Awas! Penyakit Pascabanjir Mengancam Pengungsi

Sabtu, 04 Januari 2020 - 06:02 WIB
Awas! Penyakit Pascabanjir Mengancam Pengungsi
Awas! Penyakit Pascabanjir Mengancam Pengungsi
A A A
JAKARTA - Masjid di dalam kawasan Universitas Borobudur, Kalimalang, ramai dipenuhi pengungsi warga Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur. Masjid ini untuk sementara beralih fungsi menjadi tempat teraman bagi warga selagi rumah mereka terendam banjir.

Puluhan tikar, karpet maupun sajadah terbentang, sebanyak 986 pengungsi dari 1.280 warga Cipinang Melayu yang terdampak berkumpul di lokasi itu.

Mereka berkumpul per keluarga, ada yang berbaur dengan warga lainnya. Meski tak ada bantal atau selimut, hanya lembaran baju yang menempel di badan, mereka tetap tabah. Tas perbekalan yang dibawa dari rumah masing-masing digunakan sebagai alas kepala pengganti bantal.

Di halaman masjid, berdiri tenda-tenda bantuan dari berbagai pihak yang memasok kebutuhan sehari-hari kepada para warga yang mengungsi. Mie instan, kopi, obat-obatan hingga baju bersih tersedia di sini. Salah satu ruangan kecil berukuran 3 x 2,5 meter di teras mesjid yang biasa digunakan senagaio Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) disulap menjadi posko kesehatan. Kesehatan warga memang harus menjadi prioritas, mengingat penyakit saat musim hujan banyak jenisnya dan harus segera diantisipasi.

Septiningsih (36) menggendong putranya yang masih berusia 16 bulan di depan pintu posko kesehatan itu. Meski terlihat lelah, namun Septi, sapaan akrabnya, tetap sabar menunggu antrean anaknya diperiksa oleh dokter yang masih sibuk menangani warga lain. "Semalam tidak bisa tidur, susah makan juga. Takut kenapa-kenapa jadi saya bawa ke posko ini," ujarnya kepada Koran SINDO di lokasi pengungsian, Kamis (2/1/2020).

Dengan raut wajah bingung dan memancarkan rasa was-was, Septi berupaya menenangkan anaknya. Setelah diperiksa raut wajah Septi berubah tenang. Dokter membekalinya obat pencernaan yang harus diminum dengan air hangat. Septi pun diminta mengambil air hangat di dapur umum agar bisa segera memberikan obat kepada anaknya. Di posko kesehatan itu, Septi juga diberi susu, makanan tambahan untuk bayi serta popok sekali pakai.

"Jangan lupa ganti baju. Kalau badan adeknya panas ke sini lagi ya," pesan dr Jayyidah Afifah, dokter cantik berkacamata yang dengan sabar dan tenang memeriksa warga. Dengan wajah lega, sambil menggendong buah hatinya, Septi bergegas menuju dapur umum sesuai arahan dokter.

Jayyidah, merupakan salah satu dokter yang bertugas di posko kesehatan pengungsian Masjid Universitas Borobudur. Dokter umum ini sehari-harinya bertugas di Puskesmas Cipinang Melayu yang juga tenggelam disapu banjir pada 1 Januari 2020 lalu. "Seluruh persediaan obat dan keperluan lain dikirim dari Puskesmas Kecamatan Makasar. Tidak ada yang bisa diselamatkan dari Puskesmas kami," ungkap Jayyidah lirih.

Tak hanya Septi, banyak ibu-ibu yang membawa buah hatinya untuk diperiksa dokter. Juga orang dewasa yang mengalami masalah serupa. "Obat di posko lengkap untuk penyakit yang disebabkan karena banjir seperti infeksi kulit, demam, infeksi saluran pernapasan, batu pilek, pusing, dan mual," ungkap Jayyidah. Tak hanya menyediakan obat-obatan, posko kesehatan itu juga menyediakan selimut bayi, popok sekali pakai, pembalut, serta susu anak. Tim kesehatan juga membuat bubur bayi sehat untuk bayi yang masih mengkonsumsi makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI). "Jangan sampai anak-anak kelaparan. Karena biasanya bantuan makanan banyak berupa mie instan. Tidak mungkin bayi diberi mie instan," ujar Jayyidah.

