Perbaikan Jalan Ikuti Peningkatan Trotoar di Jakarta
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah jalan raya di Jakarta bakal diperbaiki meski tidak mengalami kerusakan. Perbaikan jalan itu mengikuti peningkatan pedestrian.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Harri Nugroho mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan perbaikan jalan yang bersinggungan dengan kegiatan strategis daerah (KSD) peningkatan pedestrian. Seperti di Jalan Kemang Raya, Keramat-Salemba, Satrio dan Cikini, Jakarta Pusat.
"Sehingga pada saat pedestrian ditingkatkan, jalan sudah bagus," kata Harri Nugroho saat dihubungi, Kamis 1 Agustus 2019.
Harri menjelaskan, perbaikan jalan yang dilakukan dengan aspal merupakan penanganan permanent dengan sistem recycling atau mengupas lapisan aspal hingga bagian pondasi dan kembali menatanya. Sedangkan untuk betonisasi, pihaknya hanya melakukan dijalanan yang kerap rusak akibat genangan air seperti di Jakarta Utara.
Berdasarkan data yang dihimpun, hampir setiap tahun Dinas Bina Marga DKI Jakarta mendapatkan angaran perbaikan jalan rusak sekitar Rp300-400 miliar. Penangananya pun hampir sama, untuk yang sifatnya sementara penangan dilakukan tambal sulam. Sedangkan untuk yang permanen penanganan dilakukan secars menyeluruh dengan menggunakan aspal kembali ataupun betonisasi bagi tempat yang dinyatakan kerap tergenang.
"Hampir semua jalan yang terdapat Trotoar diperbaiki," ungkapnya. (Baca Juga: Dinas Bina Marga DKI Kebut Perbaikan Jalan Rusak di Gunung Sahari
Sementara itu, Sekertaris Komisi D DPRD DKI Jakarta, Padapotan Sinaga menuturkan, perbaikan jalan mengikuti peningkatan pedestrian merupakan langkah yang baik untuk sebuah infrastruktur jalan. Namun, perbaikan jalan seharusnya diprioritaskan terhadap jalan yang kerap berlubang.
"Kalau jalan yang tidak ada trotoar itu tidak akan diperbaiki dong? Banyak kan jalan yang belum dilengkapi trotoar," ungkapnya.
Sementara itu, Pengamat Perkotaan Universitas trisakti, Nirwono Joga mengatakan, perbaikan jalan yang dilakukan setiap tahun di Jakarta tidak akan bertahan lama. Sebab, ketahanan jalan itu tergantung pada baiknya saluran air yang ada di sekitar jalan. Artinya, apapun sistem dan kualita aspal yang dipilih untuk memperbaiki jalan apabila tidak dibarengi dengan perbaikan saluran, jalan di Jakarta tidak akan bertahan hinga lima-tujuh tahun seperti yang terdapat dalam konsep jalan sebenarnya.
"Saya melihat perbaikan trotoar tidak dibarengi dengan perbaikan saluran air. Jadi ketika hujan, jalan itu dipastikan akan tergenang dan cepat rusak," ungkapnya.
Untuk menambah kekuatan aspal dan menghemat biaya pemeliharaanya, lanjut Nirwono, DKI harus mempertegas kelas-kelas jalan. Dimana, kendaraan bernotase berat hanya boleh melintas di jalan tertentu.
Selain itu, nirwono juga menyarankan agar konsep daur ulang aspal yang dikelupas bawahnya digunakan kembali untuk memperbaiki jalan tersebut. Terpenting, bahan campur daur ulang aspal dibuat sebaik mungkin. Sehingga, kekuatan aspal bisa mencapai lima hingg tujuh tahun seperti apa yang dilakukan di eropa.
"Konsep penghematan murni yaitu dengan mendaur ulang aspal yang dikelupas dari dasar itu. Memang usianya berbeda dengan aspal baru. Tapi Penelitian terakhir menyebutkan bila kekuatanya bisa sampai tujuh tahun kalau campuranya dibuat sebaik mungkin. Yang terjadi saat ini, setelah aspal dikelupas, DKI membuangnya dan menggantinya dengan beli di e-katalog. Padahal konsep ini bisa hemat 30 persen," tuturnya.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Harri Nugroho mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan perbaikan jalan yang bersinggungan dengan kegiatan strategis daerah (KSD) peningkatan pedestrian. Seperti di Jalan Kemang Raya, Keramat-Salemba, Satrio dan Cikini, Jakarta Pusat.
