Bukan Teror, BKSDA Ungkap Penyebab Telur Kobra Menetas di Bulan Desember
A
A
A
JAKARTA - Wilayah Jabodetabek beberapa waktu belakangan dihebohkan dengan adanya penemuan anak ular kobra . Sejumlah tempat seperti semak-semak, saluran air, rumah kosong bahkan di dalam kamar
Menanggapi fenomena tersebut, Kepala Balai KSDA Jakarta, Ahmad Munawir mengatakan, kemunculan anak ular kobra merupakan hal biasa."Jadi ini bukan teror tapi fenomena yang berulang tiap tahun. Tahun lalu ya begitu cuma enggak banyak. Tahun ini cukup banyak kenapa? karena musim kawin kobra di bulan Juni, Juli, Agustus ya, dia bertelur dierami ya tiga bulan. Jadi Desember ini waktunya menetas," ujar Munawir saat dihubungi SINDOnews, Jumat (20/12/2019).
Munawir menambahkan, adapun masa-masa ini sekira bulan Desember-Februari merupakan waktu telur ular menetas."Kenapa tahun ini cukup banyak?dia bisa menetasmya Desember hingga Februari. Emang bulan-bulannya dia. Kalau berdasarkan musimnya dia. Tahun ini cukup banyak karena musim panas ini cukup panjang ya. Jadi prosentase penetasan cukup tinggi. Tahun lalu kan bulan Oktober sudah hujan sehingga telur-telur itu banyak kerendam ya, sehingga tidak jadi. Telur direndam mana bisa jadi. Dia kan butuh kehangatan. Karena panas tahan ini cukup panjang. kita hujan itu kan baru mulai Desember nah dia itu sudah terlanjur menetas jadi anak-anaknya yang ke sana kemari," urainya.
Munawir menegaskan, fenomena tersebut bukan teror dan masyarakat dimintai menyikapi maraknya kemunculan anak kobra dengan bijaksana."Ular kan adaptif sekali atau bisa menyesuaikan diri. Tinggal di bawah kolong rumah, semak-semak. Apalagi di perumahan yang banyak semak-semaknya ya. Nah itu kondisinya, jadi ini bukan Teror ya tapi hal biasa. Kalau teror itu kobra besar dilepas membahayakan. Kalau ini kan anak-anaknya kecil setelunjuk," tuturnya.
Menanggapi fenomena tersebut, Kepala Balai KSDA Jakarta, Ahmad Munawir mengatakan, kemunculan anak ular kobra merupakan hal biasa."Jadi ini bukan teror tapi fenomena yang berulang tiap tahun. Tahun lalu ya begitu cuma enggak banyak. Tahun ini cukup banyak kenapa? karena musim kawin kobra di bulan Juni, Juli, Agustus ya, dia bertelur dierami ya tiga bulan. Jadi Desember ini waktunya menetas," ujar Munawir saat dihubungi SINDOnews, Jumat (20/12/2019).
Munawir menambahkan, adapun masa-masa ini sekira bulan Desember-Februari merupakan waktu telur ular menetas."Kenapa tahun ini cukup banyak?dia bisa menetasmya Desember hingga Februari. Emang bulan-bulannya dia. Kalau berdasarkan musimnya dia. Tahun ini cukup banyak karena musim panas ini cukup panjang ya. Jadi prosentase penetasan cukup tinggi. Tahun lalu kan bulan Oktober sudah hujan sehingga telur-telur itu banyak kerendam ya, sehingga tidak jadi. Telur direndam mana bisa jadi. Dia kan butuh kehangatan. Karena panas tahan ini cukup panjang. kita hujan itu kan baru mulai Desember nah dia itu sudah terlanjur menetas jadi anak-anaknya yang ke sana kemari," urainya.
Munawir menegaskan, fenomena tersebut bukan teror dan masyarakat dimintai menyikapi maraknya kemunculan anak kobra dengan bijaksana."Ular kan adaptif sekali atau bisa menyesuaikan diri. Tinggal di bawah kolong rumah, semak-semak. Apalagi di perumahan yang banyak semak-semaknya ya. Nah itu kondisinya, jadi ini bukan Teror ya tapi hal biasa. Kalau teror itu kobra besar dilepas membahayakan. Kalau ini kan anak-anaknya kecil setelunjuk," tuturnya.
(whb)