BKT dan BKB belum berfungsi secara maksimal

Senin, 24 Desember 2012 - 21:26 WIB
BKT dan BKB belum berfungsi secara maksimal
BKT dan BKB belum berfungsi secara maksimal
A A A
Sindonews.com - Niat pemerintah DKI Jakarta (Pemprov) untuk mengendalikan banjir, dengan membuat Banjir Kanal Timur (BKT) dan Banjir Kanal Barat (BKB), merupakan terobosan pemprov dalam mengurangi debit air berlebih yang selalu menghantui warga Jakarta, disaat musim penghujan tiba seperti sekarang ini.

Pengamat Tata Kota Nrwono Joga mengatakan, keberadaan BKT maupun BKB yang diharapkan mampu menjadi pengendali banjir, nampaknya kini belum mampu menunjukan adanya tanda-tanda yang signifikan, untuk mengurangi banjir yang melanda di sejumlah daerah di Jakarta.

Padahal, volume air yang menggenangi Jakarta, kata dia, selama musim penghujan, keberadaan BKB maupun BKT diharapkan mampu menyedot debit air sebesar 50 persen dari total volume air yang ada, dimana masing-masing sungai tersebut, menyumbang kontribusi sebesar 25 persen, sehingga debit air di Jakarta saat musim penghujan dapat dioptimalkan separuhnya untuk meminimalisir banjir.

Namun faktanya keberadaan dua saluran besar itu belum mampu berfungsi optimal untuk membawa volume air ke muara.

"BKT baru bisa mencapai 20 persen, sedangkan BKB hanya 10-15 persen karena masih penuh sampah, limbah, lumpur dan pemukiman di tepi sungai," tuturnya melalui pesan singkat kepada wartawan, Senin (24/12/2012).

Dia mengaku, sumber ekonomi baru yang tumbuh di sekitar bantaran sungai BKT maupun BKB, dikhawatirkan juga, akan menimbulkan masalah serius, karena perilaku masyarakat yang berjualan maupun pengunjung yang datang di sekitar bantaran sungai, cenderung suka membuang sampah sembarangan.

Dikatakannya, keberadaan BKB dan BKT hanya akan berfungsi saat masyarakat sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan ke sungai dan menjadikan sungai sebagai halaman depan rumah, serta melindungi jalur hijau sungai bebas dari bangunan.

"Untuk itu perlu adanya rekayasa sosial untuk mendidik masyarakat, menegakan aturan tata ruang," tuturnya.

Katanya, untuk mengatur masyarakat agar sadar akan lingkungan, memanglah tidak semudah membalikan telapak tangan, butuh waktu lama untuk mencapai harapan yang optimal.

Menurutnya, negara tetangga seperti Singapura perlu waktu 20 tahun, Vietnam 10tahun, dan Osaka 10tahun. Sementara jika pemerintah serius dan masyarakat sadar betapa pentingnya menjaga lingkungan, Jakarta diharapkan bisa 5-7 tahun.

Sementara itu di tempat terpisah, pantauan Sindonews, setiap sore kawasan bantaran sungai BKT, selalu dipenuhi deretan pedagang dadakan yang berjualan, seperti yang terlihat di Kelurahan Pondok Bambu.

banyaknya pedagang yang berjualan di sekitar bantaran BKT, menyebabkan banyak warga yang datang untuk menikmati jajanan yang dijual oleh pedagang.

Namun, keramaian pedagang dan warga yang ada di sekitar bantaran, menimbulkan masalah baru. Pasalnya, tak jarang warga maupun pedagang yang berjualan, membuang sampah sembarangan ke sungai.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5618 seconds (0.1#10.140)