Polisi tindak tegas Ormas anarkis
A
A
A
Sindonews.com – Bentrok Bentrok organisasi massa (ormas) selama ini terjadi menjadi kritikan bagi kinerja aparat kepolisian. Menyusul bentrok antar ormas Pancasila (PP) dan Forum Betawi Rempug (FBR) di Johar Baru, Jakarta Pusat antara Pemuda Jumat, 20 Januari 2012.
Peneliti Kajian Budaya Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati mengkritik kinerja aparat kepolisian yang lemah dalam menangani kasus kekerasan ormas. Bentrok ormas, selama ini seolah hanya menjadi drama yang hanya menambah tumpukan persoalan bagi polisi.
“Bagi polisi ini tumpukan persoalan, lagi–lagi problem aparat elit kita dituntut menjalankan hukum yang bukan hanya menuhi syarat hukumnya, tapi harus berkeadilan. Masyarakat berusaha tegakkan hukum, bentrok ormas seolah masyarakat jadi polisi baru, hukum melemah karena itu, kebenaran tak bisa divoting,” paparnya, Sabtu (21/01/12).
Belum lagi, lanjut Devie, ormas selama ini semakin eksis digunakan oleh kalangan kapital sosial untuk kepentingan elit. Devie bahkan menyebut saat ini banyak ormas boneka ataupun ormas oplosan, sehingga menjadi salah satu latar belakang munculnya anarkisme ormas.
“Ormas banyak yang jadi kapital sosial bagi elit, manipulasi kepentingan mereka, seolah biduk catur bagi elit. Saat ini banyak ormas oplosan atau ormas boneka,” tegasnya.
Sejarah munculnya berbagai ormas, kata Devie, bermula pada kesamaan cita–cita bagi kelompok masyarakat tertentu.
“Awalnya ormas adalah rumah bagi kelompok masyarakat dengan mengusung sebuah isu yang sama, ada advokasi dan mereka memperoleh legitimasi. Intinya, saat ini semua hal sudah transparan bukan lagi saluran konvensional, jadi publik yang mengontrol,” imbuhnya.(wbs)
Peneliti Kajian Budaya Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati mengkritik kinerja aparat kepolisian yang lemah dalam menangani kasus kekerasan ormas. Bentrok ormas, selama ini seolah hanya menjadi drama yang hanya menambah tumpukan persoalan bagi polisi.
“Bagi polisi ini tumpukan persoalan, lagi–lagi problem aparat elit kita dituntut menjalankan hukum yang bukan hanya menuhi syarat hukumnya, tapi harus berkeadilan. Masyarakat berusaha tegakkan hukum, bentrok ormas seolah masyarakat jadi polisi baru, hukum melemah karena itu, kebenaran tak bisa divoting,” paparnya, Sabtu (21/01/12).
Belum lagi, lanjut Devie, ormas selama ini semakin eksis digunakan oleh kalangan kapital sosial untuk kepentingan elit. Devie bahkan menyebut saat ini banyak ormas boneka ataupun ormas oplosan, sehingga menjadi salah satu latar belakang munculnya anarkisme ormas.
“Ormas banyak yang jadi kapital sosial bagi elit, manipulasi kepentingan mereka, seolah biduk catur bagi elit. Saat ini banyak ormas oplosan atau ormas boneka,” tegasnya.
Sejarah munculnya berbagai ormas, kata Devie, bermula pada kesamaan cita–cita bagi kelompok masyarakat tertentu.
“Awalnya ormas adalah rumah bagi kelompok masyarakat dengan mengusung sebuah isu yang sama, ada advokasi dan mereka memperoleh legitimasi. Intinya, saat ini semua hal sudah transparan bukan lagi saluran konvensional, jadi publik yang mengontrol,” imbuhnya.(wbs)
()