Masa Belajar di Rumah, Tugas Sekolah Terlalu Banyak hingga Kuota Pulsa Membengkak

Rabu, 01 April 2020 - 18:48 WIB
Masa Belajar di Rumah, Tugas Sekolah Terlalu Banyak hingga Kuota Pulsa Membengkak
Masa Belajar di Rumah, Tugas Sekolah Terlalu Banyak hingga Kuota Pulsa Membengkak
A A A
JAKARTA - Sepanjang diberlakukan school from home (SFH) sebagai antisipasi penyebaran virus Corona , banyak orang tua khususnya ibu-ibu yang mengeluh. Pasalnya, selama SFH ini orang tua mengalami sejumlah kendala mulai dari kuota internet yang membengkak hingga tugas yang terlalu banyak diberikan pihak sekolah.

Bahkan tak jarang kaum ibu harus berdebat dengan anak selama SFH karena anak tidak menuruti perintah. Rara, salah satu orang tua yang anaknya duduk di kelas 2 sekolah dasar (SD) di Jakarta Selatan, mengatakan, sudah kewalahan selama tiga pekan SFH. (Baca: Depok Perpanjang Masa Belajar di Rumah hingga 11 April 2020)

Kendala utama yang dihadapi adalah karena banyaknya tugas yang diberikan sekolah. “Anak saya dua dan semuanya dapat tugas dari sekolah. Saya keteteran dalam membagi waktu karena anak-anak saya masih kecil dan perlu dibimbing semua saat belajar,” kata Rara, Rabu (1/4/2020).

Kendala lainnya adalah psikologis anak di sekolah dan di rumah berbeda. Jika di sekolah, anak cenderung lebih nurut mengikuti instruksi guru. Sedangkan di rumah mereka lebih sering bermain atau nonton TV. “Pemahaman anak-anak kalau di rumah itu libur. Ini yang sering membuat saya harus debat dengan anak karena mungkin anak seusia anak saya belum begitu paham arti belajar di rumah,” ujarnya.

Sebagai ibu dua anak, dirinya mengaku tidak keberatan dengan metode SFH selama pandemic terjadi. Hanya saja yang mungkin perlu diperhatikan adalah kemampuan orang tua dalam mengajar menggantikan guru selama di rumah. “Jangan memindahkan tugas sekolah di rumah. Kalau saya pribadi keberatan jika semua tugas sekolah dikerjakan di rumah,” ujarnya.

Ratna, orang tua murid lainnya menuturkan hal serupa. Selama tiga pekan SFH dia mengaku kesulitan membantu anaknya belajar. “Saya juga work from home (WFH) jadi agak kesulitan ya. Bingung bagi waktu untuk ngajar anak dan mengerjakan tugas. Kadang kerjaan kantor baru dikerjakan malam hari setelah anak tidur,” katanya.

Dia berharap agar pihak sekolah mempertimbangkan kendala yang dialami orang tua dan tugas yang diberikan tidak terlalu banyak. “Bukan saya tidak mau ngajarin anak di rumah. Tapi lebih sering adu argument karena anak saya tahunya libur, padahal sudah diberitahu kalau tetap harus belajar bukan libur sama sekali,” ucapnya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4158 seconds (0.1#10.140)