Lokasi Wisata Seru, Edukatif, dan Kekinian di Jakarta
A
A
A
JAKARTA - Kaum muda di Jakarta kini makin banyak pilihan tempat berwisata kekinian. Selain menawarkan beragam keseruan, tempat-tempat itu juga sangat instagramable, penuh unsur edukatif, kreatif, informatif, dan paling penting tidak menguras isi kantong alias gratis.
Untuk menyinggahi tempat-tempat wisata tadi pun sangat mudah. Selain letaknya yang strategis di tengah kota, untuk menjangkaunya para kaum muda atau yang akrab disebut kaum millennial cukup menumpang bus tingkat gratis yang banyak berseliweran di jalan-jalan utama Ibukota. Setidaknya ada tiga tempat wisata favorit yang kini digandrungi dan layak dijadikan rujukan bagi para kaum millennial. Ketiga tempat itu adalah, Galeri Nasional Indonesia (GNI), Galeri lndonesia Kaya (GIK), dan Perpustakaan Nasional (Perpusnas).
Galeri Nasional Indonesia (GNI)
Meski berupa galeri, suasana lebih segar terasa saat menyambangi Galeri Nasional Indonesia (GNI). Gedung tempat menyimpan barang-barang koleksi seni rupa milik negara sekaligus tempat berpameran ini, kini banyak disambangi para kaum muda khususnya pelajar dan mahasiswa. Ya, mengunjungi dan melihat-lihat pameran tetap di GNI adalah salah satu hal yang bisa dilakukan kaum muda, untuk mengingat akar sejarah Nusantara lewat seni rupa Indonesia. Apalagi, pihak GNI tidak menetapkan tarif sepeserpun, dan pengunjung pun bebas mengakses seluruh ruang dalam gedung, sepanjang mentaati aturan yang ada.
Pameran tetap adalah satu dari tiga pameran yang ada di GNI, selain pameran temporer dan pameran keliling. Pameran tetap disajikan dengan penataan berdasarkan periodisasi perjalanan seni rupa Indonesia yang terbagi dalam dua bagian besar, yaitu Galeri 1 dan Galeri 2. Secara keseluruhan, ruang pameran tetap terdiri atas 13 ruang dengan dilengkapi teks informasi (cetak dan multimedia). Pengunjung dapat mengakses pameran tetap setiap Selasa hingga Minggu (kecuali libur nasional), mulai pukul 09.00-16.00 WIB.
Letak pameran tetap berada di tengah sebelah kiri setelah pintu masuk, persisnya di Gedung B lantai 2. Setelah mengisi buku tamu, petugas akan mengingatkan pengunjung untuk tidak memotret menggunakan flash, dan untuk tetap menjaga jarak dengan karya, minimal setengah meter atau satu ubin dari karya. Selain pameran tetap di gedung B, pengunjung juga bisa mencumbu karya seni rupa yang lebih beragam dan kekinian di ruang pameran temporer, yakni di gedung A, C, dan lantai 1 gedung B. Menggunakan pendekatan artistik, edukatif dan informatif, diharapkan pameran ini lebih banyak pengunjung, terutama dari kalangan muda.
Keseluruhan karya baik yang dipajang di ruang pameran tetap maupun ruang pameran temporer merupakan wujud upaya GNI dalam memberikan layanan edukasi-kultural sekaligus kesempatan bagi publik untuk mengakses, mendapatkan pengetahuan atau informasi, memahami, serta mengapresiasi karya-karya para perupa Indonesia, termasuk mengenal lebih dekat sosok para perupa Indonesia melalui presentasi karyanya. Pameran ini juga diharapkan dapat menjadi destinasi wisata visual bagi publik luas.
Galeri Indonesia Kaya (GIK)
Ruang publik yang berlokasi di West Mall Grand Indonesia lantai 8, ini merupakan yang pertama dan satu-satunya di Indonesia, yang memadukan konsep edukasi dengan digital multimedia untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia khususnya bagi generasi muda, dengan cara yang menyenangkan dan tidak dipungut biaya.
Galeri Indonesia Kaya (GIK) merupakan ruang publik yang didedikasikan untuk masyarakat dan dunia seni pertunjukan Indonesia. GIK juga sebagai wujud komitmen Bakti Budaya Djarum Foundation untuk terus memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan Indonesia khususnya generasi muda agar tidak kehilangan identitasnya sebagai bangsa Indonesia.
