Pemprov DKI Jakarta Gandeng 8 Startup Menuju City 4.0
A
A
A
JAKARTA - Pemprov DKI Jakarta menggandeng delapan perusahaan rintisan (startup) menuju City 4.0. Adanya kolaborasi ini dapat mewujudkan keadilan sosial di Jakarta secara berkelanjutan. Delapan startup itu Nodeflux, Botika, DuitHape, Grab, Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan Gojek.
Kolaborasi dengan aplikator tersebut diperkuat dengan penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) di Balai Kota DKI Jakarta kemarin. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, kerja sama dengan delapan startup itu yang penting bukan pada dokumennya, melainkan aksi pasca dokumen itu di tandatangani.
“Kami berharap dari sini akan muncul banyak solusi untuk ma syarakat Jakarta,” ujarnya kemarin. Melalui konsep City 4.0, Pem prov DKI bertindak tidak ha nya sebagai administrator, penyedia layanan, ataupun fasilitator; melainkan pihak yang terbuka untuk bekerja sama dengan semua elemen demi mengentaskan berbagai masalah di Ibu Kota. Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu menilai sangat banyak masalah yang bisa diselesaikan bersama.
Tujuannya sesuai Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. “Tapi mekanis menya harus menggunakan mekanisme pasar supaya sustainable (berkelanjutan). Kalau kita tidak percaya kepada mekanisme pasar, saya bisa menjamin tidak akan sustainable. Begitu periode pemerintahannya diberhentikan, sudah tidak bisa sustainable lagi, meskipun tujuannya social justice,” ungkap Anies.
Contoh aksi Pemprov DKI mewujudkan smart governance dilakukan lewat kolaborasi bersama emerging startup seperti Nodeflux. Aplikasi yang berperan di bidang artificial intelligence (kecerdasan buatan) digunakan untuk mendeteksi pelat nomor kendaraan wajib pajak. Melalui kerja sama ini pelat kendaraan dapat tersambungkan dengan sistem perpajakan untuk mencari potensi pendapatan daerah yang selama ini tersembunyi atau tidak dibayarkan oleh wajib pajak.
Pemprov DKI juga berkolaborasi dengan Botika yang mengembangkan kecerdasan buatan dengan menghadirkan Javira atau asisten virtual berupa chatbot. Kemudian Duit Hape memudahkan distribusi bantuan sosial sekaligus menggerakkan roda perekonomian seluruh lapisan masyarakat.
Kolaborasi dalam upaya smart mobility dilakukan melalui transportasi yang terintegrasi, aman, dan terlacak secara daring melalui Gojek dan Grab. Selanjutnya, demi mewujudkan smart economy, kolaborasi dengan menggandeng e-commerce raksasa seperti Buka lapak, Tokopedia, dan Shopee.
Kreativitas dan inovasi melalui kolaborasi perusahaan teknologi ditujukan untuk mewujudkan ekosistem ekonomi digital (digital economy ecosystem). Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) DKI Jakarta Atika Nur Rahmania mengatakan, kolaborasi dengan delapan startup memosisikan pemerintah sebagai pihak yang mempunyai pemahaman permasalahan dan pemilik infrastruktur pendukung sebuah startup.
Penyediaan infrastruktur telah dilakukan sejak awal JSC dibangun. Saat ini, hal yang dilakukan adalah pengembangan level smart city. Bagaimana memanfaatkan teknologi bukan sekadar internal pelayanan pemerintah. Akhirnya JSC pun ditempatkan sebagai innovation hub untuk melahirkan layanan digital yang membantu masyarakat seperti info pangan dan jual beli tanah yang sudah ada, meskipun masih standar.
“Apalagi nih agar JSC menjadi lebih cepat sebagai innovation hub? Apa hanya kolaborasi internal saja? Apa bisa dikolaborasikan dengan temanteman lain? Nah, kita coba kolaborasi dengan startup debutan. Kita mau kolaborasi lagi nih, bahkan dengan super apps seperti Gojek, Grab, Shopee, dan lainnya guna membangun ekosistem digital di Jakarta,” ungkap Atika.
