Pelajar 16 Tahun Sumbang Buku ke Puskesmas untuk Tingkatkan Minat Baca
A
A
A
JAKARTA - Rendahnya minat baca di Indonesia mengundang keprihatinan salah satu pelajar bernama Michelle Setiawan. Dia menyumbang buku untuk diletakkan di puskesmas.
Michelle remaja berusia 16 tahun itu mengaku dari kecil memang gemar sekali membaca. Apapun jenis buku dia lahap dengan mudah. Bagi dia, buku adalah jendela ilmu yang akan membuka wawasannya seluas mungkin.
Saat pulang sekolah ataupun di hari libur pun pelajar sekolah swasta dibilangan Jaksel ini akan mengisi waktunya dengan membaca buku. "Kalau aku sedang sekolah, paling cuma empat buku, tapi kalau ketika libur bisa sampai 10 buku,” ucap gadis berambut sebahu ini Kamis (16/1/2020).
Michelle pun tahu bahwa tingkat literasi Indonesia rendah. Atas fakta ini dia mengaku sangat miris padahal dengan banyak membaca dan memahami apa yang dibaca maka akan ditemukan solusi atas semua masalah. Michelle pun tidak mau tinggal diam, dia membuat gerakan literasi yang unik dengan menyalurkan buku-buku ke puskesmas.
Dengan penghasilan sampingan membuat konten, ia mulai menyalurkan hasratnya untuk membuat gerakan literasi semenjak setahun lalu. Pemilihan tempat yang cukup unik didasarkan pada pengalamannya.
Di mana ia menyadari, menunggu berobat di rumah sakit membuatnya cukup panik. Membaca buku bisa mengalihkan ketakutan tersebut. Karena itu, ia berharap anak-anak kecil yang berobat ke puskesmas juga bisa merasakan ketenangan sebelum berobat dengan dibacakan buku oleh orangtuanya.
"Puskemas kan banyak anak-anak kecil. Ibu dan ayahnya bisa cerita ke anak-anak kecil. Itu juga bisa jadi family bonding," ujarnya. Saat ini, sudah beberapa puskesmas di Jakarta Selatan yang mendapat sumbangan buku dari Michelle.
Di antaranya adalah Puskesmas Pulo dan Puskesmas Kebayoran Baru. Targetnya sendiri, Michelle mengharapkan bisa memberi sumbangan buku ke seluruh puskesmas yang ada di Jakarta."Sekarang kami masih cari-cari puskesmas yang lain," ucapnya.
Menurut peneliti Center for Indonesia Policy Studies (CIPS) Nadia Fairuza Azzahra orang-orang yang rajin membaca dan pada akhirnya membuat gerakan biasanya memiliki lingkungan yang memang gemar membaca. Dari lingkungan tersebut, ia menjadi mengetahui bagaimana menyenangkannya membaca buku.
"Orang-orang itu sudah memiliki akses untuk bisa membaca berbagai macam bacaan dari kecil. Dia sudah mengetahui bagaimana menyenangkannya membaca buku," ucapnya.
Dia pun mengapresiasi anak-anak muda yang memang gemar membaca dan akhirnya membuat gerakan literasi. Di mana gerakan tersebut bisa mendistribusikan bahan bacaan untuk orang-orang yang memang belum memiliki akses baca yang mumpuni.
"Saya mengapresiasi beragam kegiatan dari mereka untuk meningkatkan literasi, baik dengan membuat taman bacaan atau mengirimkan buku-buku bacaan ke daerah terpencil," ujarnya.
Hanya saja, Nadia menambahkan, perlu ada pendampingan ketika pemberian buku dilakukan oleh sekelompok pihak ke pihak lain. Tujuannya agar aksi sosial untuk meningkatkan literasi tersebut dapat lebih efektif.
Diharapkan dengan memahami bacaan, anak-anak tersebut dapat mengambil nilai positif yang bisa memberdayakan dan membentuk kepribadian yang lebih baik.
Michelle remaja berusia 16 tahun itu mengaku dari kecil memang gemar sekali membaca. Apapun jenis buku dia lahap dengan mudah. Bagi dia, buku adalah jendela ilmu yang akan membuka wawasannya seluas mungkin.
Saat pulang sekolah ataupun di hari libur pun pelajar sekolah swasta dibilangan Jaksel ini akan mengisi waktunya dengan membaca buku. "Kalau aku sedang sekolah, paling cuma empat buku, tapi kalau ketika libur bisa sampai 10 buku,” ucap gadis berambut sebahu ini Kamis (16/1/2020).
Michelle pun tahu bahwa tingkat literasi Indonesia rendah. Atas fakta ini dia mengaku sangat miris padahal dengan banyak membaca dan memahami apa yang dibaca maka akan ditemukan solusi atas semua masalah. Michelle pun tidak mau tinggal diam, dia membuat gerakan literasi yang unik dengan menyalurkan buku-buku ke puskesmas.
Dengan penghasilan sampingan membuat konten, ia mulai menyalurkan hasratnya untuk membuat gerakan literasi semenjak setahun lalu. Pemilihan tempat yang cukup unik didasarkan pada pengalamannya.
Di mana ia menyadari, menunggu berobat di rumah sakit membuatnya cukup panik. Membaca buku bisa mengalihkan ketakutan tersebut. Karena itu, ia berharap anak-anak kecil yang berobat ke puskesmas juga bisa merasakan ketenangan sebelum berobat dengan dibacakan buku oleh orangtuanya.
"Puskemas kan banyak anak-anak kecil. Ibu dan ayahnya bisa cerita ke anak-anak kecil. Itu juga bisa jadi family bonding," ujarnya. Saat ini, sudah beberapa puskesmas di Jakarta Selatan yang mendapat sumbangan buku dari Michelle.
Di antaranya adalah Puskesmas Pulo dan Puskesmas Kebayoran Baru. Targetnya sendiri, Michelle mengharapkan bisa memberi sumbangan buku ke seluruh puskesmas yang ada di Jakarta."Sekarang kami masih cari-cari puskesmas yang lain," ucapnya.
Menurut peneliti Center for Indonesia Policy Studies (CIPS) Nadia Fairuza Azzahra orang-orang yang rajin membaca dan pada akhirnya membuat gerakan biasanya memiliki lingkungan yang memang gemar membaca. Dari lingkungan tersebut, ia menjadi mengetahui bagaimana menyenangkannya membaca buku.
"Orang-orang itu sudah memiliki akses untuk bisa membaca berbagai macam bacaan dari kecil. Dia sudah mengetahui bagaimana menyenangkannya membaca buku," ucapnya.
Dia pun mengapresiasi anak-anak muda yang memang gemar membaca dan akhirnya membuat gerakan literasi. Di mana gerakan tersebut bisa mendistribusikan bahan bacaan untuk orang-orang yang memang belum memiliki akses baca yang mumpuni.
"Saya mengapresiasi beragam kegiatan dari mereka untuk meningkatkan literasi, baik dengan membuat taman bacaan atau mengirimkan buku-buku bacaan ke daerah terpencil," ujarnya.
Hanya saja, Nadia menambahkan, perlu ada pendampingan ketika pemberian buku dilakukan oleh sekelompok pihak ke pihak lain. Tujuannya agar aksi sosial untuk meningkatkan literasi tersebut dapat lebih efektif.
Diharapkan dengan memahami bacaan, anak-anak tersebut dapat mengambil nilai positif yang bisa memberdayakan dan membentuk kepribadian yang lebih baik.
(whb)