Sering meminta cerai, istri dibakar suami
A
A
A
Sindonews.com – Hanya karena kesal sang istri selalu meminta cerai, Andi Pilar, 46, tega membunuh istrinya, Sri Hartati, dengan dianiaya dan dibakar.
Aksi sadis lelaki yang berprofesi sebagai guru ini terjadi di rumah pasangan suami-istri tersebut di Jalan Pinangranti RT 07/02, Makasar, Jakarta Timur, Sabtu (26/5) lalu. Meski terjadi akhir pekan lalu, Andi Pilar baru diserahkan pihak keluarga pada Selasa (29/5) dini hari lalu.Kasi Humas Polsek Makasar Ipda Arief Rahman mengatakan, Sabtu lalu penyidik mendapatkan laporan peristiwa kebakaran di rumah pelaku sekaligus korban.
Dalam kebakaran tersebut, korban tewas akibat luka bakar di sekujur tubuhnya. Saat dilakukan autopsi, tim dokter menyatakan sebelum terbakar korban sudah mengalami penganiayaan berat, di mana tulang iganya patah dan luka robek di kepalanya.Karena kecurigaan inilah, penyidik pun memanggil Andi Pilar yang diantar keluarganya ke Polsek Makasar. Setelah diperiksa selama lima jam, pelaku akhirnya mengakui telah membunuh istrinya, yang tercatat sebagai PNS di Mahkamah Agung.
”Motif pembunuhan ini karena pelaku kesal korban selalu meminta cerai,” katanya. Sementara itu, Andi Pilar mengaku menyesal telah melakukan tindakan keji tersebut. Menurutnya, sikap istrinya yang selalu meminta cerai membuat dirinya lepas kendali.Malam itu Andi memukul bagian kepala dan tubuh korban hingga meregang nyawa.Panik melihat istri tercintanya tewas,Andi pun membakar rumahnya untuk menghilangkan jejak pembunuhan yang dilakukannya.
Andi Pilar menuturkan, dirinya sudah tidak bisa menahan kesabaran dan mengendalikan emosinya ketika sang istri terus merengek untuk diceraikan. Andi Pilar enggan menceraikan sang istri dengan alasan tidak ingin membuat anaknya yang telah sekolah di sebuah SMP, menjadi korban perceraian mereka. “Anak saya butuh kasih sayang dari kami berdua. Makanya saya tidak ingin bercerai dengannya,” ujar lelaki yang bekerja sebagai guru ini.
Sementara itu,psikolog dari Universitas Tarumanegara Lia Latif mengatakan bahwa faktor pengendalian emosi memang berbeda pada setiap manusia. Kedekatan di antara anggota keluarga dapat menimbulkan konflik jika kurang komunikasi. Terkadang kesibukan menimbulkan kurangnya komunikasi di antara mereka.
Jika ada masalah yang awalnya kecil, apabila dibiarkan dapat semakin membesar dan menimbulkan sikap stres yang berat. ”Jika stres sudah menumpuk dan tidak mampu tersalurkan maka yang terjadi adalah perilaku yang tidak diduga dan cenderung meledak-ledak,”jelasnya. (wbs)
Aksi sadis lelaki yang berprofesi sebagai guru ini terjadi di rumah pasangan suami-istri tersebut di Jalan Pinangranti RT 07/02, Makasar, Jakarta Timur, Sabtu (26/5) lalu. Meski terjadi akhir pekan lalu, Andi Pilar baru diserahkan pihak keluarga pada Selasa (29/5) dini hari lalu.Kasi Humas Polsek Makasar Ipda Arief Rahman mengatakan, Sabtu lalu penyidik mendapatkan laporan peristiwa kebakaran di rumah pelaku sekaligus korban.
Dalam kebakaran tersebut, korban tewas akibat luka bakar di sekujur tubuhnya. Saat dilakukan autopsi, tim dokter menyatakan sebelum terbakar korban sudah mengalami penganiayaan berat, di mana tulang iganya patah dan luka robek di kepalanya.Karena kecurigaan inilah, penyidik pun memanggil Andi Pilar yang diantar keluarganya ke Polsek Makasar. Setelah diperiksa selama lima jam, pelaku akhirnya mengakui telah membunuh istrinya, yang tercatat sebagai PNS di Mahkamah Agung.
”Motif pembunuhan ini karena pelaku kesal korban selalu meminta cerai,” katanya. Sementara itu, Andi Pilar mengaku menyesal telah melakukan tindakan keji tersebut. Menurutnya, sikap istrinya yang selalu meminta cerai membuat dirinya lepas kendali.Malam itu Andi memukul bagian kepala dan tubuh korban hingga meregang nyawa.Panik melihat istri tercintanya tewas,Andi pun membakar rumahnya untuk menghilangkan jejak pembunuhan yang dilakukannya.
Andi Pilar menuturkan, dirinya sudah tidak bisa menahan kesabaran dan mengendalikan emosinya ketika sang istri terus merengek untuk diceraikan. Andi Pilar enggan menceraikan sang istri dengan alasan tidak ingin membuat anaknya yang telah sekolah di sebuah SMP, menjadi korban perceraian mereka. “Anak saya butuh kasih sayang dari kami berdua. Makanya saya tidak ingin bercerai dengannya,” ujar lelaki yang bekerja sebagai guru ini.
Sementara itu,psikolog dari Universitas Tarumanegara Lia Latif mengatakan bahwa faktor pengendalian emosi memang berbeda pada setiap manusia. Kedekatan di antara anggota keluarga dapat menimbulkan konflik jika kurang komunikasi. Terkadang kesibukan menimbulkan kurangnya komunikasi di antara mereka.
Jika ada masalah yang awalnya kecil, apabila dibiarkan dapat semakin membesar dan menimbulkan sikap stres yang berat. ”Jika stres sudah menumpuk dan tidak mampu tersalurkan maka yang terjadi adalah perilaku yang tidak diduga dan cenderung meledak-ledak,”jelasnya. (wbs)
()