Ternak unggas di garut rentan terserang tetelo
A
A
A
Sindonews.com – Selain flu burung, ribuan ekor ternak unggas di Kabupaten Garut rawan terkena penyakit ND (Newcastel Disseases) atau tetelo. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini rawan terjadi di Garut karena kondisi sanitasi dan kandang ternak pada umumnya sangat buruk.
Kepala Dinas Peternakan dan Kelautan (Disnakanla) Kabupaten Garut Hermanto mengatakan, tingginya angka kematian unggas seperti itik dan ayam dari tahun ke tahun umumnya disebabkan oleh penyakit tetelo.
Dari data yang dihimpun pihak Disnakanla Garut, jumlah ternak unggas yang mati dalam kurun waktu Desember 2012 hingga saat ini adalah sebanyak 700 ekor.
“Bukan hanya faktor teknis buruknya sanitasi dan kotornya kandang, faktor cuaca juga dominan menyebabkan ternak unggas mati. Penyakit ini memang rentan menyerang unggas di Garut pada setiap tahunnya,” katanya saat ditemui Selasa (9/1/2013).
Untuk mengantisipasi mewabahnya serangan penyakit tetelo, pihaknya langsung melakukan sosialisasi ke sejumlah kecamatan di Kabupaten Garut agar para pemilik ternak lebih memerhatikan kondisi sanitasi dan kebersihan kandang. Ia pun mengaku telah menyiapkan 10 ribu dosis vaksin tetelo per tiga bulan sekali.
“Wilayah dengan kasus penyakit tetelo tertinggi di Garut adalah Kecamatan Banyuresmi, Cibiuk, dan Leuwigoong. Kecamatan Banyuresmi sendiri merupakan kawasan endemik flu burung,” sebutnya.
Pelaksanaan sosialisasi, pemberian vaksin, hingga penyemprotan disinfektan sendiri setidaknya dilakukan dengan cara berkeliling ke beberapa wilayah yang telah ditentukan. Seluruh kegiatan tersebut setidaknya melibatkan unsur pemerintah, kecamatan, desa, hingga masyarakat.
Kasubdin Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Iman Budiman mengatakan, upaya lain untuk menekan adanya serangan penyakit tetelo adalah dengan meningkatkan pengawasan lalu lintas pemasaran unggas. Seluruh petugas UPTD Peternakan di setiap kecamatan, tambah Iman, kini harus mulai memperketat pemeriksaan fisik dan administrasi surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari daerah asal unggas.
“Ternak yang terkena penyakit ini bisa menularkan ke ternak lainnya. Para petugas peternakan di setiap kecamatan harus terus memantau kondisi di lapangan dan melaporkannya ke dinas,” tukasnya.
Kepala Dinas Peternakan dan Kelautan (Disnakanla) Kabupaten Garut Hermanto mengatakan, tingginya angka kematian unggas seperti itik dan ayam dari tahun ke tahun umumnya disebabkan oleh penyakit tetelo.
Dari data yang dihimpun pihak Disnakanla Garut, jumlah ternak unggas yang mati dalam kurun waktu Desember 2012 hingga saat ini adalah sebanyak 700 ekor.
“Bukan hanya faktor teknis buruknya sanitasi dan kotornya kandang, faktor cuaca juga dominan menyebabkan ternak unggas mati. Penyakit ini memang rentan menyerang unggas di Garut pada setiap tahunnya,” katanya saat ditemui Selasa (9/1/2013).
Untuk mengantisipasi mewabahnya serangan penyakit tetelo, pihaknya langsung melakukan sosialisasi ke sejumlah kecamatan di Kabupaten Garut agar para pemilik ternak lebih memerhatikan kondisi sanitasi dan kebersihan kandang. Ia pun mengaku telah menyiapkan 10 ribu dosis vaksin tetelo per tiga bulan sekali.
“Wilayah dengan kasus penyakit tetelo tertinggi di Garut adalah Kecamatan Banyuresmi, Cibiuk, dan Leuwigoong. Kecamatan Banyuresmi sendiri merupakan kawasan endemik flu burung,” sebutnya.
Pelaksanaan sosialisasi, pemberian vaksin, hingga penyemprotan disinfektan sendiri setidaknya dilakukan dengan cara berkeliling ke beberapa wilayah yang telah ditentukan. Seluruh kegiatan tersebut setidaknya melibatkan unsur pemerintah, kecamatan, desa, hingga masyarakat.
Kasubdin Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Iman Budiman mengatakan, upaya lain untuk menekan adanya serangan penyakit tetelo adalah dengan meningkatkan pengawasan lalu lintas pemasaran unggas. Seluruh petugas UPTD Peternakan di setiap kecamatan, tambah Iman, kini harus mulai memperketat pemeriksaan fisik dan administrasi surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari daerah asal unggas.
“Ternak yang terkena penyakit ini bisa menularkan ke ternak lainnya. Para petugas peternakan di setiap kecamatan harus terus memantau kondisi di lapangan dan melaporkannya ke dinas,” tukasnya.
(stb)