Ini Penjelasan Alat DWS yang Digunakan Pemprov DKI Antisipasi Bencana
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menganggarkan dana pengadaan alat komunikasi Disaster Warning System (DWS) sebesar Rp4 miliar. DWS ditempatkan di sejumlah titik permukiman warga.
DWS adalah salah satu cara yang dilakukan BPBD DKI Jakarta untuk memberikan informasi siaga bencana kepada warga, selain penyebaran informasi melalui media sosial maupun SMS broadcast kepada camat, lurah hingga warga. DWS merupapkan sistem peringatan dini dari Jepang yang bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, sehingga warga memungkinkan dapat menyelamatkan diri sebelum bencana terjadi.
"DWS ini akan memberikan informasi berupa suara petugas BPBD yang dapat menjangkau hingga radius 500 meter. DWS ini akan beroperasi jika tinggi muka air telah berada pada Siaga 3,” ujar Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD DKI Jakarta, M Ridwan, Jumat (17/1/2020).
Penganggaran DWS ini merupakan keberlanjutan dari hibah yang diberikan oleh Jepang melalui Japan Radio Co (JRC) kepada Pemprov DKI Jakarta pada 2014 lalu. Bantuan ini meliputi 10 Broadcasting Warning Station untuk teknologi IP Radio dan 5 Broadcasting Warning Station untuk teknologi VHF Digital Radio yang diletakkan di sejumlah wilayah. Lokasinya yaitu Jakarta Selatan di Ulujami dan Petogogan, Jakarta Barat di Rawa Buaya, serta Jakarta Timur di Kampung Melayu dan Bidara Cina. JRC juga memberikan hibah Master Station yang dipasang di control center Pusdalops BPBD Provinsi DKI Jakarta.
Selanjutnya, pada 2019 BPBD DKI Jakarta telah menganggarkan 9 alat DWS yang tersebar di 9 titik, yakni Jakarta Barat di Kapuk dan Kembangan Utara; Jakarta Selatan di Cipulir, Pengadegan, Cilandak Timur, dan Pejaten Timur; serta Jakarta Timur di Cawang, Cipinang Melayu, dan Kebon Pala. Sehingga, total ada 14 alat DWS yang telah dipasang.
Ridwan menambahkan, untuk tahun 2020, BPBD Provinsi DKI Jakarta menganggarkan 6 alat DWS yang rencananya akan diletakkan di 6 titik, meliputi Bukit Duri, Kebon Baru, Kedaung Kali Angke, Cengkareng Barat, Rawa Terate, dan Marunda. “Lokasi ini sifatnya masih tentatif, akan kami pasang di tahun 2020 ini," bebernya.
DWS merupakan sistem yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu Horn speaker buatan lokal (TOA, 4 unit speaker dalam 1 set) dengan harga Rp1.070.013 per set. Stasiun Ekspansi Peringatan Dini Bencana Transmisi Vhf Radio dengan harga Rp473.089.602 per set. Pole/tiang buatan lokal seharga Rp53.499.474 per set. Modifikasi Software untuk Telementary dan Warning Console seharga Rp63.063.000 per set. Coaxial Arrester buatan lokal seharga Rp2.140.026 per set. Storager Battery 20 Ah, 24 V seharga Rp10.699.836 per set. Antenna seharga Rp13.695.843 per set.
Harga tersebut sudah termasuk material instalasi, jasa instalasi, training, site survey dan testing peralatan. DWS dioperasikan dengan menggunakan teknologi, yang mana saat ini BPBD DKI Jakarta memiliki Remote Station untuk Broadcasting Warning Station (stasiun peringatan dengan pengeras suara/speaker), yang dibagi menjadi 2 jenis, yaitu untuk teknologi VHF Radio dan teknologi 3G memanfaatkan teknologi GSM.