Cipinang Melayu memang menjadi langganan banjir. Meskipun sudah terbiasa rumah mereka terendam banjir namun rasa kekhawatiran tetap saja muncul. Bukan hanya memikirkan harta benda di rumah yang ditinggal, kesehatan mereka juga bakal terganggu. Kedinginan serta lingkungan yang kotor menjadi pemicu datangnya penyakit. Beruntung, setiap tempat pengungsian besar memiliki pos kesehatan sendiri yang berasal dari puskesmas di wilayahnya.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta, Dwi Handayani menjelaskan, tempat pengungsian kecil yang terdiri dari kurang dari 50 warga. Biasanya mereka yang tidak ingin jauh dari rumah mereka atau alasan lain. "Untuk tempat pengungsian kecil Dinkes DKI menyediakan posko kesehatan mobile. Setiap beberapa jam sekali mereka keliling posko kecil untuk mengontrol adakah warga yang sakit," ungkapnya.

Jika warga di pengungsian didiagnosa menderita penyakit serius dapat segera mendapat rujukan ke rumah sakit terdekat. Untuk kebutuhan makan pengungsi, Dinkes bekerjasama dengan Dinas Sosial untuk membuat dapur umum. Pemprov DKI Jakarta menegaskan komitmennya menjaga kebersihan dan memberikan makanan kepada warga sesuai jam makan.

"Kami bekerjasama saling mengingatkan juga untuk mencuci peralatan makan dan masak dengan air bersih serta menyimpannya dengan baik agar tidak dihinggapi hewan pembawa penyakit," jelasnya.

Beberapa penyakit yang berpotensi menyerang warga saat banjir diantaranya Leptospirosis. Penyakit yang berasal dari bakteri yang disebarkan dari kotoran maupun urin tikus yang terinfeksi bakteri ini. Air genangan banjir bisa membawa kencing tikus dan menularkan leptospirosis kepada manusia lewat selaput lendir, mata, hidung, luka pada kulit dan makanan. Penyakit lainnya adalah diare dan demam tifoid atau yang dikenal dengan tifus.

Kondisi ini bisa disebabkan konsumsi makanan dan minuman serta kebersihan yang kurang higienis. Ini karena selama banjir berlangsung banyak tumpukan sampah dan kotoran bercampur dan menempel di tubuh sehinga berpotensi membawa bakteri penyebab diare dan tifus.

Kemudian Demam Berdarah Dengue (DBD), yang kerap menjadi wabah pascabanjir. Ini karena perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti berpotensi msaif di area yang lembab pasca banjir. Penyakit lainnya adalah infeksi saluran pernafasan dan infeksi kulit. Juga infeksi saluran pencernaan dan migrain yang dimungkinkan terjadi karena umumnya korban banjir tidak mengonsumsi makanan sesuai gizi dan tidak makan tepat waktu. Kondisi yang lembab dan suhu udara yang dingin disertai lingkungan yang kotor juga berpotensi menimbulkan serangan virus influenza.

Tak hanya di Cipinang, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Budiasih, dipenuhi calon pasien yang ingin mendaftarkan diri ke berbagai poliklinik di RSUD itu. RUmah sakit yang terletak di bilangan Dewi Sartika ini tentu tidak luput dari para pasien yang terkena wabah penyakit pascabanjir, seperti diare, demam berdarah, dan ISPA.

Suryani (45), misalnya mengantarkan putranya Denis, 5, untuk berobat ke poli anak. Dia pun menceritakan bahwa sang anak sedang mengalami mutaber sejak sehari lalu.

