Suhu Jakarta Capai 36 Derajat Celcius, Begini Penjelasan BMKG
A
A
A
JAKARTA - Suhu Jakarta hari ini terpantau mencapai 36 derajat celcius. Panas terik tersebut sangat dirasakan masyarakat pada siang hari tadi.
Kepala Bidang Diseminasi, Informasi, Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, ada beberapa faktor penyebab Jakarta hari ini lebih panas. Menurutnya, di akhir bulan September sampai Oktober gerak semu matahari tepat di atas garis khatulistiwa.
"Kalau di Oktober gerak semu matahari berada di atas wilayah Jawa. Sehingga sinar matahari yang dipancarkan ke bumi cukup optimal. Kalau cukup optimal sehingga yang dirasakan masyarakat matahari seolah-olah lebih terik atau panas daripada yang sebelumnya," kata Hary saat dihubungi SINDOnews, Senin (21/10/2019).
Hary melanjutkan, faktor kedua, yakni kelembaban relatif lebih rendah. Penyebabnya penguapan dan tidak ada awan.
"Kalau ada awan, uap air di atas maka kelembabanya cukup tinggi. Kalau kelembaban tinggi maka ada potensi hujan. Kalau kelembaban rendah yang rasakan ya terik tadi. Kalau ada awan kelembaban tinggi maka yang dirasa gerah," tambahnya.
Meskipun begitu, Hary menegaskan kondisi tersebut masih dalam batas normal. "Kondisi ini bukan kondisi ekstrim tapi siklus yang biasa terjadi di bulan-bulan itu. Setiap tahunnya seperti itu," tuturnya.
Dia memprediksi, kondisi panas terik tersebut akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan. "Kondisi demikian diperkirakan akan berlangsung hingga tiga hari ke depan," tutupnya.
Kepala Bidang Diseminasi, Informasi, Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, ada beberapa faktor penyebab Jakarta hari ini lebih panas. Menurutnya, di akhir bulan September sampai Oktober gerak semu matahari tepat di atas garis khatulistiwa.
"Kalau di Oktober gerak semu matahari berada di atas wilayah Jawa. Sehingga sinar matahari yang dipancarkan ke bumi cukup optimal. Kalau cukup optimal sehingga yang dirasakan masyarakat matahari seolah-olah lebih terik atau panas daripada yang sebelumnya," kata Hary saat dihubungi SINDOnews, Senin (21/10/2019).
Hary melanjutkan, faktor kedua, yakni kelembaban relatif lebih rendah. Penyebabnya penguapan dan tidak ada awan.
"Kalau ada awan, uap air di atas maka kelembabanya cukup tinggi. Kalau kelembaban tinggi maka ada potensi hujan. Kalau kelembaban rendah yang rasakan ya terik tadi. Kalau ada awan kelembaban tinggi maka yang dirasa gerah," tambahnya.
Meskipun begitu, Hary menegaskan kondisi tersebut masih dalam batas normal. "Kondisi ini bukan kondisi ekstrim tapi siklus yang biasa terjadi di bulan-bulan itu. Setiap tahunnya seperti itu," tuturnya.
Dia memprediksi, kondisi panas terik tersebut akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan. "Kondisi demikian diperkirakan akan berlangsung hingga tiga hari ke depan," tutupnya.
(mhd)