KM Anugerah dihantam ombak, 1 ABK hilang
A
A
A
Sindonews.com - Seorang nelayan dikabarkan hilang, setelah Kapal Motor (KM) Anugerah dihantam ombak setinggi empat meter di sekitar perairan Pulau Rakit. Upaya pencarian sudah dilakukan, namun tidak membuahkan hasil.
Anak buah Kapal KM Anugerah yang dinyatakan hilang, Ato bin Saidin (25) warga Desa Karang Song blok Sawah Sekotak, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu. Korban dinyatakan hilang, setelah dilakukan pencarian oleh rekan-rekan korban sesama nelayan di sekitar lokasi kejadian tanpa membuahkan hasil.
Manager TPI Karang Song Rusmadi mengatakan, KM Anugerah yang dinahkodai Cecep akan pulang menuju lokasi pendaratan ikan di Dermaga Pelabuhan Karang Song. Namun, di sekitar pulau Rakit, kapal dihantam gelombang besar dan pada saat bersamaan korban yang tengah tertidur, terpental dan langsung tercebur ke laut.
"Kejadiannya di sekitar perairan Pulau Rakit. Posisi mau pulang. Korban terpental karena ombak besar. Kami tidak dapat menolong, karena ombaknya cukup besar," jelas Rusmadi, Minggu (13/1/2013).
Melihat kejadian itu, seluruh rekan korban yang berada di atas kapal langsung berinisiatif mencari korban.
"Pencarian dilakukan dengan memutari lokasi kejadian oleh kapal anugerah bersama rekan-rekan korban," kata Rusmadi.
Namun, setelah dilakukan pencarian, korban tidak dapat ditemukan dan dinyatakan hilang. Atas kejadian itu, nahkoda KM Anugerah dan pemilik kapal langsung melaporkan peristiwa tersebut ke pengurus TPI, kantor pelabuhan dan Polair Indramayu.
Sebelumnya, enam orang nelayan asal Desa Majakerta Kecamatan Indramayu, sempat hilang, setelah gelombang tinggi menenggelamkan perahu "Satria Jaya" di sekitar perairan Indramayu.
Keenam Anak Buah Kapal (ABK) yang sempat hilang, Marsidi (32) yang bertugas sebagai nahkoda, serta lima orang nelayan lain, Darsam (40), Waryono (25), Jono (20), Sriyandi (20) dan Muhadi (25).
Seluruh nelayan yang hilang itu merupakan warga desa Majakerta Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu. Sementara itu, Mustadi (38) nelayan yang tergabung dalam serikat nelayan tradisional (SNT) Kabupaten Indramayu menilai, cuaca buruk yang terjadi saat ini, diharapkan dapat diantisipasi oleh nelayan.
"Kalau memang, kondisinya tidak memungkinkan, nelayan diharapan tidak melaut," katanya.
Tujuannya, untuk menjaga keselamatan dibandingkan harus memaksakan untuk tetap melaut.
Anak buah Kapal KM Anugerah yang dinyatakan hilang, Ato bin Saidin (25) warga Desa Karang Song blok Sawah Sekotak, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu. Korban dinyatakan hilang, setelah dilakukan pencarian oleh rekan-rekan korban sesama nelayan di sekitar lokasi kejadian tanpa membuahkan hasil.
Manager TPI Karang Song Rusmadi mengatakan, KM Anugerah yang dinahkodai Cecep akan pulang menuju lokasi pendaratan ikan di Dermaga Pelabuhan Karang Song. Namun, di sekitar pulau Rakit, kapal dihantam gelombang besar dan pada saat bersamaan korban yang tengah tertidur, terpental dan langsung tercebur ke laut.
"Kejadiannya di sekitar perairan Pulau Rakit. Posisi mau pulang. Korban terpental karena ombak besar. Kami tidak dapat menolong, karena ombaknya cukup besar," jelas Rusmadi, Minggu (13/1/2013).
Melihat kejadian itu, seluruh rekan korban yang berada di atas kapal langsung berinisiatif mencari korban.
"Pencarian dilakukan dengan memutari lokasi kejadian oleh kapal anugerah bersama rekan-rekan korban," kata Rusmadi.
Namun, setelah dilakukan pencarian, korban tidak dapat ditemukan dan dinyatakan hilang. Atas kejadian itu, nahkoda KM Anugerah dan pemilik kapal langsung melaporkan peristiwa tersebut ke pengurus TPI, kantor pelabuhan dan Polair Indramayu.
Sebelumnya, enam orang nelayan asal Desa Majakerta Kecamatan Indramayu, sempat hilang, setelah gelombang tinggi menenggelamkan perahu "Satria Jaya" di sekitar perairan Indramayu.
Keenam Anak Buah Kapal (ABK) yang sempat hilang, Marsidi (32) yang bertugas sebagai nahkoda, serta lima orang nelayan lain, Darsam (40), Waryono (25), Jono (20), Sriyandi (20) dan Muhadi (25).
Seluruh nelayan yang hilang itu merupakan warga desa Majakerta Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu. Sementara itu, Mustadi (38) nelayan yang tergabung dalam serikat nelayan tradisional (SNT) Kabupaten Indramayu menilai, cuaca buruk yang terjadi saat ini, diharapkan dapat diantisipasi oleh nelayan.
"Kalau memang, kondisinya tidak memungkinkan, nelayan diharapan tidak melaut," katanya.
Tujuannya, untuk menjaga keselamatan dibandingkan harus memaksakan untuk tetap melaut.
(stb)