Imbangi Pasar Modern, Tangsel Segera Revitalisasi Pasar Tradisional
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Keberadaan pasar-pasar modern di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mulai menggeser keramaian di pasar tradisional. Kenyamanan fasilitas serta kebersihan, menjadi salah satu faktor pembeli memilih berbelanja ke pasar modern.
Kota Tangsel sendiri memiliki beberapa pasar tradisional, di antaranya pasar Ciputat, pasar Jombang, pasar Serpong, pasar Bintaro 2, dan pasar Pamulang. Dari jumlah itu, kebanyakan kondisinya sudah tak layak dan memprihatinkan.
"Agak risih juga ya kalau pasarnya begini, mana pengap, keliatan kotor, lantainya juga becek kalau datang hujan. Tapi karena sudah sering langganan, ya akhirnya tetap belanja ke pasar ini. Harapannya sih biar cepat direnovasi," ucap Misnawati (43), pengunjung pasar Jombang kepada wartawan, Rabu (13/11/2019).
Sementara pasar modern, berdiri megah dengan fasilitas lengkap. Dari segi harga pun sangat bersaing, tentunya lebih murah dari harga normal di pasaran. Maklum saja, mereka umumnya dimodali pebisnis swasta dengan cakupan jaringan ritel yang luas.
Beberapa pasar modern itu sebut saja misalnya pasar modern BSD yang terletak di Jalan Letnan Sutopo, Serpong. Lalu ada pula pasar modern Bintaro di kawasan Pondok Aren. Jika dibandingkan, maka nampak perbedaan mencolok antara pasar modern dengan pasar tradisional yang ada di Kota Tangsel.
Guna mengimbangi keberadaan pasar modern, lantas Pemerintah Kota Tangsel menyerahkan pengelolaan empat pasar tradisional ke PT Pembangunan Investasi Tangerang Selatan (PITS) yang merupakan BUMD Kota Tangsel.
"Pasar Jombang ini adalah salah satu pasar yang akan diserahkan oleh pemerintahan daerah. Kunjungan saya kesini saya ingin melihat, di lapangan ini seperti apa, nanti kita akan rencanakan ke depan seperti apa. Ternyata sangat banyak sekali pedagang dan pembeli, tapi tingkat kelayakannya kurang layak. Sehingga ke depan perlu revitalisasi," ungkap Direktur Utama PT PITS Dudung E Diredja, saat memantau kondisi Pasar Jombang, Rabu (13/11/2019).
Dilanjutkan dia, nantinya setelah resmi pengelolaan pasar tradisional diserahkan ke PT PITS, maka revitalisasi dilakukan dengn pola kerjasama Bisnis to Bisnis. Dengan begitu, proyek revitalisasi akan dikerjakan dengan kontraktor terpilih.
"Isyaallah kami akan lakukan revitalisasi dengan pola B to B. Kita akan coba bayar kontraktor yang mumpuni," jelas Dudung.
Keberadaan tiga pasar tradisional yang ada seperti pasar Jombang, Serpong, dan Bintaro, hanya menambah pendapatan dari retribusi dan lainnya sekitar Rp800 juta bagi APBD. Jumlah itu direncanakan akan meningkat hingga sekitar dua kali lipat jika pasar telah direvitalisasi.
DPRD Kota Tangsel sendiri masih membahas penyertaan modal bagi PT PITS di penganggaran APBD tahun 2020. Diketahui, di dalamnya termasuk penyertaan modal untuk merevitalisasi pasar tradisional yang ada.
Dalam persyaratannya, DPRD berharap pengelolaan oleh PT PITS tidak merubah status lahan pasar, karena hal itu tetap menjadi aset daerah. Sehingga, pengelolaan pasar tersebut hanya dalam bentuk peminjaman Hak Pengelolaan Lahan (HPL).
