Angka Prevalensi Anemia di Depok Turun Jadi 16,42 Persen
A
A
A
DEPOK - Angka anemia pada kalangan remaja putri di Kota Depok cenderung menurun. Berdasarkan hasil survei Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, jumlah penderita anemia menurun menjadi 16,42 persen di tahun 2019.
“Berdasarkan survei, sebesar 36,6 persen remaja putri terkena anemia di tahun 2016. Kemudian, Dinkes kembali melakukan survei ke 408 remaja putri usia SMP dan SMA di tahun 2019, hasilnya menurun menjadi 16.42 persen,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Kota Depok, May Haryanti, di Balai Kota Depok, seperti dilansir depok.go.id, Senin (21/10/2019).
Lebih lanjut, ucapnya, pihaknya akan terus melakukan program pengendalian dan pencegahan anemia bagi remaja putri. Pasalnya, besaran prevalensi anemia pada remaja putri berkaitan erat dengan persiapannya sebelum menjadi ibu.
Dikatakannya, remaja putri yang mengalami anemia cenderung menjadi perempuan dewasa dan ibu hamil yang terkena anemia. Selanjutnya, ucapnya, permasalahan ke depan yang akan timbul adalah ibu hamil anemia akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan berpotensi pendek (stunting).
“Ibu hamil anemia memiliki risiko terhadap bayi yang dilahirkan nantinya. Maka kami terus berupaya agar tidak ada lagi remaja putri di Kota Depok yang anemia,” jelasnya.
May menambahkan, pihaknya akan terus memberikan tablet tambah darah kepada remaja putri di Kota Depok. Baik melalui kunjungan langsung ke sekolah maupun melalui Puskesmas setempat.
“Tentunya agar remaja putri rutin mengonsumsi tablet tambah darah sebagai upaya mencegah anemia,” tandasnya.
“Berdasarkan survei, sebesar 36,6 persen remaja putri terkena anemia di tahun 2016. Kemudian, Dinkes kembali melakukan survei ke 408 remaja putri usia SMP dan SMA di tahun 2019, hasilnya menurun menjadi 16.42 persen,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Kota Depok, May Haryanti, di Balai Kota Depok, seperti dilansir depok.go.id, Senin (21/10/2019).
Lebih lanjut, ucapnya, pihaknya akan terus melakukan program pengendalian dan pencegahan anemia bagi remaja putri. Pasalnya, besaran prevalensi anemia pada remaja putri berkaitan erat dengan persiapannya sebelum menjadi ibu.
Dikatakannya, remaja putri yang mengalami anemia cenderung menjadi perempuan dewasa dan ibu hamil yang terkena anemia. Selanjutnya, ucapnya, permasalahan ke depan yang akan timbul adalah ibu hamil anemia akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan berpotensi pendek (stunting).
“Ibu hamil anemia memiliki risiko terhadap bayi yang dilahirkan nantinya. Maka kami terus berupaya agar tidak ada lagi remaja putri di Kota Depok yang anemia,” jelasnya.
May menambahkan, pihaknya akan terus memberikan tablet tambah darah kepada remaja putri di Kota Depok. Baik melalui kunjungan langsung ke sekolah maupun melalui Puskesmas setempat.
“Tentunya agar remaja putri rutin mengonsumsi tablet tambah darah sebagai upaya mencegah anemia,” tandasnya.
(akn)