Mengapa Pilgub DKI jadi pusat perhatian?
A
A
A
Sindonews.com - Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta lebih menyita perhatian publik ketimbang Pilgub di daerah lainnya. Sebabnya, DKI Jakarta merupakan pusat Ibu Kota.
Selain itu, DKI Jakarta juga menjadi barometer politik dalam perpolitikan nasional. Tak hanya itu, Jakarta juga merupakan pusat dari segalanya, mulai dari pusat kekuasaan, ekonomi, dan bisnis serta pusat bertemunya berbagai etnis di tanah air.
"Sekira 70 persen uang di negeri ini beredar di Jakarta. Semua faktor yang membuat Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) DKI Jakarta menjadi khusus, faktor-faktor kesenjangan sosial dan kemiskinan yang melanda Ibu kota Jakarta menjadi satu-satunya faktor yang sangat akut," ujar Ketua Kaukus Muda Indonesia (KMI) Edi Humaidi di Gedung Jakarta Media Center (JMC), Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (22/3/2012).
Maka itu, maklum jika kompleksitas permasalahan sosial dan kesenjangan sosial begitu tinggi di Jakarta. Salah satunya, masalah kemiskinan ini bisa merembet dan sekaligus menjadi penyebab terhadap dampak-dampak negatif lainnya.
Seperti masalah premanisme, kemacetan, kriminalitas, masalah banjir dan sejumlah masalah sosial lainnya. "Lebih memprihatinkan, hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) 2011 menunjukkan peningkatan jumlah penduduk miskin di Jakarta menjadi 3,75 persen atau 363.000 orang dari total penduduk Jakarta yang mencapai 9,61 juta jiwa dari sebelumnya yang 312.000 orang pada tahun 2010," pungkasnya.
Selain itu, DKI Jakarta juga menjadi barometer politik dalam perpolitikan nasional. Tak hanya itu, Jakarta juga merupakan pusat dari segalanya, mulai dari pusat kekuasaan, ekonomi, dan bisnis serta pusat bertemunya berbagai etnis di tanah air.
"Sekira 70 persen uang di negeri ini beredar di Jakarta. Semua faktor yang membuat Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) DKI Jakarta menjadi khusus, faktor-faktor kesenjangan sosial dan kemiskinan yang melanda Ibu kota Jakarta menjadi satu-satunya faktor yang sangat akut," ujar Ketua Kaukus Muda Indonesia (KMI) Edi Humaidi di Gedung Jakarta Media Center (JMC), Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (22/3/2012).
Maka itu, maklum jika kompleksitas permasalahan sosial dan kesenjangan sosial begitu tinggi di Jakarta. Salah satunya, masalah kemiskinan ini bisa merembet dan sekaligus menjadi penyebab terhadap dampak-dampak negatif lainnya.
Seperti masalah premanisme, kemacetan, kriminalitas, masalah banjir dan sejumlah masalah sosial lainnya. "Lebih memprihatinkan, hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) 2011 menunjukkan peningkatan jumlah penduduk miskin di Jakarta menjadi 3,75 persen atau 363.000 orang dari total penduduk Jakarta yang mencapai 9,61 juta jiwa dari sebelumnya yang 312.000 orang pada tahun 2010," pungkasnya.
()