Penertiban penumpang di atap kereta masih tahap sosialisasi

Selasa, 03 Januari 2012 - 08:03 WIB
Penertiban penumpang...
Penertiban penumpang di atap kereta masih tahap sosialisasi
A A A
Sindonews.com– Rencana penertiban penumpang di atap Kereta Rel Listrik (KRL) ekonomi mendapat sambutan positif. PT Kereta Api Indonewsia (KAI) disarankan menertibkan penumpang di stasiun keberangkatan agar lebih efektif.

Moderator krlmania.com Nurcahyo mengatakan, penertiban penumpang di atap KRL ekonomi sudah lama dilakukan, tetapi hasilnya tidak maksimal. Menurut dia, ada kekurangan dalam penertiban terdahulu, yakni penumpang dicegat di tengah perjalanan.

Akibatnya terjadi penolakan dari penumpang bahkan berimbas pada aksi anarkistis.“Ada satu hal yang kita usulkan, PT KAI harus mencegah mereka di stasiun awal keberangkatan,” kata Nurcahyo, Jakarta, Senin, 2 Januari 2012.

Berdasarkan pengalaman, penumpang sudah menumpuk di atap kereta sejak stasiun keberangkatan. Misalnya untuk lintas Bogor–Jakarta, penumpang sudah naik di atap kereta sejak Stasiun Bogor dan Bojonggede.

“ Jadi kalau dicegat di Citayam, Depok,ataupun Pasar Minggu justru sia-sia. Ketika mereka dicegat di tengah jalan, akan muncul penolakan keras,” tuturnya.

Nurcahyo meminta PT KAI memperhatikan jadwal perjalanan KRL ekonomi. Kalaupun belum bisa menambah jadwal perjalanan, paling tidak jadwal yang sudah ada jangan dikurangi.

“Diupayakan yang KRL ekonomi jangan sampai ada pembatalan, karena imbasnya pada penumpukan penumpang,” tuturnya.

Para penumpang yang di atap kereta bukan tidak memiliki karcis. Mereka tetap membeli karcis,tapi takut telat tiba di tempat kerja. Mengenai wacana penghapusan KRL ekonomi, Nurcahyo berpendapat tidak menjamin atap kereta steril. “Sebab sekarang saja di KRL AC (commuter line) ada yang naik di atap,” sindirnya.

Sementara itu, PT KAI terus menyosialisasikan larangan naik di atap kereta di sejumlah stasiun.Mereka menggandeng ustad untuk memberikan pencerahan kepada penumpang. Senior Manager Security PT KAI Daop I Jakarta Ahmad Sujadi mengatakan, sosialisasi dengan menggandeng tokoh masyarakat dilakukan selama tiga hari.

“Untuk hari ini (kemarin) di Citayam, besok (hari ini) di Stasiun Depok,” ujar Sujadi.

Dia mengungkapkan, untuk Stasiun Manggarai sudah dipasangi besi dan kawat sehingga penumpang sulit naik di atap. Menurut Sujadi, penumpang biasanya naik di Stasiun Citayam dan Depok.

Selain itu, di stasiun layang seperti Cikini, Gondangdia, Sawah Besar, Juanda, Mangga Besar, dan Jayakarta. Untuk itu, pihaknya terus melakukan sosialisasi dengan pengeras suara dan mempersilakan penumpang untuk turun dan masuk ke dalam kereta.

Sosialisasi akan dilakukan selama 10 hari ke depan. “Jika masih ada penumpang yang bandel maka akan diproses sesuai dengan UU yang berlaku.Bagi penumpang yang naik di atas gerbong,sambungan gerbong dan di lokomotif akan diberi sanksi denda sebesar Rp15 juta.Atau kurungan penjara selama tiga bulan,” tegasnya.

Di bagian lain,Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Triwisaksana meminta sistem loopline KRL Jabodetabek ditingkatkan. Menurut dia, ketepatan waktu dan daya angkut masih menjadi kendala. Triwisaksana sendiri mencoba sistem loopline dari Kalibata–Jatinegara. Dia pun ikut merasakan antrean tiket yang cukup panjang.

Dalam KRL, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini pun berdesak-desakan dengan penumpang lainnya. “Soal ketepatan waktu dan sosialisasi rute, daya angkut masih perlu dioptimalkan. Dewan mendorong PT KAI untuk terus meningkatkan pelayanan serta menambah jumlah gerbong untuk menambah kapasitas angkut dari wilayah komuter,” ujarnya.

Agar frekuensi perjalanan lebih maksimal,Triwisaksana mengusulkan kereta dari wilayah komuter berhenti di stasiun utama seperti Tanah Abang, Manggarai, Duri, ataupun Jatinegara.

Nantinya penumpang bisa melanjutkan ke kereta yang beroperasi secara melingkar, sedangkan kereta tujuan wilayah komuter langsung bisa balik lagi. “Dengan pola ini,KRL tidak perlu melingkar dan hanya sampai stasiun utama, sehingga daya angkut bisa lebih besar dan waktu kedatangan bisa lebih cepat,” tuturnya di Stasiun Jatinegara.

Dari pengakuan penumpang yang diajak berdialog, dirinya menyimpulkan bahwa masyarakat sangat antusias dengan moda transportasi ini. Dia melihat banyak masyarakat sudah bergantung pada KRL.

Untuk itu,PT KAI dan PT KCJ selalu memperhatikan aspirasi masyarakat. “Saya harap PT KAI bisa meminimalisasi kerusakan teknis yang kerap mengakibatkan telatnya kedatangan kereta,” ucapnya.

Kereta Anjlok

Di bagian lain, gerbong rangkaian kereta api (KA) barang yang mengangkut pupuk dari Jakarta tujuan Merak, anjlok di Km 79 antara Stasiun Rangkasbitung–Citeras, tepatnya di Kampung Cijoro,Desa Muara Ciujung Timur, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak,kemarin. Akibatnya, jadwal keberangkatan KA dari Rangkasbitung– Jakarta di Stasiun Rangkasbitung dihentikan sementara.

Kepala Stasiun KA Rangkasbitung Mamat Surohmat mengaku masih berusaha mengevakuasi tiga rangkaian gerbong KA yang tertinggal. Proses evakuasi membutuhkan waktu lama karena posisi roda berada di luar lintasan. “Kami masih berusaha mengevakuasi kereta,”ungkapnya.

Akibat kondisi itu, lanjut Mamat, pelayanan di Stasiun KA Rangkasbitung akhirnya dihentikan untuk sementara waktu hingga proses evakuasi dan perbaikan lintasan atau rel KA selesai dilakukan. “Mudah mudahan proses evakuasinya bisa segera selesai,”harapnya.
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9106 seconds (0.1#10.140)