Jakarta kota yang tak berkarakter
A
A
A
Sindonews.com - Jakarta dikenal padat, tidak teratur, sumpek, bising, semrawut, kumuh, jorok dan kotor. Ketidaknyamanan dan tidak amannya tinggal di Jakarta sudah patut dijadikan perhatian serius para pemangku kepentingan.
Politisi Partai Golongan Karya (Golkar) Tantowi Yahya mengatakan, Jakarta dengan segala problemnya menjadi kota yang tidak mempunyai karakter, tidak seperti kota-kota lain.
"Jakarta kota yang tidak mempunyai karakter. Singapura dengan disiplinnya yang tinggi, Hong Kong kota yang macet tapi masyarakatnya produktif, Yogya kota pendidikan dan pariwisata," ucap Tantowi saat diskusi bertajuk 'Untuk Jakarta Lebih Baik' yang digelar Okezone.com di Gallery Cafe, Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta, Sabtu (3/3/2012).
Tantowi mengatakan macet murni persoalan manusia. Berbeda dengan banjir, yang menurutnya masih ada faktor alam sebagai penyebab. "Cuma ada dua bagaimana mengatasi macet. Pertama harus komunikasi dan kedua keberanian mengubah paradigma," kata Tantowi.
Menurut Tantowi, menambah atau memperpanjang jalan bukan solusi mengatasi macet. Dia mengatakan berdasarkan survei setiap ada penambahan jalan sepanjang 1 kilometer maka pada saat yang sama seribu kendaraan bertambah. "Persoalannya sekarang, gubernur tidak berani mengubah paradigma," tuturnya.
Dia menambahkan, untuk menciptakan Jakarta yang nyaman, aman dan berbudaya merupakan salah satu hak setiap warga Jakarta, buka berarti sekarang tidak berbudaya. Tantowi mengaku sudah mempunyai sepuluh inisiatif yang akan menjadi pijakan dalam memperbaiki Jakarta.
"Saya mempunyai 10 inisiatif, di antaranya mengurai kemacetan, mengatasi banjir, peningkatan tata kelola pemerintahan, peningkatan kesehatan, memperbaiki kualitas pendidikan, ekonomi kerakyatan, perluasan lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas lingkungan hidup, kerukunan umat beragama, pengembangan budaya," pungkasnya. (wbs)
Politisi Partai Golongan Karya (Golkar) Tantowi Yahya mengatakan, Jakarta dengan segala problemnya menjadi kota yang tidak mempunyai karakter, tidak seperti kota-kota lain.
"Jakarta kota yang tidak mempunyai karakter. Singapura dengan disiplinnya yang tinggi, Hong Kong kota yang macet tapi masyarakatnya produktif, Yogya kota pendidikan dan pariwisata," ucap Tantowi saat diskusi bertajuk 'Untuk Jakarta Lebih Baik' yang digelar Okezone.com di Gallery Cafe, Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta, Sabtu (3/3/2012).
Tantowi mengatakan macet murni persoalan manusia. Berbeda dengan banjir, yang menurutnya masih ada faktor alam sebagai penyebab. "Cuma ada dua bagaimana mengatasi macet. Pertama harus komunikasi dan kedua keberanian mengubah paradigma," kata Tantowi.
Menurut Tantowi, menambah atau memperpanjang jalan bukan solusi mengatasi macet. Dia mengatakan berdasarkan survei setiap ada penambahan jalan sepanjang 1 kilometer maka pada saat yang sama seribu kendaraan bertambah. "Persoalannya sekarang, gubernur tidak berani mengubah paradigma," tuturnya.
Dia menambahkan, untuk menciptakan Jakarta yang nyaman, aman dan berbudaya merupakan salah satu hak setiap warga Jakarta, buka berarti sekarang tidak berbudaya. Tantowi mengaku sudah mempunyai sepuluh inisiatif yang akan menjadi pijakan dalam memperbaiki Jakarta.
"Saya mempunyai 10 inisiatif, di antaranya mengurai kemacetan, mengatasi banjir, peningkatan tata kelola pemerintahan, peningkatan kesehatan, memperbaiki kualitas pendidikan, ekonomi kerakyatan, perluasan lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas lingkungan hidup, kerukunan umat beragama, pengembangan budaya," pungkasnya. (wbs)
()