Elang Jawa Terancam Punah, Taman Safari Hanya Punya Tiga Pasang
A
A
A
BOGOR - Upaya konservasi satwa langka yang dilindungi hingga terancam punah bukan hanya kewajiban pemerintah. Semua pihak juga harus ikut terlibat untuk menjaga populasi Elang Jawa.
Berdasarkan data sejak 2010, jumlah populasi Elang Jawa di Indonesia tinggal tersisa di kisaran 108-500 atau jika diambil angka tengah berada di angka 300 ekor. Jumlah itu total di seluruh Pulau Jawa yang tentunya angka tersebut kurang aman.
"Kita belum melakukan penelitian lagi terkait habitat dan populasinya. Tapi jika yang 300 ini dibiarkan, lama-lama akan habis. Maka harus ada upaya untuk itu," ujar Kepala Sub Direktorat Konservasi Pengawetan Jenis, Direktorat Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sri Mulyani di Taman Safari Indonesia (TSI), Cisarua, Bogor, Kamis (24/10/2019).
Salah satu upaya yang dilakukan pihaknya untuk melindungi keberadaan Elang Jawa yaitu dengan menyusun strategi konservasi satwa langka yang endemik asli Indonesia, salah satunya Elang Jawa ini.
"Kita terus mendorong sejumlah pihak yang aktif dalam melakukan pengelolaan atau konservasi terhadap satwa langka Elang Jawa ini. Mulai dari pemerintah pusat, daerah, masyarakat dan mitra-mitra lainnya, untuk mau aware atau terlibat terhadap semua strategi yang sedang disusun sejak 2013 hingga 2022," katanya.
Sementara Direktur Taman Safari Indonesia Jansen Manangsang mengatakan, konservasi satwa yang menjadi simbol negara Republik Indonesia yakni Elang Jawa, sejauh ini belum banyak perusahaan asing yang tertarik, khususnya mendukung dalam upaya konservasinya.
"Saat ini baru dua perusahaan yang bekerjasama dalam upaya konservasi satwa langka ini. Selain PT Hino Motor Manufacturing Indonesia juga ada PT Smelting. Hingga saat ini populasi Elang Jawa di TSI ada tiga pasang atau enam ekor ditambah tiga ekor anaknya. Yang ada di sini itu populasi dari 14 ekor yang ada di lembaga konservasi eksitu (kebun binatang) seluruh Indonesia," ujarnya.
Sembilan ekor Elang Jawa yang ada di TSI Cisarua merupakan hasil pengembangbiakan. Lembaga konservasi eksitu yang dikelolanya ini merupakan lokasi yang tepat dalam melakukan program konservasi, khususnya dalam pengembangbiakan.
"Karena kita membangun kandangnya jauh dari keramaian dan tepatnya sunyi layaknya hutan yang merupakan habitat aslinya yaitu di pegunungan (Gunung Gede Pangrango). Namun demikian, kita belum sempat melakukan pelepasliaran dari hasil pengembangbiakan. Sebab baru beberapa ekor saja. Tapi sewaktu-waktu kita akan coba melepasliarkannya," ungkapnya.
Presiden Direktur PT Hino Motors Manufacturing Indonesia Kazushi Ehara menyatakan, konservasi merupakan salah satu bagian dari bebeapa program Corporate Social Responsibility (CSR) peusahaannya.
"Salah satunya dalam konservasi lingkungan ini adalah kita ikut andil dalam berkontribusi terhadap lingkungan, di antaranya konservasi satwa langka seperti elang Jawa ini," ujarnya.
Selain peduli terhadap konservasi elang Jawa, pihaknya juga sering menyalurkan biaya CSR untuk konservasi lingkungan lainnya. "Kita juga melakukan, konservasi terhadap satwa langka lain seperti Badak Jawa yang ada di Ujung Kulon, berupa monitoring terhadap badak itu sendiri dengan membantu menyediakan camera trapping," pungkasnya.
Berdasarkan data sejak 2010, jumlah populasi Elang Jawa di Indonesia tinggal tersisa di kisaran 108-500 atau jika diambil angka tengah berada di angka 300 ekor. Jumlah itu total di seluruh Pulau Jawa yang tentunya angka tersebut kurang aman.
"Kita belum melakukan penelitian lagi terkait habitat dan populasinya. Tapi jika yang 300 ini dibiarkan, lama-lama akan habis. Maka harus ada upaya untuk itu," ujar Kepala Sub Direktorat Konservasi Pengawetan Jenis, Direktorat Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sri Mulyani di Taman Safari Indonesia (TSI), Cisarua, Bogor, Kamis (24/10/2019).
Salah satu upaya yang dilakukan pihaknya untuk melindungi keberadaan Elang Jawa yaitu dengan menyusun strategi konservasi satwa langka yang endemik asli Indonesia, salah satunya Elang Jawa ini.
"Kita terus mendorong sejumlah pihak yang aktif dalam melakukan pengelolaan atau konservasi terhadap satwa langka Elang Jawa ini. Mulai dari pemerintah pusat, daerah, masyarakat dan mitra-mitra lainnya, untuk mau aware atau terlibat terhadap semua strategi yang sedang disusun sejak 2013 hingga 2022," katanya.
Sementara Direktur Taman Safari Indonesia Jansen Manangsang mengatakan, konservasi satwa yang menjadi simbol negara Republik Indonesia yakni Elang Jawa, sejauh ini belum banyak perusahaan asing yang tertarik, khususnya mendukung dalam upaya konservasinya.
"Saat ini baru dua perusahaan yang bekerjasama dalam upaya konservasi satwa langka ini. Selain PT Hino Motor Manufacturing Indonesia juga ada PT Smelting. Hingga saat ini populasi Elang Jawa di TSI ada tiga pasang atau enam ekor ditambah tiga ekor anaknya. Yang ada di sini itu populasi dari 14 ekor yang ada di lembaga konservasi eksitu (kebun binatang) seluruh Indonesia," ujarnya.
Sembilan ekor Elang Jawa yang ada di TSI Cisarua merupakan hasil pengembangbiakan. Lembaga konservasi eksitu yang dikelolanya ini merupakan lokasi yang tepat dalam melakukan program konservasi, khususnya dalam pengembangbiakan.
"Karena kita membangun kandangnya jauh dari keramaian dan tepatnya sunyi layaknya hutan yang merupakan habitat aslinya yaitu di pegunungan (Gunung Gede Pangrango). Namun demikian, kita belum sempat melakukan pelepasliaran dari hasil pengembangbiakan. Sebab baru beberapa ekor saja. Tapi sewaktu-waktu kita akan coba melepasliarkannya," ungkapnya.
Presiden Direktur PT Hino Motors Manufacturing Indonesia Kazushi Ehara menyatakan, konservasi merupakan salah satu bagian dari bebeapa program Corporate Social Responsibility (CSR) peusahaannya.
"Salah satunya dalam konservasi lingkungan ini adalah kita ikut andil dalam berkontribusi terhadap lingkungan, di antaranya konservasi satwa langka seperti elang Jawa ini," ujarnya.
Selain peduli terhadap konservasi elang Jawa, pihaknya juga sering menyalurkan biaya CSR untuk konservasi lingkungan lainnya. "Kita juga melakukan, konservasi terhadap satwa langka lain seperti Badak Jawa yang ada di Ujung Kulon, berupa monitoring terhadap badak itu sendiri dengan membantu menyediakan camera trapping," pungkasnya.
(thm)