP Islam Al-Ikhlas Jakarta, Minggu (26/5/2013).
Ditambahkan dia, untuk menjadi seorang pelatih anak yang baik, harus dimulai dengan menumbuhkan rasa kepercayaan dari anak kepada orangtua. Kepercayaan itu dibangun lewat komunikasi.
"Jadilah pendengar yang baik untuk anak. Asah lah kemampuan bertanya pada anak, dan berikan feedback yang baik kepada mereka," tambahnya.
Untuk mengetahui kemampuan anak, bisa dilihat dari sembilan kecerdasan anak. Terdiri dari kecerdasan musikal, intrapersonal, interpersonal (sosial), visual spasial, natural, kinestetik tubuh, moral, verbal linguistik dan kecerdasan logika matematika.
Setelah mengetahui sembilan kecerdasan pada anak, langkah salanjutnya melihat kecenderungan anak tersebut. Baru kemudian kecerdasan itu diasah, hingga menimbulkan satu hal positif yang membuat bangga guru dan orang tua.
"Terpenting bagaimana kemampuan menemukan kecerdasan anak, dan kita optimalkan kecerdasan tersebut," kata Amir saat memberikan seminar.
Sementara itu, Customer Relation Manager PKPU Ira Nurulia berharap, seminar pelatihan itu dapat membantu para guru dan orang tua murid, dalam melihat secara jeli karakter anak.
"Semoga dengan pelatihan ini, orangtua bisa lebih mengetahui karakter anaknya dan mampu bijak menyikapi setiap perilaku anak," tukasnya.
dr Amir Zuhdi Parenting Neuroscience mengatakan, untuk bisa memahami emosi anak, para guru dan orang tua bisa melakukan dua hal. Pertama memposisikan diri sebagai konsultan, dan kedua menjadi pelatih bagi anak.
"Untuk bisa menjadi konsultan, orang tua harus membangun kedekatan dengan anak (connected). Setelah itu, mencari kemampuan dan bakat anak (discover)," ujar Amir, saat mengisi seminar Melatih Emosi Anak, di SMP Islam Al-Ikhlas Jakarta, Minggu (26/5/2013).
Ditambahkan dia, untuk menjadi seorang pelatih anak yang baik, harus dimulai dengan menumbuhkan rasa kepercayaan dari anak kepada orangtua. Kepercayaan itu dibangun lewat komunikasi.
"Jadilah pendengar yang baik untuk anak. Asah lah kemampuan bertanya pada anak, dan berikan feedback yang baik kepada mereka," tambahnya.
Untuk mengetahui kemampuan anak, bisa dilihat dari sembilan kecerdasan anak. Terdiri dari kecerdasan musikal, intrapersonal, interpersonal (sosial), visual spasial, natural, kinestetik tubuh, moral, verbal linguistik dan kecerdasan logika matematika.
Setelah mengetahui sembilan kecerdasan pada anak, langkah salanjutnya melihat kecenderungan anak tersebut. Baru kemudian kecerdasan itu diasah, hingga menimbulkan satu hal positif yang membuat bangga guru dan orang tua.
"Terpenting bagaimana kemampuan menemukan kecerdasan anak, dan kita optimalkan kecerdasan tersebut," kata Amir saat memberikan seminar.
Sementara itu, Customer Relation Manager PKPU Ira Nurulia berharap, seminar pelatihan itu dapat membantu para guru dan orang tua murid, dalam melihat secara jeli karakter anak.
"Semoga dengan pelatihan ini, orangtua bisa lebih mengetahui karakter anaknya dan mampu bijak menyikapi setiap perilaku anak," tukasnya.
(stb)