Adapun konsep desain di galeri ini mengangkat kekhasan Indonesia dalam kekinian diangkat di dalam interior seperti rotan, motif parang, bunga melati, batok kelapa dan kain batik tulis dari 14 daerah sebagai ornamen. Secara keseluruhan, terdapat 15 aplikasi yang bisa ditemukan di GIK, antara lain: Sapa Indonesia, Video Mapping, Kaca Pintar Indonesia, Jelajah Indonesia, Selaras Pakaian Adat, Melodi Alunan Daerah, Selasar Santai, Ceria Anak Indonesia (Congklak & Egrang), Layar Telaah Budaya (Surface), Arungi Indonesia, Batik Indonesia, Transparant Display Batik, Oculus Rift, dan Area Peraga.
Tempat seluas 635 meter persegi ini juga memiliki auditorium yang didukung fasilitas modern sebagai sarana bagi pelaku seni maupun masyarakat umum untuk menampilkan berbagai kesenian Indonesia dan kegiatan lainnya secara gratis, termasuk pengunjung dan penontonnya. Setiap pelaku seni memiliki kesempatan yang sama untuk menggunakan auditorium, baik untuk latihan maupun pertunjukan. Satu hal menarik dari tempat ini adalah, pengunjung bisa bebas berswafoto, kecuali di auditorium atau ruang pertunjukan. Walaupun diperbolehkan, aturan yang diberlakukan sangat ketat. Ini tak lain agar aktivitas memotret atau merekam tidak mengganggu pertunjukan yang tengah berlangsung.
Gedung Perpustakaan Nasional (Perpusnas)
Gedung 24 lantai di Jalan Merdeka Selatan yang persis berseberangan dengan lapangan IRTI Monas ini, dijamin membuat pengunjung khususnya kaum muda betah berlama-lama. Selain tampilannya yang modern dan kekinian, gedung yang menyimpan koleksi 5 juta buku ini, sangat bersih, rapi, dan nyaman. Rindangnya pepohonan dan taman di sekeliling gedung makin membuat suasana semakin sejuk dan asri.
Sebelum menuju bangunan utama gedung, pengunjung terlebih dahulu melewati bangunan semacam pendopo bercat putih, yang difungsikan layaknya museum. Di tempat ini menampilkan riwayat baca bangsa Indonesia termasuk penjelasan mengenai perkembangan media penulisan seperti daun lontar, gebang, bambu, kayu alim, hingga media kertas. Keluar dari pendopo, ada ruang terbuka hijau dengan tangga lebar menuju gedung utama, yang di kiri kanannya terdapat sejumlah kursi taman yang ditata sedemikian apik, untuk pengunjung duduk santai dan sangat pas untuk berfoto-foto.
Tiba di lobi gedung, terdapat bola dunia raksasa dan deretan lukisan hitam putih presiden Republik Indonesia, mulai dari Sukarno hingga Joko Widodo. Namanya juga perpustakaan, tak heran jika hampir di tiap lantai tersedia buku beserta tempat atau ruang untuk membaca dengan penataan dan pencahayaan yang baik. Beragam buku yang dilengkapi layanan digitalisasi dan komputerisasi di tiap lantai gedung menjadikan Perpusnas menjadi tempat asyik dan tidak membosankan. Istimewanya lagi, hampir semua bagian dalam hingga luar gedung yang dikunjungi sampai 10.000 orang per hari ini (terutama Sabtu) memiliki spot-spot foto yang Instagramable, sehingga memanjakan pengunjung yang ingin berswa foto.
Salah satu spot atau tempat favorit pengunjung berswa foto, adalah bagian tengah aula lobi utama, yang berdiri rak buku menjulang hingga lantai empat dan di atasnya terdapat langit-langit bergambarkan peta Indonesia. Jika merasa belum puas, pengunjung bisa melanjutkan berselfi ria di lantai 24, persisnya di bagian balkon belakang gedung. Di sini, pengunjung bisa berfoto dengan latar belakang gedung-gedung pencakar langit Jakarta. Acara foto-foto juga bisa dilakukan di balkon depan gedung dengan latar belakang tugu Monumen Nasional (Monas).
Demikian tiga tempat wisata edukatif dan kekinian yang kini favorit di kalangan anak muda, dan kiranya tempat serupa juga bisa ditiru atau dibangun di daerah lain di Indonesia. Satu hal agar tempat-tempat wisata tadi makin digandrungi dan tetap lestari, tentunya tak lepas dari peran aktif semua pihak khususnya pemerintah baik pusat maupun daerah, termasuk pastisipasi masyarakat dalam menjaga dan merawat tempat-tempat tadi.