"Dari kemarin kena mutaber, tapi karena rumah di daerah Kampung Makassar, Kramat Jati, diterjang banjir, jadi baru hari ini ke sini. Dari faskes satu BPJS sudah harus dirujuk ke sini," ungkapnya.

Melihat wajah Denis yang pucat pasi, Suryani pun memilih meminta rujukan ke RSUD agar segera ditangani lebih lanjut. "Saya sudah sering berobat ke sini, pelayanannya sekarang sudah rapi, cari kamar untuk rawat inap tidak susah, obat-obatannya juga cepat. Tapi sebelum dirawat, kami harus diperiksa dulu ke poli anak," ujar Suryani.

Sampai saat ini RSUD Budiasih telah merawat 19 pasien dengan penyakit diare dan muntaber. Sementara Kepala Humas RSUD Pasar Rebo, Sukartino Pri Prabowo. Menurutnya, selama musim hujan ini kami siap menampung pasien yang masuk ke RSUD Pasar Rebo.

"Bahkan apabila ada instruksi harus siaga untuk sejumlah kondisi, insyaallah kami siap melayani para pasien," ujarnya.

Pemprov DKI Jakarta memang sangat serius memperhatikan warganya yang terdampak bencana. Dari catatan Pemprov DKI Jakarta, wilayah yang terdampak banjir mencapai 15% dari keseluruhan wilayah Ibukota. ’’Yang 85 persen aman,’’ tegas Gubenur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan, kemarin.Meski tak separah banjir yang menerjang wilayah Bekasi, Jawa Barat dan beberapa wilayah di provinsi Banten, namun ANies menegaskan, Pemprov DKI telah menyiapkan sekitar 130 tempat tinggal sementara untuk warga pengungsi banjir Jakarta." Di lokasi pengungsian, kami fasilitasi sampai air surut," jaminnya.

Lokasi pengungsian itu mampu menampung 19.109 orang warga terdampak banjir yang tersebar di lima kawasan DKI Jakarta. Anies beserta jajarannya sejak 1 Januari 2019 lalu, terus memantau perkembangan penanganan pascabanjir secara langsung ke kawasan-kawasan yang terdampak. Mantan Rektor Universitas Paramadina Jakarta itu juga meminta masyarakat memberikan perhatian kepada korban banjir di luar Jakarta. Korban banjir di luar Jakarta juga membutuhkan bantuan, baik moral maupun material. ‘’Saya sampaikan kepada seluruh jajaran, untuk tetap bekerja maksimal sampai masalah banjir ini selesai.Selama masih ada warga di pengungsian, selama fasilitas umum belum kembali seperti semula, maka kita masih kerja all out,’’katanya.

Dia juga meminta kepada seluruh lapisan masyarakat untuk memperhatikan warga terdampak banjir dan longsor di wilayah luar ibukota. "Jangan sampai saudara di luar Jakarta tidak dapat perhatian karena semua perhatian ke Jakarta, padahal mereka juga perlu penanganan cepat," tegas Anies.

Sementara Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi mencatat puluhan ribu warganya terdampak banjir yang menerjang wilayah itu sejak Rabu (1/1/2020).Sebanyak 8.971 merupakan anak-anak, 22.790 dewasa dan 7. 914 lanjut usia (lansia). "Hingga Jumat ini, kami data sebanyak 24.999 warga yang mengungsi akibat tempat tinggalnya diterjang banjir," ujar Kabag Humas Setda Kota Bekasi, Sajekti Rubiah, di Posko Banjir Pendopo Kantor Wali Kota Bekasi, kemarin. Mereka tersebar di 45 titik lokasi pengungsian yang tersebar di 10 kecamatan.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bekasi, Reni Hendrawati, mengatakan, pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk mengevakuasi dan membantu masyarakat Bekasi yang terdampak banjir. "Bantuan sudah kami berikan secara bertahap kepada seluruh warga Bekasi yang terdampak banjir," ujarnya.(Ananda Nararya/Aprilia S Andyna/Abdullah M Suryajaya).
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6201 seconds (0.1#10.140)