Kolaborasi dengan aplikator tersebut diperkuat dengan penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) di Balai Kota DKI Jakarta kemarin. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, kerja sama dengan delapan startup itu yang penting bukan pada dokumennya, melainkan aksi pasca dokumen itu di tandatangani.
“Kami berharap dari sini akan muncul banyak solusi untuk ma syarakat Jakarta,” ujarnya kemarin. Melalui konsep City 4.0, Pem prov DKI bertindak tidak ha nya sebagai administrator, penyedia layanan, ataupun fasilitator; melainkan pihak yang terbuka untuk bekerja sama dengan semua elemen demi mengentaskan berbagai masalah di Ibu Kota. Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu menilai sangat banyak masalah yang bisa diselesaikan bersama.
Tujuannya sesuai Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. “Tapi mekanis menya harus menggunakan mekanisme pasar supaya sustainable (berkelanjutan). Kalau kita tidak percaya kepada mekanisme pasar, saya bisa menjamin tidak akan sustainable. Begitu periode pemerintahannya diberhentikan, sudah tidak bisa sustainable lagi, meskipun tujuannya social justice,” ungkap Anies.
Contoh aksi Pemprov DKI mewujudkan smart governance dilakukan lewat kolaborasi bersama emerging startup seperti Nodeflux. Aplikasi yang berperan di bidang artificial intelligence (kecerdasan buatan) digunakan untuk mendeteksi pelat nomor kendaraan wajib pajak. Melalui kerja sama ini pelat kendaraan dapat tersambungkan dengan sistem perpajakan untuk mencari potensi pendapatan daerah yang selama ini tersembunyi atau tidak dibayarkan oleh wajib pajak.
Pemprov DKI juga berkolaborasi dengan Botika yang mengembangkan kecerdasan buatan dengan menghadirkan Javira atau asisten virtual berupa chatbot. Kemudian Duit Hape memudahkan distribusi bantuan sosial sekaligus menggerakkan roda perekonomian seluruh lapisan masyarakat.
Kolaborasi dalam upaya smart mobility dilakukan melalui transportasi yang terintegrasi, aman, dan terlacak secara daring melalui Gojek dan Grab. Selanjutnya, demi mewujudkan smart economy, kolaborasi dengan menggandeng e-commerce raksasa seperti Buka lapak, Tokopedia, dan Shopee.
Kreativitas dan inovasi melalui kolaborasi perusahaan teknologi ditujukan untuk mewujudkan ekosistem ekonomi digital (digital economy ecosystem). Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) DKI Jakarta Atika Nur Rahmania mengatakan, kolaborasi dengan delapan startup memosisikan pemerintah sebagai pihak yang mempunyai pemahaman permasalahan dan pemilik infrastruktur pendukung sebuah startup.
Penyediaan infrastruktur telah dilakukan sejak awal JSC dibangun. Saat ini, hal yang dilakukan adalah pengembangan level smart city. Bagaimana memanfaatkan teknologi bukan sekadar internal pelayanan pemerintah. Akhirnya JSC pun ditempatkan sebagai innovation hub untuk melahirkan layanan digital yang membantu masyarakat seperti info pangan dan jual beli tanah yang sudah ada, meskipun masih standar.
“Apalagi nih agar JSC menjadi lebih cepat sebagai innovation hub? Apa hanya kolaborasi internal saja? Apa bisa dikolaborasikan dengan temanteman lain? Nah, kita coba kolaborasi dengan startup debutan. Kita mau kolaborasi lagi nih, bahkan dengan super apps seperti Gojek, Grab, Shopee, dan lainnya guna membangun ekosistem digital di Jakarta,” ungkap Atika.
(don)