Tingkatkan Kewaspadaan, Polusi Jakarta Bahayakan Kesehatan Warga

Rabu, 31 Juli 2019 - 08:15 WIB
Tingkatkan Kewaspadaan, Polusi Jakarta Bahayakan Kesehatan Warga
Tingkatkan Kewaspadaan, Polusi Jakarta Bahayakan Kesehatan Warga
A A A
JAKARTA - Masyarakat yang tinggal atau beraktivitas di wilayah Jakarta hendaknya meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gangguan kesehatan.

Kesadaran ini perlu digugah mengingat kualitas udara di Jakarta beberapa pekan ini sangat buruk. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan memicu kenaikan jumlah penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Antisipasi akan dampak pencematan udara perlu dilakukan karena kondisi lingkungan paling berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat.

Hingga kemarin belum ada data jumlah masyarakat yang terkena ISPA akibat kondisi udara belakangan ini. Berdasarkan laporan rutin dari fasilitas pelayanan kesehatan di DKI Jakarta, jumlah kasus ISPA pada Januari-Mei 2019 relatif tinggi, terdapat 905.270 kasus.

Selain ISPA, penyakit lain yang terkait dengan polusi antara lain iritasi mata, penyakit akibat gangguan jantung dan pem buluh darah, penurunan sistem kekebalan tubuh, juga kanker apabila terpapar polusi udara dalam jangka panjang.

Kepala Bidang Perencanaan dan Pembiayaan Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dewi Satiasari mengakui hal tersebut. Faktor lingkungan dimaksud termasuk polusi udara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, kompor rumahan, asap rokok, dan beberapa proses kegiatan industri, terutama di daerah perkotaan.

”Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan polusi udara sebagai salah satu masalah lingkungan terbesar yang berdampak buruk bagi kesehatan dan kelang sung an hidup masyarakat,” kata Dewi melalui pesan singkatnya kemarin. Dokter Daniel Bramantyo dari Rumah Sakit Pertamina Jaya, juga mengingatkan dampak polusi terhadap kesehatan pernapasan.

Secara khusus, dia memberi perhatian terhadap dampak polusi udara karena rawan terhadap kesehatan. Untuk mencegahnya, dia menyarankan masyarakat Jakarta untuk mengenakan masker setiap beraktivitas di luar ruangan.

”Sebaiknya sementara waktu ditutup karena bisa membuat udara kotor di luar masuk. Beri anak-anak untuk sementara bermain di dalam ruangan saja, mengingat kondisi udara yang sedang tidak sehat,” ujar dia. Berdasarkan data AirVisual kemarin, tingkat polisi Jakarta termasuk tertinggi di dunia.

Pada pukul 19.04 WIB tadi malam, Air Quality Index (AQI) Jakarta berada di angka 126, yang meng indikasikan kualitas udara tidak sehat. AirVisual merekomendasikan agar kelompok sensitif mengurangi aktivitas di luar ruangan. Setiap orang perlu mengenakan masker polusi. Ventilasi tidak dianjurkan.

Pemurni udara perlu dinyalakan bila udara dalam ruangan tidak sehat. Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengakui bahwa kualitas udara di Jakarta buruk, khususnya di kawasan yang terdampak proyek pembangunan. Di sisi lain, saat ini juga tengah musim kemarau.

”Kondisi ini diperparah oleh asap kendaraan ketika macet akibat adanya proyek tersebut. Kami berharap agar pelaksana proyek melakukan penyiraman ketika proyek sudah selesai dikerjakan. Prinsipnya kalau kualitas udara berfluk tuasi, berfluktuasi tergantung kepada beberapa faktor termasuk cuaca,” ungkapnya.

Senada, Pelaksana Harian (Plh) Deputi Bidang Klima tologi BMKG Nasrullah membenarkan bahwa kualitas udara di DKI Jakarta menurun drastis dalam beberapa waktu belakangan. Nasrullah menyebut kualitas udara di Ibu Kota paling buruk saat pagi hari.

”Memang patut kita sadari bersama bahwa kondisi udara Jakarta sedang menurun kualitasnya, dan memasukkan Jakarta ke dalam kotakota papan atas dalam urutan kota terburuk kualitas udaranya,” kata Nasrullah dalam keterangan resmi kemarin. Dia memaparkan, pemeringkatan AQI AirVisual terhadap kualitas udara di Jakarta dilakukan setiap jam.