"Sehingga pada saat pedestrian ditingkatkan, jalan sudah bagus," kata Harri Nugroho saat dihubungi, Kamis 1 Agustus 2019.
Harri menjelaskan, perbaikan jalan yang dilakukan dengan aspal merupakan penanganan permanent dengan sistem recycling atau mengupas lapisan aspal hingga bagian pondasi dan kembali menatanya. Sedangkan untuk betonisasi, pihaknya hanya melakukan dijalanan yang kerap rusak akibat genangan air seperti di Jakarta Utara.
Berdasarkan data yang dihimpun, hampir setiap tahun Dinas Bina Marga DKI Jakarta mendapatkan angaran perbaikan jalan rusak sekitar Rp300-400 miliar. Penangananya pun hampir sama, untuk yang sifatnya sementara penangan dilakukan tambal sulam. Sedangkan untuk yang permanen penanganan dilakukan secars menyeluruh dengan menggunakan aspal kembali ataupun betonisasi bagi tempat yang dinyatakan kerap tergenang.
"Hampir semua jalan yang terdapat Trotoar diperbaiki," ungkapnya. (Baca Juga: Dinas Bina Marga DKI Kebut Perbaikan Jalan Rusak di Gunung Sahari
Sementara itu, Sekertaris Komisi D DPRD DKI Jakarta, Padapotan Sinaga menuturkan, perbaikan jalan mengikuti peningkatan pedestrian merupakan langkah yang baik untuk sebuah infrastruktur jalan. Namun, perbaikan jalan seharusnya diprioritaskan terhadap jalan yang kerap berlubang.
"Kalau jalan yang tidak ada trotoar itu tidak akan diperbaiki dong? Banyak kan jalan yang belum dilengkapi trotoar," ungkapnya.
Sementara itu, Pengamat Perkotaan Universitas trisakti, Nirwono Joga mengatakan, perbaikan jalan yang dilakukan setiap tahun di Jakarta tidak akan bertahan lama. Sebab, ketahanan jalan itu tergantung pada baiknya saluran air yang ada di sekitar jalan. Artinya, apapun sistem dan kualita aspal yang dipilih untuk memperbaiki jalan apabila tidak dibarengi dengan perbaikan saluran, jalan di Jakarta tidak akan bertahan hinga lima-tujuh tahun seperti yang terdapat dalam konsep jalan sebenarnya.
"Saya melihat perbaikan trotoar tidak dibarengi dengan perbaikan saluran air. Jadi ketika hujan, jalan itu dipastikan akan tergenang dan cepat rusak," ungkapnya.
Untuk menambah kekuatan aspal dan menghemat biaya pemeliharaanya, lanjut Nirwono, DKI harus mempertegas kelas-kelas jalan. Dimana, kendaraan bernotase berat hanya boleh melintas di jalan tertentu.
Selain itu, nirwono juga menyarankan agar konsep daur ulang aspal yang dikelupas bawahnya digunakan kembali untuk memperbaiki jalan tersebut. Terpenting, bahan campur daur ulang aspal dibuat sebaik mungkin. Sehingga, kekuatan aspal bisa mencapai lima hingg tujuh tahun seperti apa yang dilakukan di eropa.
"Konsep penghematan murni yaitu dengan mendaur ulang aspal yang dikelupas dari dasar itu. Memang usianya berbeda dengan aspal baru. Tapi Penelitian terakhir menyebutkan bila kekuatanya bisa sampai tujuh tahun kalau campuranya dibuat sebaik mungkin. Yang terjadi saat ini, setelah aspal dikelupas, DKI membuangnya dan menggantinya dengan beli di e-katalog. Padahal konsep ini bisa hemat 30 persen," tuturnya.
(mhd)