Faisal-Biem ibarat kuda hitam di Pilgub DKI

Senin, 25 Juni 2012 - 10:03 WIB
Faisal-Biem ibarat kuda hitam di Pilgub DKI
Faisal-Biem ibarat kuda hitam di Pilgub DKI
A A A
Sindonews.com - Genderang perang Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2012 dimulai. Masing-masing pasangan calon turun langsung ke tengah masyarakat, menggelar kampanye terbuka dan berebut simpati warga Jakarta. Perebutan kursi DKI I dimulai.

Pengamat sosiologi politik dari Universitas Gajah Mada (UGM) Arie Djito melihat, pasangan calon independen Faisal Basri-Biem Benjamin sebagai kuda hitam dalam Pilgub DKI. Sebab mereka harus berhadapan dengan dua lawan terberatnya, Fauzi Bowo (Foke)-Nacrowi Ramli dan Joko Widodo (Jokowi)-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

"Faisal Basri-Biem Benjamin merupakan calon independen yang memiliki peluang untuk menjadi kuda hitam dalam konstelasi Pemilukada DKI ini. Terutama di tengah suasana kejenuhan dan kefrustasian publik pada parpol yang banyak sekali terseret pada beragam masalah," ujar Arie di Jakarta, Senin (25/6/2012).

Secara empirik, peluang Faisal-Biem masih 50 persen. Untuk dapat menempati kursi DKI I, mereka harus bisa menyakinkan warga Jakarta bahwa pembangunan Jakarta harus dimulai dengan pergantian pemimpin dan sistem mendasar yang ada dalam visi dan misinya.

"Faisal-Biem harus menyampaikan kepada publik bahwa model kampanye dan substansi yang dibawakan dalam kampanye berbeda dibandingkan dengan kandidat lainnya. Seperti model saweran, dukungan para tokoh lintas kelompok, serta figur-figur di belakang FB adalah tokoh kredibel yang siap membantu FB untuk perubahan," terangnya.

Strategi lain yang bisa dilakukan Faisal-Biem adalah melakukan pendekatan pada golongan menengah dan grass root dengan menggunakan bahasa berbeda tetapi substansinya sama. "Jakarta butuh pemimpin yang bersih dari korupsi, baik kandidatnya maupun lembaga atau organisasi pengusung serta pendukungnya," tutup Arie.

Lebih lanjut, dia berharap, jika ingin mendapatkan perubahan nyata, warga harus berpikiran rasional untuk memilih kandidat tidak karena agama atau etnisnya, tetapi karena program-program kerja, gagasan dan yang penting karena masa lalunya yang bebas dari kecurigaan praktik korupsi. (san)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6434 seconds (0.1#10.140)
pixels