Jakarta butuh terobosan ekstrem
A
A
A
Sindonews.com – Persoalan kompleks di Provinsi DKI Jakarta tidak bisa diselesaikan dengan program biasa. Kandidat gubernur-wakil gubernur harus berani menawarkan terobosan ekstrem yang bisa mengatasi persoalan di wilayah ini.
Pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Yayat Supriatna menyebut terobosan yang perlu dilakukan nakhoda Jakarta ke depan adalah bagaimana dapat mengatasi pertumbuhan penduduk yang membengkak dan terpusatnya semua aktivitas di Ibu Kota.
Persoalan kependudukan inilah sumber masalah yang memicu munculnya seabrek masalah lain di Jakarta seperti kemacetan, persampahan, kriminalitas, dan banjir. “Dulu sempat ada usulan Ali Sadikin membuat Jakarta ini tertutup dari serbuan orang luar Jakarta, tapi ditolak,” ujar Yayat di Jakarta, Senin 25 Juni 2012.
Dia mengakui tidak mudah menyelesaikan dua persoalan tersebut. Kendati demikian, harapan tersebut bisa diwujudkan jika Jakarta mampu meredistribusi fungsi. Untuk persoalan pendidikan, misalnya, dapat dibagi ke arah Depok.
Selama ini Depok telah memiliki Universitas Indonesia (UI) sebagai pusat pendidikan, kemudian untuk pemerintahan dapat dibagi keluar Jakarta. Seperti presiden dapat bekerja di Istana Bogor. "Begitu pula dengan mal, tidak lagi dibangun di pusat kota, tapi ke pinggir daerah. Dengan adanya mal di pinggir kota, warga luar pun tidak lagi berebut ke Jakarta,” katanya.
Pengamat politik dari UI, Arbi Sanit, menganggap keenam pasang calon tidak memiliki visi dan misi yang jelas dalam menyelesaikan berbagai persoalan di Jakarta selama ini.
Visi dan misi yang disampaikan di depan anggota DPRD DKI Jakarta 24 Juni 2012 baru bersifat gambaran dasar. Bahkan para pasangan calon gubernur ini kerap membuat program kurang realistis dan jauh dari logika masyarakat. Padahal masyarakat Ibu Kota, lanjut pengamat senior ini, membutuhkan penjelasan lebih detail lagi bagaimana seorang sosok calon gubernur mampu memecahkan masalah Jakarta ini di lima tahun menjabat nanti.
Bila tidak, mereka menganggap hajatan Pilkada DKI hanya sebagai seremoni, upacara, tanpa ada harapan perubahan. “Warga Jakarta ini sudah cerdas. Mereka lebih memahami masalah di sekitarnya. Begitu pula bagaimana mengatasinya,” ujar Arbi.
Dia mencontohkan program pengadaan mobil bus Transjakarta sebagai angkutan massal sebanyak 1.000 unit lagi. Di sana calon bersangkutan tidak menjelaskan bagaimana cara mengadakan mobil itu, mekanisme pengelolaan dana, penyediaan jalan, dan jaminan kelancaran agar masyarakat dari kalangan mampu bisa menggunakan angkutan tersebut.
Sementara itu, Sekretaris Tim Sukses Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, Budi Siswanto, menegaskan bahwa program kerja calon yang diusungnya tersebut sangat terukur. Sebagai calon incumbent, Fauzi Bowo telah membuktikan kinerjanya berhasil selama memimpin Jakarta lima tahun belakangan ini.
Sekarang Fauzi dan Nachrowi tinggal melanjutkan dan menuntaskan program yang masih berlangsung. "Pak Foke (Fauzi Bowo) itu sangat menguasai data masalah Jakarta ini. Bahkan cara penyelesaiannya pun telah dimiliki. Solusi terhadap persoalan itu pun telah dirasakan publik selama ini. Tinggal menuntaskan saja," ujar Budi.
