Pengamat : Gedung Setneg terbakar, darurat kebakaran lemah
A
A
A
Sindonews.com - Pengamat Kebakaran Universitas Indonesia (UI) Fatma Lestari menilai, peristiwa kebakaran yang terjadi di komplek Istana Kepresidenan sore tadi, akibat dari tidak adanya organisasi darurat kebakaran.
Unit Reaksi Cepat (Quick Respond) untuk mengatasi kebakaran secara cepat di objek-objek vital pusat pemerintahan belum terbentuk.
Hal itu, kata Fatma, terlihat dari begitu cepatnya penyebaran api yang makin membesar. Ia menambahkan, respond staf internal Setneg tidak sigap menangani kebakaran, malah pejabat negara mendatangi lokasi kebakaran.
"Pertama sprinkler atau alat untuk memancarkan air di atap juga tidak berjalan, sehingga api tidak bisa dilokalisir malah merembet dan membesar, belum ada organisasi darurat internal, pejabat negara harusnya jangan menghampiri pusat kebakaran, justru harusnya dievakuasi," jelasnya di Depok, Kamis (21/03/2013).
Fatma justru mengkritik gedung-gedung pemerintah, yang masih krisis organisasi pemadam kebakaran. Sejauh ini, kata dia, hanya mengandalkan dinas Pemadam Kebakaran saja.
"Yang saya lakukan pemantauan di gedung-gedung swasta sangat siap justru bagus, gedung pemerintahan belum ada quick respond pemadam kebakaran, kesiapan masih sangat jauh. Komplek Istana Kepresidenan kab objek vital," ungkapnya.
Meski hydrant berfungsi, kata dia, namun hanya bertujuan memadamkan api dari luar. Sementara staf internal tidak sigap.
"Staf internal kedepan harus diperbaiki, jangan cukup andalkan dinas saja jadi cukup lama, idealnya api harus padam dalam waktu 8 menit, ini dalam waktu 45 menit terlalu lama, semakin besar dan menyebar," tutur Fatma.
Ia tidak bisa menduga, apakah kebakaran tersebut disebabkan oleh sabotase. Namun, lanjutnya, terlepas dari sabotase atau bukan, pemerintah harus lebih cepat dan memperbaiki sistem pemadam kebakaran di tiap objek vital.
"Di Asia Tenggara, Indonesia jauh tertinggal dalam penanganan kebakaran, bandingkan dengan Malaysia saja, mereka di sekolah sudah menerapkan sistem yang baik untuk mengatasi kebakaran, mereka sudah sangat siap. Coba lihat di Indonesi, jangankan di sekolah, objek vital di istana saja api berkobar begitu besar dan lama dipadamkan," tukasnya.
Unit Reaksi Cepat (Quick Respond) untuk mengatasi kebakaran secara cepat di objek-objek vital pusat pemerintahan belum terbentuk.
Hal itu, kata Fatma, terlihat dari begitu cepatnya penyebaran api yang makin membesar. Ia menambahkan, respond staf internal Setneg tidak sigap menangani kebakaran, malah pejabat negara mendatangi lokasi kebakaran.
"Pertama sprinkler atau alat untuk memancarkan air di atap juga tidak berjalan, sehingga api tidak bisa dilokalisir malah merembet dan membesar, belum ada organisasi darurat internal, pejabat negara harusnya jangan menghampiri pusat kebakaran, justru harusnya dievakuasi," jelasnya di Depok, Kamis (21/03/2013).
Fatma justru mengkritik gedung-gedung pemerintah, yang masih krisis organisasi pemadam kebakaran. Sejauh ini, kata dia, hanya mengandalkan dinas Pemadam Kebakaran saja.
"Yang saya lakukan pemantauan di gedung-gedung swasta sangat siap justru bagus, gedung pemerintahan belum ada quick respond pemadam kebakaran, kesiapan masih sangat jauh. Komplek Istana Kepresidenan kab objek vital," ungkapnya.
Meski hydrant berfungsi, kata dia, namun hanya bertujuan memadamkan api dari luar. Sementara staf internal tidak sigap.
"Staf internal kedepan harus diperbaiki, jangan cukup andalkan dinas saja jadi cukup lama, idealnya api harus padam dalam waktu 8 menit, ini dalam waktu 45 menit terlalu lama, semakin besar dan menyebar," tutur Fatma.
Ia tidak bisa menduga, apakah kebakaran tersebut disebabkan oleh sabotase. Namun, lanjutnya, terlepas dari sabotase atau bukan, pemerintah harus lebih cepat dan memperbaiki sistem pemadam kebakaran di tiap objek vital.
"Di Asia Tenggara, Indonesia jauh tertinggal dalam penanganan kebakaran, bandingkan dengan Malaysia saja, mereka di sekolah sudah menerapkan sistem yang baik untuk mengatasi kebakaran, mereka sudah sangat siap. Coba lihat di Indonesi, jangankan di sekolah, objek vital di istana saja api berkobar begitu besar dan lama dipadamkan," tukasnya.
(stb)