Keluarga Didik serahkan data DNA
A
A
A
Sindonews.com - Untuk mempercepat proses identifikasi korban pesawat Sukhoi Superjet 100, perlu contoh Deoxyribonucleic Acid (DNA) dari keluarga korban.
Keluarga Didik Nur Yusuf, wartawan majalah Angkasa yang menjadi korban jatuhnya pesawat SSJ 100 di Cidahu, Bogor, sudah menyerahkan bahan-bahan ke pos posmortem dan antemortem untuk mencocokkan DNA. Karena itu, keluarga membawa anak tunggal Didik yang duduk di kelas 2 SMP yakni Abdul Haris Dirgantara ke Lapangan Udara Halim Perdanakusumah.
Kakak kandung korban, Nur Huda (60) mengatakan semuanya sudah diserahkan siang tadi sambil menunggu kabar selanjutnya untuk identifikasi jenazah. Ia berharap jenazah masih dalam keadaan utuh.
"Semua sudah kami serahkan yang diperlukan untuk forensik, atau DNA, kami sangat berharap masih bisa dikenali, anak Didik sudah datang ke Halim tadi siang, kami pakai anaknya untuk cocokkan DNA," paparnya di kediamannya di Jalan Makmur No 27 Kampung Kekupu RT 05/03, Rangkapan Jaya, Depok, Kamis (10/05/12).
Huda menambahkan dirinya memang merasa ada yang ganjil sebelum mendengar kabar duka tentang adiknya. Sebab, hanya kali ini Didik tak menghubunginya saat sedang akan terbang.
"Sebelum kejadian kami tak pernah kontak lagi, memang tak pernah berhasil, untuk menghubungi adik saya, sampai saya akhirnya diberitahu keponakan saya bahwa Didik ada dalam daftar manifes Shukoi, tumben sekali Didik enggak kasih kabar, padahal setiap mau berangkat terbang dia selalu kontak saya, Pakde saya ke Halim," imbuhnya.
Selain itu, rencana Didik berlibur bersama keluarga besar bulan ini pupus sudah setelah kabar duka itu datang. "Sebulan yang lalu kami rencanakan liburan ke Puncak untuk libur pada pertengahan bulan ini, tetapi ternyata Allah berkehendak lain," tandasnya.(azh)
Keluarga Didik Nur Yusuf, wartawan majalah Angkasa yang menjadi korban jatuhnya pesawat SSJ 100 di Cidahu, Bogor, sudah menyerahkan bahan-bahan ke pos posmortem dan antemortem untuk mencocokkan DNA. Karena itu, keluarga membawa anak tunggal Didik yang duduk di kelas 2 SMP yakni Abdul Haris Dirgantara ke Lapangan Udara Halim Perdanakusumah.
Kakak kandung korban, Nur Huda (60) mengatakan semuanya sudah diserahkan siang tadi sambil menunggu kabar selanjutnya untuk identifikasi jenazah. Ia berharap jenazah masih dalam keadaan utuh.
"Semua sudah kami serahkan yang diperlukan untuk forensik, atau DNA, kami sangat berharap masih bisa dikenali, anak Didik sudah datang ke Halim tadi siang, kami pakai anaknya untuk cocokkan DNA," paparnya di kediamannya di Jalan Makmur No 27 Kampung Kekupu RT 05/03, Rangkapan Jaya, Depok, Kamis (10/05/12).
Huda menambahkan dirinya memang merasa ada yang ganjil sebelum mendengar kabar duka tentang adiknya. Sebab, hanya kali ini Didik tak menghubunginya saat sedang akan terbang.
"Sebelum kejadian kami tak pernah kontak lagi, memang tak pernah berhasil, untuk menghubungi adik saya, sampai saya akhirnya diberitahu keponakan saya bahwa Didik ada dalam daftar manifes Shukoi, tumben sekali Didik enggak kasih kabar, padahal setiap mau berangkat terbang dia selalu kontak saya, Pakde saya ke Halim," imbuhnya.
Selain itu, rencana Didik berlibur bersama keluarga besar bulan ini pupus sudah setelah kabar duka itu datang. "Sebulan yang lalu kami rencanakan liburan ke Puncak untuk libur pada pertengahan bulan ini, tetapi ternyata Allah berkehendak lain," tandasnya.(azh)
()