Untuk teknologi VHF Radio, terdapat sejumlah perangkat penting, yakni:
- Outdoor Broadcasting equipment: Perangkat utama, perangkat yang didesain untuk di luar ruangan, sehingga tahan hujan dan panas.
- Step Down Transformer: Peralatan untuk supply daya listrik, untuk menurunkan daya listrik PLN dari 220V AC ke 100V AC.
- Horn Speaker: Pengeras suara untuk menyampaikan suara dari Warning Equipment ke masyarakat sekitar potensi banjir. Berjumlah empat speaker dalam satu set.
- Storage Battery: Diperlukan untuk menyimpan daya listrik bila peralatan mati karena sumber listrik dari PLN tidak ada. Diperkirakan mampu bertahan sampai 6 jam.
- Antenna: Diperlukan untuk mengarahkan komunikasi ke master station. Komunikasi ini diperlukan agar Pusdalops BPBD DKI bisa mengontrol secara remote ke warning station sewaktu-waktu .
- Coaxial Arrester: Dipakai untuk menangkal petir melalui jalur kabel coaxial dari antenna ke warning equipment.
- Pole: Diperlukan untuk memasang beberapa perangkat di tiang bila tidak ada tempat untuk memasang di ruangan. Pole ini sangat diperlukan apabila warning station menggunakan teknologi radio VHF. Karena untuk penempatan antenna dan speaker, makin tinggi posisi antenna akan semakin bagus untuk bisa berkomunikasi dengan master station di Pusdalops.
Remote Station ada juga yang menggunakan Radio IP Jaringan GSM. Memiliki fungsi yang sama dengan VHF Radio, yaitu warning equipment sebagai peralatan utama di lokasi yang berpotensi banjir. Yang membedakan adalah transmisinya, yaitu komunikasi ke Pusdalops menggunakan sinyal GSM. Semua peralatan pelengkap hampir sama, yang membedakan adalah jenis kekuatan speaker dan kapasitas baterai. Namun, saat ini yang digunakan adalah teknologi VHF Radio.
"Diharapkan, dengan adanya alat peringatan dini berupa DWS ini, dapat membuat masyarakat semakin siaga terhadap bencana," tukasnya.
DWS adalah salah satu cara yang dilakukan BPBD DKI Jakarta untuk memberikan informasi siaga bencana kepada warga, selain penyebaran informasi melalui media sosial maupun SMS broadcast kepada camat, lurah hingga warga. DWS merupapkan sistem peringatan dini dari Jepang yang bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, sehingga warga memungkinkan dapat menyelamatkan diri sebelum bencana terjadi.
"DWS ini akan memberikan informasi berupa suara petugas BPBD yang dapat menjangkau hingga radius 500 meter. DWS ini akan beroperasi jika tinggi muka air telah berada pada Siaga 3,” ujar Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD DKI Jakarta, M Ridwan, Jumat (17/1/2020).
Penganggaran DWS ini merupakan keberlanjutan dari hibah yang diberikan oleh Jepang melalui Japan Radio Co (JRC) kepada Pemprov DKI Jakarta pada 2014 lalu. Bantuan ini meliputi 10 Broadcasting Warning Station untuk teknologi IP Radio dan 5 Broadcasting Warning Station untuk teknologi VHF Digital Radio yang diletakkan di sejumlah wilayah. Lokasinya yaitu Jakarta Selatan di Ulujami dan Petogogan, Jakarta Barat di Rawa Buaya, serta Jakarta Timur di Kampung Melayu dan Bidara Cina. JRC juga memberikan hibah Master Station yang dipasang di control center Pusdalops BPBD Provinsi DKI Jakarta.
Selanjutnya, pada 2019 BPBD DKI Jakarta telah menganggarkan 9 alat DWS yang tersebar di 9 titik, yakni Jakarta Barat di Kapuk dan Kembangan Utara; Jakarta Selatan di Cipulir, Pengadegan, Cilandak Timur, dan Pejaten Timur; serta Jakarta Timur di Cawang, Cipinang Melayu, dan Kebon Pala. Sehingga, total ada 14 alat DWS yang telah dipasang.
