Bogor Serius Operasikan Transportasi Massal Trem pada 2020

Senin, 09 September 2019 - 10:17 WIB
Bogor Serius Operasikan...
Bogor Serius Operasikan Transportasi Massal Trem pada 2020
A A A
BOGOR - Pemkot Bogor terus mematangkan rencana pengoperasian trem pada 2020. Saat ini sedang dimatangkan kajian ilmiah untuk moda kereta yang memiliki rel khusus di dalam kota itu. Pengoperasian trem bertujuan untuk mengurangi kemacetan di pusat kota tersebut.

Keseriusan penerapan transportasi massal dimulai dengan penandatanganan nota kesepahaman atau MoU yang dilakukan Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto dengan Managing Director Asia Pasifik Colas Rail Jerome Bellemin dan CEO Iroda Mitra Mirza Whibowo Soenarto di Balai Kota Bogor, beberapa waktu lalu.

“Kita mulai tahapan pembangunan trem di Kota Bogor. Nanti hasilnya menentukan langkah pembangunan, jalurnya, kelaikan jalan, kapasitas jalan, daya angkut, lebar dan panjang rel, serta pembiayaannya,” ujar Bima.

Trem yang merupakan moda transportasi massal ini dipilih sebagai alternatif untuk mengurai kemacetan di Kota Bogor khususnya di pusat kota. Sebab diperkirakan dalam dua tahun ke depan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek akan masuk Terminal Baranangsiang, Bogor Tengah, Kota Bogor.

“Diprediksi ribuan orang dipastikan datang dan pergi menggunakan LRT yang setiap lima menit berangkat dan hanya membutuhkan 40 menit untuk sampai Jakarta dari Bogor. Jadi, kalau ke Terminal Baranangsiang naik kendaraan pribadi semua pasti macet total. Maka perlu feeder system, ya trem ini,” ujarnya. Keberadaan trem ini tidak akan keluar dari konsep heritage cityyang selama ini digaungkan Pemkot Bogor.

Bahkan, pemerintah daerah memastikan studi kelayakan tidak akan menggunakan APBD sama sekali. Pasalnya, studi kelayakan dikerjakan langsung Jo Colas Rail dan Iroda Mitra. “Sambil menunggu kajian, kami juga akan berkoordinasi dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) mengenai anggaran pembangunan dan lain-lain,” kata Bima.

Demi memperlancar rencana pengoperasian trem, Pemkot Bogor tidak akan memperpanjang izin 800 unit angkutan perkotaan (kota) pada akhir 2019. Ini untuk memangkas jumlah angkot dan pada 2022 di kota hujan sudah steril angkot. “Ratusan angkot tidak diperpanjang izinnya karena tidak laik jalan,” ucapnya.

Dengan pengurangan tersebut akan menyisakan 1.600 angkot yang beroperasi pada 2020. Berdasarkan data Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor pada akhir 2018 terdapat 2.400 angkot. “Pada 2022 angkot sudah hilang secara alamiah karena semakin lama akan berkurang, tapi kita kan harus pikirkan ke mana mereka (sopir) setelah itu, maka ada konversi,” kata Bima.

Kota Bogor memiliki wilayah seluas 118,5 kilometer persegi (km2) atau lebih dari seperlima dari luas ibu kota Jakarta yang mencapai 661,5 km2. Kota Bogor memiliki total 10.047 angkot. Jumlah itu terdiri dari kendaraan jenis bus kecil, sedang, dan besar. Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menambahkan, Pemkot Bogor akan menerima hibah 24 set trem dari Belanda.

Tidak menutup kemungkinan pemerintah daerah bakal mendatangkan trem baru sebagai alternatif moda transportasi massal di Kota Bogor. “Ada 24 trem hibah, tapi bisa juga tambah yang baru. Masih terbuka. Ini kan masih dikaji,” ucapnya. Jerome Bellemin menyambut baik kerja sama dengan Pemkot Bogor.

Diharapkan hasil studi kelayakan nanti bisa menjadi solusi tepat bagi persoalan transportasi di kota hujan. “Ini membuat kami tertarik untuk mengkaji pekerjaan ini. Kita sudah bekerja dan sekarang punya teknisi di Indonesia untuk meneruskan proyek di sini. Trem ini baru pertama kali di Indonesia,” ujarnya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1012 seconds (0.1#10.140)