Tim SAR bermalam sambil bergelayutan di tebing
A
A
A
Sindonews.com - Pelaksanaan evakuasi jasad korban pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Kabupaten Bogor, masih akan dilakukan. Meski Tim SAR Gabungan TNI/Polri telah menemukan bangkai pesawat maupun jenazah para korban, bukan berarti proses evakuasi berlangsung lancar.
Untuk menggapai jenazah para korban yang bergeletakan di antara puing-puing pesawat, personel tim SAR yang diterjunkan sebanyak 300 orang harus melakukan rafling (teknik turun menggunakan tali). Hebatnya, teknik ini dilakukan para personel selama semalaman suntuk.
"Sulit sekali, kondisi alam di sekitar lokasi pesawat dan korban. Selain tebingnya sangat dalam, kemiringannya pun mencapai 85 derajat atau hampir tegak lurus. Karena itulah 300 personel terpaksa melakukan rafling. Teknik ini tidak dilakukan sebentar, tapi semalam suntuk mereka harus bergelayutan menggunakan tali di antara dinding tebing," ujar Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di lokasi jatuhnya pesawat, Gunung Salak, Bogor, Sabtu (12/5/2012).
Bila melihat tindakan itu, tambah Heryawan, dirinya benar-benar bangga kepada para penyelamat. Karena, demi melakukan evakuasi korban pesawat, mereka rela mempertaruhkan nyawanya sendiri demi menjalankan tugas suci.
Tidak hanya itu, kesulitan lainnya dalam evakuasi ini adalah lokasi pendaratan pesawat Superpuma yang digunakan untuk mengangkut jenazah para korban ke Bandara Halim Perdanakusuma. Pesawat jenis helikopter tersebut, terpaksa harus mendarat di kedalaman 500 meter di antara tebing pegunungan.
"Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan mendukung penuh upaya evakuasi ini. Apapun yang dibutuhkan akan kami usahakan untuk terpenuhi. Saya berharap dalam waktu dekat, seluruh jenazah para korban bisa ditemukan dan dievakuasi," ungkapnya. (san)
Untuk menggapai jenazah para korban yang bergeletakan di antara puing-puing pesawat, personel tim SAR yang diterjunkan sebanyak 300 orang harus melakukan rafling (teknik turun menggunakan tali). Hebatnya, teknik ini dilakukan para personel selama semalaman suntuk.
"Sulit sekali, kondisi alam di sekitar lokasi pesawat dan korban. Selain tebingnya sangat dalam, kemiringannya pun mencapai 85 derajat atau hampir tegak lurus. Karena itulah 300 personel terpaksa melakukan rafling. Teknik ini tidak dilakukan sebentar, tapi semalam suntuk mereka harus bergelayutan menggunakan tali di antara dinding tebing," ujar Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di lokasi jatuhnya pesawat, Gunung Salak, Bogor, Sabtu (12/5/2012).
Bila melihat tindakan itu, tambah Heryawan, dirinya benar-benar bangga kepada para penyelamat. Karena, demi melakukan evakuasi korban pesawat, mereka rela mempertaruhkan nyawanya sendiri demi menjalankan tugas suci.
Tidak hanya itu, kesulitan lainnya dalam evakuasi ini adalah lokasi pendaratan pesawat Superpuma yang digunakan untuk mengangkut jenazah para korban ke Bandara Halim Perdanakusuma. Pesawat jenis helikopter tersebut, terpaksa harus mendarat di kedalaman 500 meter di antara tebing pegunungan.
"Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan mendukung penuh upaya evakuasi ini. Apapun yang dibutuhkan akan kami usahakan untuk terpenuhi. Saya berharap dalam waktu dekat, seluruh jenazah para korban bisa ditemukan dan dievakuasi," ungkapnya. (san)
()