Juru Bicara Tim Sukses Jokowi-Basuki, M Taufik, mengklaim program yang ditawarkan jagonya lebih konkret dibanding pasangan kandidat lain. Dia menggambarkan program Jokowi secara tegas menitikberatkan pada efisiensi APBD, keberpihakan kepada rakyat kecil. "Programnya bagaimana mengakomodasi kalangan bawah tanpa ada kekerasan,” katanya.
Ketua DPD Partai Golkar DKI Jakarta Priya Ramadhani, Juru Bicara Tim Sukses Alex Noerdin-Nono Sampono mengklaim, dari enam pasang cagub saat ini hanya Alex Noerdin yang memiliki visi dan misi terukur.
Kemampuan pasangan ini menargetkan persoalan Jakarta dapat dikerjakan selama tiga tahun dan lima tahun itu telah disertai dengan langkah nyata di setiap waktunya. “Bukan sekadar program yang dimiliki Alex-Nono ini,” ujar Priya.
Hal senada disampaikan Alif Sjavhciar, tim sukses Hendardji Soepandji. Alif menegaskan bahwa visi dan misi Hendardji sudah masuk. Sayangnya, semua calon tidak mempunyai waktu cukup untuk memberi penjelasan secara lengkap.
"Meski demikian secara krusial visi yang ada sudah disampaikan secara lugas,” kilahnya.
Pengamat Politik Universitas Nasional (Unas) Alfan Alfian menyarankan masyarakat mencatat janji pasangan kandidat yang mereka dukung. Bagi Alfan, janji mereka harus dikawal agar dapat direalisasikan bila terpilih. “Bila tidak, maka janji tinggal janji. Program tinggal di buku. Pembangunan tidak sesuai dengan harapan warga,” kata Alfan.
Dia menilai visi dan misi dari semua calon ini sudah memberikan tawaran cukup menarik. Setiap calon menampilkan bentuk-bentuk persoalan utama di Jakarta. Mereka pun memberikan solusi beragam dan terukur. “Dalam satu masalah, setiap calon memberikan bentuk solusi berbeda. Semuanya berorientasi untuk menciptakan bagaimana adanya perubahan di Jakarta di masa mendatang,” tambahnya. (lil)
Pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Yayat Supriatna menyebut terobosan yang perlu dilakukan nakhoda Jakarta ke depan adalah bagaimana dapat mengatasi pertumbuhan penduduk yang membengkak dan terpusatnya semua aktivitas di Ibu Kota.
Persoalan kependudukan inilah sumber masalah yang memicu munculnya seabrek masalah lain di Jakarta seperti kemacetan, persampahan, kriminalitas, dan banjir. “Dulu sempat ada usulan Ali Sadikin membuat Jakarta ini tertutup dari serbuan orang luar Jakarta, tapi ditolak,” ujar Yayat di Jakarta, Senin 25 Juni 2012.
Dia mengakui tidak mudah menyelesaikan dua persoalan tersebut. Kendati demikian, harapan tersebut bisa diwujudkan jika Jakarta mampu meredistribusi fungsi. Untuk persoalan pendidikan, misalnya, dapat dibagi ke arah Depok.
Selama ini Depok telah memiliki Universitas Indonesia (UI) sebagai pusat pendidikan, kemudian untuk pemerintahan dapat dibagi keluar Jakarta. Seperti presiden dapat bekerja di Istana Bogor. "Begitu pula dengan mal, tidak lagi dibangun di pusat kota, tapi ke pinggir daerah. Dengan adanya mal di pinggir kota, warga luar pun tidak lagi berebut ke Jakarta,” katanya.
Pengamat politik dari UI, Arbi Sanit, menganggap keenam pasang calon tidak memiliki visi dan misi yang jelas dalam menyelesaikan berbagai persoalan di Jakarta selama ini.
