Stok Menipis Harga Masker Naik 5 Kali Lipat
A
A
A
JAKARTA - Kekhawatiran terhadap penyebaran virus Corona membuat masyarakat meningkatkan kewaspadaan. Salah satunya dengan menggunakan masker yang menyebabkan permintaan masker melonjak drastis. Imbasnya stok masker di pasaran menipis.
Di sisi lain, para pedagang mulai meraup keuntungan. Harga masker yang semula dijual Rp1.000 per lembar kini dibanderol Rp5.000. “Suka tidak suka kita harus beli,” kata Wanda (32) penumpang KRL Commuter Line di Stasiun Palmerah, Jakarta Pusat, Jumat (7/2/2020).
Karyawan swasta yang bekerja di kawasan Pejompongan ini menuturkan, kenaikan harga masker terjadi sepekan lalu. Biasanya dia membeli masker di sekitar stasiun. Harga kian tak menentu mulai Rp5.000-Rp7.500. “Tapi, rata-rata Rp5.000. Padahal, bulan lalu masih Rp1.000 per lembarnya,” ucapnya. (Baca juga: Penjualan Masker Pelindung Meningkat Tajam Akibat Virus Corona)
Dono (28) pedagang masker di pintu keluar Stasiun Palmerah mengaku kesulitan mencari masker merek Sensi. Beberapa apotek langganannya telah kehabisan sejak dua pekan lalu.
Kondisi bertolak belakang dengan permintaan yang begitu tinggi. Beberapa pengguna kereta mengaku banyak yang memakai masker. Dia pun terpaksa membeli masker melalui online shop dengan harga tak wajar lantaran dibebankan biaya ongkir. “Itu pun bukan merek yang bagus. Kan pembeli tahu mana yang bagus mana jelek,” ujarnya.
Meski tak merinci berapa harganya, namun dia mengakui imbas merebaknya virus Corona membuat penghasilannya meningkat seiring harga pasaran masker. “Bisa saja saya jual murah ya ambil untung seribu, tapi kalau begitu kasihan teman-teman saya,” ucap Dono.
Di beberapa apotek di Palmerah, masker sulit didapat. Pihak toko mengakui saat ini stok masker merek Sensi berwarna hijau dan biru menipis. Bahkan, beberapa di antaranya habis. “Habis, sudah tiga hari belum datang lagi,” kata Erwin (27) petugas apotek di Rawa Belong, Palmerah, Jakarta Barat.
Menurut dia, pilihan masyarakat kemudian beralih ke masker berwarna hitam yang biasanya digunakan untuk berkendara. (Baca juga: Mediterania Sosialisasi Virus Corona ke Penghuni)
Di sisi lain, para pedagang mulai meraup keuntungan. Harga masker yang semula dijual Rp1.000 per lembar kini dibanderol Rp5.000. “Suka tidak suka kita harus beli,” kata Wanda (32) penumpang KRL Commuter Line di Stasiun Palmerah, Jakarta Pusat, Jumat (7/2/2020).
Karyawan swasta yang bekerja di kawasan Pejompongan ini menuturkan, kenaikan harga masker terjadi sepekan lalu. Biasanya dia membeli masker di sekitar stasiun. Harga kian tak menentu mulai Rp5.000-Rp7.500. “Tapi, rata-rata Rp5.000. Padahal, bulan lalu masih Rp1.000 per lembarnya,” ucapnya. (Baca juga: Penjualan Masker Pelindung Meningkat Tajam Akibat Virus Corona)
Dono (28) pedagang masker di pintu keluar Stasiun Palmerah mengaku kesulitan mencari masker merek Sensi. Beberapa apotek langganannya telah kehabisan sejak dua pekan lalu.
Kondisi bertolak belakang dengan permintaan yang begitu tinggi. Beberapa pengguna kereta mengaku banyak yang memakai masker. Dia pun terpaksa membeli masker melalui online shop dengan harga tak wajar lantaran dibebankan biaya ongkir. “Itu pun bukan merek yang bagus. Kan pembeli tahu mana yang bagus mana jelek,” ujarnya.
Meski tak merinci berapa harganya, namun dia mengakui imbas merebaknya virus Corona membuat penghasilannya meningkat seiring harga pasaran masker. “Bisa saja saya jual murah ya ambil untung seribu, tapi kalau begitu kasihan teman-teman saya,” ucap Dono.
Di beberapa apotek di Palmerah, masker sulit didapat. Pihak toko mengakui saat ini stok masker merek Sensi berwarna hijau dan biru menipis. Bahkan, beberapa di antaranya habis. “Habis, sudah tiga hari belum datang lagi,” kata Erwin (27) petugas apotek di Rawa Belong, Palmerah, Jakarta Barat.
Menurut dia, pilihan masyarakat kemudian beralih ke masker berwarna hitam yang biasanya digunakan untuk berkendara. (Baca juga: Mediterania Sosialisasi Virus Corona ke Penghuni)
(jon)