Ditangkap karena Ujaran Kebencian, Pelaku: Corona Itu Ujian
A
A
A
JAKARTA - Polres Jakarta Utara berhasil menangkap seorang tersangka ujaran kebencian terhadap ulama Nadhatul Ulama. Kapolres Jakarta Utara, Kombes Budhi Herdi Susianto mengatakan, bahwa pelaku salah menterjemahkan tentang sosial atau physical distancing.
"Namun pemahaman dia, rongga yang kosong ini akan diisi oleh setan nah ini yang jadi pemahaman tersangka," ungkap Budhi di Mapolres Jakarta Utara, Kamis (2/4/2020).
Tersangka MA (20) menerangkan, bahwa kritikannya tersebut hanya sekadar ingin mengingatkan. (Baca juga: Sebar Kebencian di Medsos, Driver Ojol Ditangkap Polres Jakarta Utara)
"Tindakan Kiai Ma'ruf Amin membatasi salat harus berjarak 1 meter untuk mengatasi corona, padahal corona itu ujian dari Allah bagi umat-umat yang taat dan musibah bagi orang-orang yang tidak salat dan azab bagi orang-orang kafir," kata MA saat dimintai keterangan.
Warga asal Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara ini mengakui, dirinya juga merupakan pengikut ulama yang dikritiknya tersebut. "Sekarang masih jadi idola, tapi saya mengingatkan pada habib tolong ingatkan ke Pak Jokowi untuk tidak berlebihan mengatasi corona," ucapnya.
MA pun meyakini, alasannya menolak kebijakan pemerintah karena dirinya menilai pemerintah terlalu berlebihan apalagi soal ibadah. "Salat satu meter, terus semua mal di-lockdown, padahal kalau orang-orang yang saleh cukup wudhu dan antiseptik," pungkasnya.
"Namun pemahaman dia, rongga yang kosong ini akan diisi oleh setan nah ini yang jadi pemahaman tersangka," ungkap Budhi di Mapolres Jakarta Utara, Kamis (2/4/2020).
Tersangka MA (20) menerangkan, bahwa kritikannya tersebut hanya sekadar ingin mengingatkan. (Baca juga: Sebar Kebencian di Medsos, Driver Ojol Ditangkap Polres Jakarta Utara)
"Tindakan Kiai Ma'ruf Amin membatasi salat harus berjarak 1 meter untuk mengatasi corona, padahal corona itu ujian dari Allah bagi umat-umat yang taat dan musibah bagi orang-orang yang tidak salat dan azab bagi orang-orang kafir," kata MA saat dimintai keterangan.
Warga asal Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara ini mengakui, dirinya juga merupakan pengikut ulama yang dikritiknya tersebut. "Sekarang masih jadi idola, tapi saya mengingatkan pada habib tolong ingatkan ke Pak Jokowi untuk tidak berlebihan mengatasi corona," ucapnya.
MA pun meyakini, alasannya menolak kebijakan pemerintah karena dirinya menilai pemerintah terlalu berlebihan apalagi soal ibadah. "Salat satu meter, terus semua mal di-lockdown, padahal kalau orang-orang yang saleh cukup wudhu dan antiseptik," pungkasnya.
(maf)