Visi dan misi yang disampaikan di depan anggota DPRD DKI Jakarta 24 Juni 2012 baru bersifat gambaran dasar. Bahkan para pasangan calon gubernur ini kerap membuat program kurang realistis dan jauh dari logika masyarakat. Padahal masyarakat Ibu Kota, lanjut pengamat senior ini, membutuhkan penjelasan lebih detail lagi bagaimana seorang sosok calon gubernur mampu memecahkan masalah Jakarta ini di lima tahun menjabat nanti.
Bila tidak, mereka menganggap hajatan Pilkada DKI hanya sebagai seremoni, upacara, tanpa ada harapan perubahan. “Warga Jakarta ini sudah cerdas. Mereka lebih memahami masalah di sekitarnya. Begitu pula bagaimana mengatasinya,” ujar Arbi.
Dia mencontohkan program pengadaan mobil bus Transjakarta sebagai angkutan massal sebanyak 1.000 unit lagi. Di sana calon bersangkutan tidak menjelaskan bagaimana cara mengadakan mobil itu, mekanisme pengelolaan dana, penyediaan jalan, dan jaminan kelancaran agar masyarakat dari kalangan mampu bisa menggunakan angkutan tersebut.
Sementara itu, Sekretaris Tim Sukses Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, Budi Siswanto, menegaskan bahwa program kerja calon yang diusungnya tersebut sangat terukur. Sebagai calon incumbent, Fauzi Bowo telah membuktikan kinerjanya berhasil selama memimpin Jakarta lima tahun belakangan ini.
Sekarang Fauzi dan Nachrowi tinggal melanjutkan dan menuntaskan program yang masih berlangsung. "Pak Foke (Fauzi Bowo) itu sangat menguasai data masalah Jakarta ini. Bahkan cara penyelesaiannya pun telah dimiliki. Solusi terhadap persoalan itu pun telah dirasakan publik selama ini. Tinggal menuntaskan saja," ujar Budi.
Juru Bicara Tim Sukses Jokowi-Basuki, M Taufik, mengklaim program yang ditawarkan jagonya lebih konkret dibanding pasangan kandidat lain. Dia menggambarkan program Jokowi secara tegas menitikberatkan pada efisiensi APBD, keberpihakan kepada rakyat kecil. "Programnya bagaimana mengakomodasi kalangan bawah tanpa ada kekerasan,” katanya.
Ketua DPD Partai Golkar DKI Jakarta Priya Ramadhani, Juru Bicara Tim Sukses Alex Noerdin-Nono Sampono mengklaim, dari enam pasang cagub saat ini hanya Alex Noerdin yang memiliki visi dan misi terukur.
Kemampuan pasangan ini menargetkan persoalan Jakarta dapat dikerjakan selama tiga tahun dan lima tahun itu telah disertai dengan langkah nyata di setiap waktunya. “Bukan sekadar program yang dimiliki Alex-Nono ini,” ujar Priya.
Hal senada disampaikan Alif Sjavhciar, tim sukses Hendardji Soepandji. Alif menegaskan bahwa visi dan misi Hendardji sudah masuk. Sayangnya, semua calon tidak mempunyai waktu cukup untuk memberi penjelasan secara lengkap.
"Meski demikian secara krusial visi yang ada sudah disampaikan secara lugas,” kilahnya.
Pengamat Politik Universitas Nasional (Unas) Alfan Alfian menyarankan masyarakat mencatat janji pasangan kandidat yang mereka dukung. Bagi Alfan, janji mereka harus dikawal agar dapat direalisasikan bila terpilih. “Bila tidak, maka janji tinggal janji. Program tinggal di buku. Pembangunan tidak sesuai dengan harapan warga,” kata Alfan.
Dia menilai visi dan misi dari semua calon ini sudah memberikan tawaran cukup menarik. Setiap calon menampilkan bentuk-bentuk persoalan utama di Jakarta. Mereka pun memberikan solusi beragam dan terukur. “Dalam satu masalah, setiap calon memberikan bentuk solusi berbeda. Semuanya berorientasi untuk menciptakan bagaimana adanya perubahan di Jakarta di masa mendatang,” tambahnya. (lil)
()