Kejahatan di angkot sudutkan sopir angkot
A
A
A
Sindonews.com - Masyarakat masih dihantui rasa takut saat naik angkutan umum di ibu kota. Hal itu disebabkan maraknya kejahatan di jalan yang terjadi dalam angkot. Kejadian Annisa Azward (20), mahasiswi UI yang tewas karena melompat dari angkutan umum, kembali mengingatkan warga akan rasa takut itu.
Kriminolog dari Universitas Indonesia Adrianus Meliala mengatakan, semestinya masyarakat tidak memakai pendekatan secara kasuistis hingga menuduh angkot itu tidak aman.
Dia mencontohkan, pada tahun 2012 ada 10 sampai 15 kasus angkot yang tidak aman. Namun, dilihat lagi jumlah angkot yang ada di Jakarta, yang jumlahnya ratusan hanya segelintir saja yang memang melakukan kejahatan.
"Kita bisa lihat, dari ratusan angkutan umum hanya 10-15 kasus kejahatan diangkutan umum," katanya dalam acara seminar bertajuk 'Trend Kejahatan 2012 dan Prediksi Kriminalitas di 2013' di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (14/2/2013).
Dia melanjutkan, jika setahun ada 15 kasus. Namun dalam setahun itu pula, terdapat puluhan juta orang yang diangkut moda transportasi umum. Pertanyaannya kemudian, apa karena hanya lima belas kasus tersebut masyarakat pantas menghakimi angkot-angkot yang tidak bersalah?
"Maka dari itu, jangan ada pendekatan kasus yang dikaitkan dengan kejadian mahasiswi UI loncat," tuturnya.
Sementara itu, Kapolda Metro Jaya Irjen Putut Eko Bayuseno menegaskan, pencegahan fungsi deteksi dini sangatlah penting. Untuk itu, pihaknya menempatkan patroli di tempat tertentu yang rawan kriminalitas.
"Keberadaan anggota di lapangan itu penting. Sehingga orang yang berniat melakukan kejahatan melihat petugas bisa membatalkan niatnya," tukasnya.
Dia melanjutkan, segala bentuk kejahatan yang meresahkan akan diambil tindakan tegas. "Seluruh pelaku kejahatan akan ditindak tegas," tegasnya.
Selain itu, melaksanakan tugas mediasi juga cukup penting sehingga bila ada kasus atau masalah kecil bisa diselesaikan dengan cepat oleh kedua belah pihak yang terlibat.
Kriminolog dari Universitas Indonesia Adrianus Meliala mengatakan, semestinya masyarakat tidak memakai pendekatan secara kasuistis hingga menuduh angkot itu tidak aman.
Dia mencontohkan, pada tahun 2012 ada 10 sampai 15 kasus angkot yang tidak aman. Namun, dilihat lagi jumlah angkot yang ada di Jakarta, yang jumlahnya ratusan hanya segelintir saja yang memang melakukan kejahatan.
"Kita bisa lihat, dari ratusan angkutan umum hanya 10-15 kasus kejahatan diangkutan umum," katanya dalam acara seminar bertajuk 'Trend Kejahatan 2012 dan Prediksi Kriminalitas di 2013' di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (14/2/2013).
Dia melanjutkan, jika setahun ada 15 kasus. Namun dalam setahun itu pula, terdapat puluhan juta orang yang diangkut moda transportasi umum. Pertanyaannya kemudian, apa karena hanya lima belas kasus tersebut masyarakat pantas menghakimi angkot-angkot yang tidak bersalah?
"Maka dari itu, jangan ada pendekatan kasus yang dikaitkan dengan kejadian mahasiswi UI loncat," tuturnya.
Sementara itu, Kapolda Metro Jaya Irjen Putut Eko Bayuseno menegaskan, pencegahan fungsi deteksi dini sangatlah penting. Untuk itu, pihaknya menempatkan patroli di tempat tertentu yang rawan kriminalitas.
"Keberadaan anggota di lapangan itu penting. Sehingga orang yang berniat melakukan kejahatan melihat petugas bisa membatalkan niatnya," tukasnya.
Dia melanjutkan, segala bentuk kejahatan yang meresahkan akan diambil tindakan tegas. "Seluruh pelaku kejahatan akan ditindak tegas," tegasnya.
Selain itu, melaksanakan tugas mediasi juga cukup penting sehingga bila ada kasus atau masalah kecil bisa diselesaikan dengan cepat oleh kedua belah pihak yang terlibat.
(san)