Namun, kualitas udara terburuk di Jakarta terpantau sangat dinamis. Kualitas udara di Jakarta menurun drastis saat pagi hari dan berubah ketika menuju siang hingga malam hari. Pada pagi hari, biasanya KU (kualitas udara) Jakarta memang menurun drastis dan sering menembus peringkat pertama. Akan tetapi, hal tersebut tidak permanen dan berubah seiring waktu ketika menuju siang hingga malam,” terangnya.

Karena Kendaraan Berat di JORR?
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan curiga, aktivitas kendaraan berat di tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) menyebabkan tingginya polusi udara di wilayah selatan Jakarta. Kecurigaan ini berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara yang mana polusi di wilayah selatan Jakarta sangat tinggi pada pagi hari.

Padahal, wilayah selatan Jakarta bukan wilayah terpadat di Ibu Kota. Sebelumnya juga muncul dugaan polusi terjadi karena maraknya pembangunan trotoar di Ibu Kota. Kemarin Anies bertemu dengan pengelola tol untuk mematikan dugaan tersebut. Hasilnya? Dia mengaku me nemukan fakta unik.

Menurut Anies, angka polusi udara tinggi di daerah pusat perkotaan. Namun, ternyata wilayah Jakarta Selatan minim kegiatan, tetapi polusinya tinggi.

”Kalau angka polusi udara tinggi di daerah pusat perkotaan, tapi angka kita dari stasiun di Jagakarsa, yang di situ daerah minim kegiatan. Itu juga di pagi hari justru tinggi. Artinya, kita sedang cari apakah terkait ini dengan volume kendaraan di sekitar JORR yang cukup tinggi di malam hari,” kata Anies.

Untuk memastikan kondisi tersebut, menurut Anies, kendaraan yang masuk Jakarta harus uji emisi sehingga tidak menimbulkan polusi udara.

Untuk wilayah Jakarta Selatan, Anies menyebut adanya kegiatan pembangunan proyek perbaikan jalan menyebabkan kendaraan macet yang berdampak angka polusi udara tinggi.”Seharusnya selatan tidak tinggi. Itu karena JORR cukup tinggi di malam hari, apalagi ada kegiatan konstruksi dan perbaikan jalan. Efeknya kalau malam macet dan pagi hari, angka polusi tinggi,” ujar dia.

Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal Ahmad Safrudin mengatakan bahwa penyumbang polusi udara di Jakarta bukan hanya dari Jakarta, melainkan juga dari daerah-daerah sekitar Kota Jakarta.

”Kemarau Jakarta ini, ter dapat angin munton dari arah tenggara dan timur. Artinya, ada potensi polusi udara tercemar dari Jawa Barat sebelah utara masuk ke Jakarta,” ungkapnya. Ketua koalisi pejalan kaki itu pun menyarankan agar Pemprov DKI gencar merazia emisi dan disidangkan kepengadilan dengan sanksi perawatan hingga baku mutu emisi.

Kemudian, pemerintah pusat juga menghentikan pabrik yang berpolusi di daerah Jakarta dan sekitarnya. ”Presiden melalui menteri energi sumber daya manusia harus menghentikan pre mium 88, pertalite 90, solar 48, dan dexlite,” tegasnya.

Dari pihak kepolisian, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya segera menggelar forum lalu lintas untuk mengkaji rencana penerapan ambang batas emisi gas buang bagi kendaraan yang melintas di JORR. Forum lalu lintas akan melibatkan instansi terkait seperti Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Dinas Pekerjaan Umum DKI, Jasa Raharja, Jasa Marga.

Dalam forum tersebut, semua permasalahan yang terjadi di Jakarta nanti akan dikaji dan dicarikan solusinya secara ber sama-sama. "Forum lalu lintas juga membahas permasalahan di Jakarta diantaranya masalah polusi yang disebabkan kendaraan bermotor," ujar Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Yusuf di Jakarta kemarin. (Bima Setiadi/Sri Noviarni/Okezone)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4044 seconds (0.1#10.140)