1 April, KRL Non-AC Serpong-Bekasi raib
A
A
A
Sindonews. com - Dihapusya operasional Kereta Rangkaian Listrik (KRL) Non-AC, litasan Serpong-Bekasi, per 1 April 2013 mendatang oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) menuai banyak protes dari pelanggan kereta tersebut. Padahal, untuk mengganti KRL Non-AC, PT KAI akan menggantinya dengan KRL AC Commuter Line.
Kepala Staisun Serpong, Satria Gunada mengatakan, pihaknya telah medapatkan edaran PT KAI soal jadwal baru perjalanan KRL, yang akan diberlakukan mulai 1 April 2013.
“Dalam jadwal baru dinyatakan, KRL Non-AC akan dihilangkan, dan diganti dengan dua rangkaian KRL AC Commuter Line baru, untuk lintas Bekasi dan 2 rangkaian KRL AC Commuter Line baru untuk lintas Serpong,” katanya, Selasa (26/3/2013).
Mengacu pada surat edaran itu, tutur Satria, tidak dioperasikannya KRL Non-AC pada lintas Bekasi, dan Serpong juga ditujukan untuk peningkatan pelayanan kepada penumpang. Kondisi KRL yang sudah tidak layak guna sangat berbahaya, dan beresiko tinggi pada keselamatan dan keamananan penumpang pada perjalanan kereta api.
“Banyaknya gangguan yang terjadi pada KRL Non-AC tersebut juga kerap mengganggu kenyamanan perjalanan KRL secara keseluruhan dan sangat berdampak pada pelayanan KRL untuk penumpang. Makanya, dilakukan pergantian kereta guna perbaikan pelayanan,” singkatnya.
Sementara itu, pelanggan KRL Non-AC tidak sepedapat dengan rencana PT KAI. Konsumen berpadat, keputusan PT KAI menghentikan operasional KRL Non-AC dianggap merugikan. Makanya, ribuan pelanggan akan mengancam melakukan aksi besar-besaran.
Para konsumen juga menganggap, keputusan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut dianggap tidak memberikan kesempatan kepada warga tidak mampu untuk mengunakan kereta murah.
“Kebijakan PT KAI yang akan menghentikanpengoperasian KRL non AC, sejak 1 April 2013, akan memberikan kesenjangan kepada penumpang transportasi kereta ekonomi,” kata Martha Risca, juru bicara KRL Mania Lintas Serpong.
PT KAI harusnya mempertimbangkan keputusan tersebut. Karena langkah perusahaan plat merah itu dinilai tidak memberikan solusi bagi penumpang kereta ekonomi lintas Serpong yang harganya tiketnya lebih murah.
“Kami menolak tegas rencana penghentikan KRL Non-AC lintas Serpong. Kereta ekonomi masih dibutuhkan penumpang dari Tangerang," ungkapnya.
Dengan peniadaan kereta murah meriah itu, lanjut Martha, tentu memaksa penumpang kereta api ekonomi untuk beralih naik kereta Commuter Line yang mana harga tiket-nya lebih mahal. Karena harga tiket KRL Non-AC atau kereta ekonomi sekitar Rp1500 per penumpang, tapi ongkos KRL Commuter Line harga tiket sekitar Rp8 ribu.
“Padahal lebih banyak litasan kereta ekonomi dibanding Kommunter Line. Jelas ini tidak berpihak pada rakyat kecil,” pungkasnya.
Kepala Staisun Serpong, Satria Gunada mengatakan, pihaknya telah medapatkan edaran PT KAI soal jadwal baru perjalanan KRL, yang akan diberlakukan mulai 1 April 2013.
“Dalam jadwal baru dinyatakan, KRL Non-AC akan dihilangkan, dan diganti dengan dua rangkaian KRL AC Commuter Line baru, untuk lintas Bekasi dan 2 rangkaian KRL AC Commuter Line baru untuk lintas Serpong,” katanya, Selasa (26/3/2013).
Mengacu pada surat edaran itu, tutur Satria, tidak dioperasikannya KRL Non-AC pada lintas Bekasi, dan Serpong juga ditujukan untuk peningkatan pelayanan kepada penumpang. Kondisi KRL yang sudah tidak layak guna sangat berbahaya, dan beresiko tinggi pada keselamatan dan keamananan penumpang pada perjalanan kereta api.
“Banyaknya gangguan yang terjadi pada KRL Non-AC tersebut juga kerap mengganggu kenyamanan perjalanan KRL secara keseluruhan dan sangat berdampak pada pelayanan KRL untuk penumpang. Makanya, dilakukan pergantian kereta guna perbaikan pelayanan,” singkatnya.
Sementara itu, pelanggan KRL Non-AC tidak sepedapat dengan rencana PT KAI. Konsumen berpadat, keputusan PT KAI menghentikan operasional KRL Non-AC dianggap merugikan. Makanya, ribuan pelanggan akan mengancam melakukan aksi besar-besaran.
Para konsumen juga menganggap, keputusan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut dianggap tidak memberikan kesempatan kepada warga tidak mampu untuk mengunakan kereta murah.
“Kebijakan PT KAI yang akan menghentikanpengoperasian KRL non AC, sejak 1 April 2013, akan memberikan kesenjangan kepada penumpang transportasi kereta ekonomi,” kata Martha Risca, juru bicara KRL Mania Lintas Serpong.
PT KAI harusnya mempertimbangkan keputusan tersebut. Karena langkah perusahaan plat merah itu dinilai tidak memberikan solusi bagi penumpang kereta ekonomi lintas Serpong yang harganya tiketnya lebih murah.
“Kami menolak tegas rencana penghentikan KRL Non-AC lintas Serpong. Kereta ekonomi masih dibutuhkan penumpang dari Tangerang," ungkapnya.
Dengan peniadaan kereta murah meriah itu, lanjut Martha, tentu memaksa penumpang kereta api ekonomi untuk beralih naik kereta Commuter Line yang mana harga tiket-nya lebih mahal. Karena harga tiket KRL Non-AC atau kereta ekonomi sekitar Rp1500 per penumpang, tapi ongkos KRL Commuter Line harga tiket sekitar Rp8 ribu.
“Padahal lebih banyak litasan kereta ekonomi dibanding Kommunter Line. Jelas ini tidak berpihak pada rakyat kecil,” pungkasnya.
(stb)