"Peran pasar tradisional ini sangat penting, karena di sinilah bisa mengukur transaksi ekonomi masyarakat kita. Jadi agar pasar-pasar ini bisa mampu bersaing, roda ekonomi di bawah terus berjalan, maka harus dilakukan revitalisasinya," tukas Dudung.
Kota Tangsel sendiri memiliki beberapa pasar tradisional, di antaranya pasar Ciputat, pasar Jombang, pasar Serpong, pasar Bintaro 2, dan pasar Pamulang. Dari jumlah itu, kebanyakan kondisinya sudah tak layak dan memprihatinkan.
"Agak risih juga ya kalau pasarnya begini, mana pengap, keliatan kotor, lantainya juga becek kalau datang hujan. Tapi karena sudah sering langganan, ya akhirnya tetap belanja ke pasar ini. Harapannya sih biar cepat direnovasi," ucap Misnawati (43), pengunjung pasar Jombang kepada wartawan, Rabu (13/11/2019).
Sementara pasar modern, berdiri megah dengan fasilitas lengkap. Dari segi harga pun sangat bersaing, tentunya lebih murah dari harga normal di pasaran. Maklum saja, mereka umumnya dimodali pebisnis swasta dengan cakupan jaringan ritel yang luas.
Beberapa pasar modern itu sebut saja misalnya pasar modern BSD yang terletak di Jalan Letnan Sutopo, Serpong. Lalu ada pula pasar modern Bintaro di kawasan Pondok Aren. Jika dibandingkan, maka nampak perbedaan mencolok antara pasar modern dengan pasar tradisional yang ada di Kota Tangsel.
Guna mengimbangi keberadaan pasar modern, lantas Pemerintah Kota Tangsel menyerahkan pengelolaan empat pasar tradisional ke PT Pembangunan Investasi Tangerang Selatan (PITS) yang merupakan BUMD Kota Tangsel.
"Pasar Jombang ini adalah salah satu pasar yang akan diserahkan oleh pemerintahan daerah. Kunjungan saya kesini saya ingin melihat, di lapangan ini seperti apa, nanti kita akan rencanakan ke depan seperti apa. Ternyata sangat banyak sekali pedagang dan pembeli, tapi tingkat kelayakannya kurang layak. Sehingga ke depan perlu revitalisasi," ungkap Direktur Utama PT PITS Dudung E Diredja, saat memantau kondisi Pasar Jombang, Rabu (13/11/2019).
Dilanjutkan dia, nantinya setelah resmi pengelolaan pasar tradisional diserahkan ke PT PITS, maka revitalisasi dilakukan dengn pola kerjasama Bisnis to Bisnis. Dengan begitu, proyek revitalisasi akan dikerjakan dengan kontraktor terpilih.
"Isyaallah kami akan lakukan revitalisasi dengan pola B to B. Kita akan coba bayar kontraktor yang mumpuni," jelas Dudung.
Keberadaan tiga pasar tradisional yang ada seperti pasar Jombang, Serpong, dan Bintaro, hanya menambah pendapatan dari retribusi dan lainnya sekitar Rp800 juta bagi APBD. Jumlah itu direncanakan akan meningkat hingga sekitar dua kali lipat jika pasar telah direvitalisasi.
DPRD Kota Tangsel sendiri masih membahas penyertaan modal bagi PT PITS di penganggaran APBD tahun 2020. Diketahui, di dalamnya termasuk penyertaan modal untuk merevitalisasi pasar tradisional yang ada.
Dalam persyaratannya, DPRD berharap pengelolaan oleh PT PITS tidak merubah status lahan pasar, karena hal itu tetap menjadi aset daerah. Sehingga, pengelolaan pasar tersebut hanya dalam bentuk peminjaman Hak Pengelolaan Lahan (HPL).
"Peran pasar tradisional ini sangat penting, karena di sinilah bisa mengukur transaksi ekonomi masyarakat kita. Jadi agar pasar-pasar ini bisa mampu bersaing, roda ekonomi di bawah terus berjalan, maka harus dilakukan revitalisasinya," tukas Dudung.
(ysw)