Ridwan menambahkan, untuk tahun 2020, BPBD Provinsi DKI Jakarta menganggarkan 6 alat DWS yang rencananya akan diletakkan di 6 titik, meliputi Bukit Duri, Kebon Baru, Kedaung Kali Angke, Cengkareng Barat, Rawa Terate, dan Marunda. “Lokasi ini sifatnya masih tentatif, akan kami pasang di tahun 2020 ini," bebernya.
DWS merupakan sistem yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu Horn speaker buatan lokal (TOA, 4 unit speaker dalam 1 set) dengan harga Rp1.070.013 per set. Stasiun Ekspansi Peringatan Dini Bencana Transmisi Vhf Radio dengan harga Rp473.089.602 per set. Pole/tiang buatan lokal seharga Rp53.499.474 per set. Modifikasi Software untuk Telementary dan Warning Console seharga Rp63.063.000 per set. Coaxial Arrester buatan lokal seharga Rp2.140.026 per set. Storager Battery 20 Ah, 24 V seharga Rp10.699.836 per set. Antenna seharga Rp13.695.843 per set.
Harga tersebut sudah termasuk material instalasi, jasa instalasi, training, site survey dan testing peralatan. DWS dioperasikan dengan menggunakan teknologi, yang mana saat ini BPBD DKI Jakarta memiliki Remote Station untuk Broadcasting Warning Station (stasiun peringatan dengan pengeras suara/speaker), yang dibagi menjadi 2 jenis, yaitu untuk teknologi VHF Radio dan teknologi 3G memanfaatkan teknologi GSM.
Untuk teknologi VHF Radio, terdapat sejumlah perangkat penting, yakni:
- Outdoor Broadcasting equipment: Perangkat utama, perangkat yang didesain untuk di luar ruangan, sehingga tahan hujan dan panas.
- Step Down Transformer: Peralatan untuk supply daya listrik, untuk menurunkan daya listrik PLN dari 220V AC ke 100V AC.
- Horn Speaker: Pengeras suara untuk menyampaikan suara dari Warning Equipment ke masyarakat sekitar potensi banjir. Berjumlah empat speaker dalam satu set.
- Storage Battery: Diperlukan untuk menyimpan daya listrik bila peralatan mati karena sumber listrik dari PLN tidak ada. Diperkirakan mampu bertahan sampai 6 jam.
- Antenna: Diperlukan untuk mengarahkan komunikasi ke master station. Komunikasi ini diperlukan agar Pusdalops BPBD DKI bisa mengontrol secara remote ke warning station sewaktu-waktu .
- Coaxial Arrester: Dipakai untuk menangkal petir melalui jalur kabel coaxial dari antenna ke warning equipment.
- Pole: Diperlukan untuk memasang beberapa perangkat di tiang bila tidak ada tempat untuk memasang di ruangan. Pole ini sangat diperlukan apabila warning station menggunakan teknologi radio VHF. Karena untuk penempatan antenna dan speaker, makin tinggi posisi antenna akan semakin bagus untuk bisa berkomunikasi dengan master station di Pusdalops.
Remote Station ada juga yang menggunakan Radio IP Jaringan GSM. Memiliki fungsi yang sama dengan VHF Radio, yaitu warning equipment sebagai peralatan utama di lokasi yang berpotensi banjir. Yang membedakan adalah transmisinya, yaitu komunikasi ke Pusdalops menggunakan sinyal GSM. Semua peralatan pelengkap hampir sama, yang membedakan adalah jenis kekuatan speaker dan kapasitas baterai. Namun, saat ini yang digunakan adalah teknologi VHF Radio.
"Diharapkan, dengan adanya alat peringatan dini berupa DWS ini, dapat membuat masyarakat semakin siaga terhadap bencana," tukasnya.
(thm)