Pedagang pasar Kalibaru tolak pembongkaran pasar
A
A
A
Sindonews.com - Puluhan pedagang pasar dan warga tergabung dalam Persatuan Perdagang Pasar Kalibaru, Cilincing, Jakarta menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Jalan Raya Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Aksi unjuk rasa itu menolak rencana pemerintah melakukan pembongkaran pasar.
Andreas salah satu pendemo mengatakan, aksi unjuk rasa itu digelar sebagai penolakan rencana peremajaan pasar oleh Puskopas, yang pada kenyataannya seluruh pasar akan dibongkar. "Dalam prakteknya Puskopas malah akan membongkar seluruh bangunan pasar, dan membangun pasar baru," kata Andreas, di lokasi unjuk rasa, Kamis (19/1/2012).
Sebetulnya, yang membuat pedagang dan warga resah adalah tidak ada kepastian apakah para pedagang bisa menempati pasar itu kembali tanpa harus membayar pungutan. Lebih parah lagi, tempat penampungan sementara pedagang dibangun di tengah jalan, sehingga menggangu akses jalan menuju rumah warga.
Aksi itu akan terus digelar, sampai pemerintah turun tangan untuk menghentikan rencana pembongkaran pedagang dan warga mengais rejeki itu. Kata Andreas, aksi mereka mendapat dukungan dari Persatuan Badan Hukum dan Hak Azasi Indonesia yang simpati terhadap nasib pedagang pasar dan warga.
Oleh anggota DPRD perwakilan pengunjuk rasa sebanyak lima orang salah satunya Andreas diterima di ruang rapat untuk beraudiensi dengan Sekretaris Fraksi PDIP Joni Simanjuntak. Kepala Pasar Tofik Wodu dan Ketua Area Pasar Faruk terlihat ikut hadir. Dalam audiensi itu, Joni menyatakan terimakasih karena aksi digelar tanpa anarkhis.
Sementara Andreas yang mewakili pengunjuk rasa meminta agar anggota dewan dapat terjun ke lapangan untuk melihat langsung kondisi mereka. Dijelaskan juga, para pedagang sebenarnya tidak anti pembangunan, tapi hanya ingin proyek tersebut lebih manusiawi. Mereka menilai pembongkaran pasar sama halnya tidak memanusiakan pedagang dan warga.
"Yang kami inginkan adalah renovasi saja, bukan pembongkaran dan dibangun lagi," tutur Andreas. Andreas juga meminta agar pemerintah segera membongkar tempat penampungan sementara pedagang agar tak menganggung akses jalan warga dan pedagang pasar. (lin)
Andreas salah satu pendemo mengatakan, aksi unjuk rasa itu digelar sebagai penolakan rencana peremajaan pasar oleh Puskopas, yang pada kenyataannya seluruh pasar akan dibongkar. "Dalam prakteknya Puskopas malah akan membongkar seluruh bangunan pasar, dan membangun pasar baru," kata Andreas, di lokasi unjuk rasa, Kamis (19/1/2012).
Sebetulnya, yang membuat pedagang dan warga resah adalah tidak ada kepastian apakah para pedagang bisa menempati pasar itu kembali tanpa harus membayar pungutan. Lebih parah lagi, tempat penampungan sementara pedagang dibangun di tengah jalan, sehingga menggangu akses jalan menuju rumah warga.
Aksi itu akan terus digelar, sampai pemerintah turun tangan untuk menghentikan rencana pembongkaran pedagang dan warga mengais rejeki itu. Kata Andreas, aksi mereka mendapat dukungan dari Persatuan Badan Hukum dan Hak Azasi Indonesia yang simpati terhadap nasib pedagang pasar dan warga.
Oleh anggota DPRD perwakilan pengunjuk rasa sebanyak lima orang salah satunya Andreas diterima di ruang rapat untuk beraudiensi dengan Sekretaris Fraksi PDIP Joni Simanjuntak. Kepala Pasar Tofik Wodu dan Ketua Area Pasar Faruk terlihat ikut hadir. Dalam audiensi itu, Joni menyatakan terimakasih karena aksi digelar tanpa anarkhis.
Sementara Andreas yang mewakili pengunjuk rasa meminta agar anggota dewan dapat terjun ke lapangan untuk melihat langsung kondisi mereka. Dijelaskan juga, para pedagang sebenarnya tidak anti pembangunan, tapi hanya ingin proyek tersebut lebih manusiawi. Mereka menilai pembongkaran pasar sama halnya tidak memanusiakan pedagang dan warga.
"Yang kami inginkan adalah renovasi saja, bukan pembongkaran dan dibangun lagi," tutur Andreas. Andreas juga meminta agar pemerintah segera membongkar tempat penampungan sementara pedagang agar tak menganggung akses jalan warga dan pedagang pasar. (lin)
()