Kemarau Panjang, Warga Kelurahan Bambu Apus Kesulitan Air Bersih
A
A
A
JAKARTA - Kemarau yang terus berkepanjangan membuat warga Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur dilanda kekeringan sejak pertengahan bulan September lalu hingga kini. Untuk mendapatkan air bersih, mereka mengandalkan dari sumur warga yang belum kering.
Ketua RT 02 RW 03, Adi Ismanto (41) mengatakan, kekeringan yang terjadi pada tahun ini merupakan kejadian yang paling parah. Pasalnya warga sekitar harus bergantian satu sama lain untuk mendapatkan air bersih.
"Kita disini mengandalkan air warga yang masih keluar dengan cara gantian, terkadang juga kita harus begadang karena air baru keluar jam dua pagi," kata Adi Ismanto saat ditemui di rumahnya, Kamis (24/10/2019)
Selanjutnya Adi menuturkan, kekeringan ini diakibatkan musim kemarau yang berkepanjangan dan kontur tanah di wilayah permukiman yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan kawasan sekitar. (Baca Juga: 15 Kecamatan di Jakarta Terancam Kekeringan)
"Sudah sebulanan selama kemarau aja susah air bersih. Keluarnya sekarang kecil banget itu juga keruh," terangnya.
Mengatasi kekeringan ini, Adi selaku Ketua RT setempat langsung melaporkan ke kelurahan Bambu Apus untuk meminta bantuan pasokan air bersih, karena persedian air sudah mulai mengurang. (Baca Juga: Depok Mulai Dilanda Kekeringan, Warga Kesulitan Dapat Air Bersih)
"Semalam sudah dikirim dari Aetra, satu truk 7.000 liter. Kemarin sudah lapor lurah dan langsung dikirim. Nanti juga akan ada lagi bantuan dari Damkar," ucapnya.
Meski wilayahnya dilanda kekeringan, Adi mengatakan kebutuhan akan mandi, cuci, kakus serta konsumsi air minum tidak terganggu karena warga saling berbagi dan gotong royong untuk siaga menampung air yang kadang keluar menjelang dini hari.
"Sampai saat ini dari awal dapat musibah kekeringan, kita belum pernah beli air bersih. Cukup mengandalkan air warga yang masih keluar, Alhamdulillah cukup," pungkasnya.
Ketua RT 02 RW 03, Adi Ismanto (41) mengatakan, kekeringan yang terjadi pada tahun ini merupakan kejadian yang paling parah. Pasalnya warga sekitar harus bergantian satu sama lain untuk mendapatkan air bersih.
"Kita disini mengandalkan air warga yang masih keluar dengan cara gantian, terkadang juga kita harus begadang karena air baru keluar jam dua pagi," kata Adi Ismanto saat ditemui di rumahnya, Kamis (24/10/2019)
Selanjutnya Adi menuturkan, kekeringan ini diakibatkan musim kemarau yang berkepanjangan dan kontur tanah di wilayah permukiman yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan kawasan sekitar. (Baca Juga: 15 Kecamatan di Jakarta Terancam Kekeringan)
"Sudah sebulanan selama kemarau aja susah air bersih. Keluarnya sekarang kecil banget itu juga keruh," terangnya.
Mengatasi kekeringan ini, Adi selaku Ketua RT setempat langsung melaporkan ke kelurahan Bambu Apus untuk meminta bantuan pasokan air bersih, karena persedian air sudah mulai mengurang. (Baca Juga: Depok Mulai Dilanda Kekeringan, Warga Kesulitan Dapat Air Bersih)
"Semalam sudah dikirim dari Aetra, satu truk 7.000 liter. Kemarin sudah lapor lurah dan langsung dikirim. Nanti juga akan ada lagi bantuan dari Damkar," ucapnya.
Meski wilayahnya dilanda kekeringan, Adi mengatakan kebutuhan akan mandi, cuci, kakus serta konsumsi air minum tidak terganggu karena warga saling berbagi dan gotong royong untuk siaga menampung air yang kadang keluar menjelang dini hari.
"Sampai saat ini dari awal dapat musibah kekeringan, kita belum pernah beli air bersih. Cukup mengandalkan air warga yang masih keluar, Alhamdulillah cukup," pungkasnya.
(ysw)