Polusi Debu di Pelabuhan Marunda, Warga Terjangkit ISPA
A
A
A
JAKARTA - Polusi debu batu bara di Pelabuhan Marunda diduga menyebabkan masyarakat yang tinggal di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, terjangkit penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Polusi yang disinyalir berasal dari PT Karya Citra Nusantara (KCN) telah merugikan warga sekitar. Debu hitam pekat tampak jelas menempel di dinding dan kusen jendela salah satu rumah warga bernama Sugiyanto di Kelurahan Marunda, Cilincing.
Pada musim angin barat daya pada November-Februari lalu, tebal tumpukkan debu bisa lebih dari satu sentimeter. “Ini debu batu bara,” ucapnya. Menurut dia, debu batu bara berbeda dengan debu pada umumnya. Debu batu bara berdampak buruk bagi kesehatan. “Kalau terhirup tenggorokan terasa gatal,” katanya.
Koordinator Lapangan Koalisi Masyarakat Jakarta Utara Laode Kamaludin mendesak PT KCN segera menghentikan operasional perusahaan karena melanggar hukum yang telah diatur pemerintah dan harus bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan akibat operasi bongkar muat batu bara di Marunda.
Manajer Kampanye Perkotaan dan Energi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Dwi Sawung mengatakan debu batu bara sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Meski tidak melalui proses pembakaran, debu batu bara tetap menghasilkan particulate matter (PM) 2,5, yakni debu melayang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikrometer atau 3% dari dia meter rambut manusia.
Masker biasa tidak mampu mencegah partikel debu masuk ke tubuh manusia lewat pernapasan. “Harus menggunakan masker khusus yang memiliki filter PM 2,5. Harga masker ini 10 kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan masker biasa,” ujar Dwi. PM 2,5 yang menumpuk di paru-paru akan menyebabkan pe nyakit gangguan pernapasan. Namun, ada satu penyakit yang terkait langsung dengan debu batu bara, yaitu black lung (pneumokoniosis) atau paruparu hitam.
Mereka yang tinggal dekat area pertambangan atau bongkar muat batu bara rentan terkena penyakit ini. Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Yudi Dimyati menuturkan telah menganalisis bahwa penyakit yang paling banyak ditemukan di wilayah Jakut adalah ISPA. “Faktor nomor satu yang menyebabkan ISPA karena lingkungan (debu), bukan disebabkan penularan,” ucapnya.
Pada musim angin barat daya pada November-Februari lalu, tebal tumpukkan debu bisa lebih dari satu sentimeter. “Ini debu batu bara,” ucapnya. Menurut dia, debu batu bara berbeda dengan debu pada umumnya. Debu batu bara berdampak buruk bagi kesehatan. “Kalau terhirup tenggorokan terasa gatal,” katanya.
Koordinator Lapangan Koalisi Masyarakat Jakarta Utara Laode Kamaludin mendesak PT KCN segera menghentikan operasional perusahaan karena melanggar hukum yang telah diatur pemerintah dan harus bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan akibat operasi bongkar muat batu bara di Marunda.
Manajer Kampanye Perkotaan dan Energi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Dwi Sawung mengatakan debu batu bara sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Meski tidak melalui proses pembakaran, debu batu bara tetap menghasilkan particulate matter (PM) 2,5, yakni debu melayang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikrometer atau 3% dari dia meter rambut manusia.
Masker biasa tidak mampu mencegah partikel debu masuk ke tubuh manusia lewat pernapasan. “Harus menggunakan masker khusus yang memiliki filter PM 2,5. Harga masker ini 10 kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan masker biasa,” ujar Dwi. PM 2,5 yang menumpuk di paru-paru akan menyebabkan pe nyakit gangguan pernapasan. Namun, ada satu penyakit yang terkait langsung dengan debu batu bara, yaitu black lung (pneumokoniosis) atau paruparu hitam.
Mereka yang tinggal dekat area pertambangan atau bongkar muat batu bara rentan terkena penyakit ini. Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Yudi Dimyati menuturkan telah menganalisis bahwa penyakit yang paling banyak ditemukan di wilayah Jakut adalah ISPA. “Faktor nomor satu yang menyebabkan ISPA karena lingkungan (debu), bukan disebabkan penularan,” ucapnya.
(don)