Untuk menyinggahi tempat-tempat wisata tadi pun sangat mudah. Selain letaknya yang strategis di tengah kota, untuk menjangkaunya para kaum muda atau yang akrab disebut kaum millennial cukup menumpang bus tingkat gratis yang banyak berseliweran di jalan-jalan utama Ibukota. Setidaknya ada tiga tempat wisata favorit yang kini digandrungi dan layak dijadikan rujukan bagi para kaum millennial. Ketiga tempat itu adalah, Galeri Nasional Indonesia (GNI), Galeri lndonesia Kaya (GIK), dan Perpustakaan Nasional (Perpusnas).
Galeri Nasional Indonesia (GNI)
Meski berupa galeri, suasana lebih segar terasa saat menyambangi Galeri Nasional Indonesia (GNI). Gedung tempat menyimpan barang-barang koleksi seni rupa milik negara sekaligus tempat berpameran ini, kini banyak disambangi para kaum muda khususnya pelajar dan mahasiswa. Ya, mengunjungi dan melihat-lihat pameran tetap di GNI adalah salah satu hal yang bisa dilakukan kaum muda, untuk mengingat akar sejarah Nusantara lewat seni rupa Indonesia. Apalagi, pihak GNI tidak menetapkan tarif sepeserpun, dan pengunjung pun bebas mengakses seluruh ruang dalam gedung, sepanjang mentaati aturan yang ada.
Pameran tetap adalah satu dari tiga pameran yang ada di GNI, selain pameran temporer dan pameran keliling. Pameran tetap disajikan dengan penataan berdasarkan periodisasi perjalanan seni rupa Indonesia yang terbagi dalam dua bagian besar, yaitu Galeri 1 dan Galeri 2. Secara keseluruhan, ruang pameran tetap terdiri atas 13 ruang dengan dilengkapi teks informasi (cetak dan multimedia). Pengunjung dapat mengakses pameran tetap setiap Selasa hingga Minggu (kecuali libur nasional), mulai pukul 09.00-16.00 WIB.
Letak pameran tetap berada di tengah sebelah kiri setelah pintu masuk, persisnya di Gedung B lantai 2. Setelah mengisi buku tamu, petugas akan mengingatkan pengunjung untuk tidak memotret menggunakan flash, dan untuk tetap menjaga jarak dengan karya, minimal setengah meter atau satu ubin dari karya. Selain pameran tetap di gedung B, pengunjung juga bisa mencumbu karya seni rupa yang lebih beragam dan kekinian di ruang pameran temporer, yakni di gedung A, C, dan lantai 1 gedung B. Menggunakan pendekatan artistik, edukatif dan informatif, diharapkan pameran ini lebih banyak pengunjung, terutama dari kalangan muda.
Keseluruhan karya baik yang dipajang di ruang pameran tetap maupun ruang pameran temporer merupakan wujud upaya GNI dalam memberikan layanan edukasi-kultural sekaligus kesempatan bagi publik untuk mengakses, mendapatkan pengetahuan atau informasi, memahami, serta mengapresiasi karya-karya para perupa Indonesia, termasuk mengenal lebih dekat sosok para perupa Indonesia melalui presentasi karyanya. Pameran ini juga diharapkan dapat menjadi destinasi wisata visual bagi publik luas.
Galeri Indonesia Kaya (GIK)
Ruang publik yang berlokasi di West Mall Grand Indonesia lantai 8, ini merupakan yang pertama dan satu-satunya di Indonesia, yang memadukan konsep edukasi dengan digital multimedia untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia khususnya bagi generasi muda, dengan cara yang menyenangkan dan tidak dipungut biaya.
Galeri Indonesia Kaya (GIK) merupakan ruang publik yang didedikasikan untuk masyarakat dan dunia seni pertunjukan Indonesia. GIK juga sebagai wujud komitmen Bakti Budaya Djarum Foundation untuk terus memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan Indonesia khususnya generasi muda agar tidak kehilangan identitasnya sebagai bangsa Indonesia.
Adapun konsep desain di galeri ini mengangkat kekhasan Indonesia dalam kekinian diangkat di dalam interior seperti rotan, motif parang, bunga melati, batok kelapa dan kain batik tulis dari 14 daerah sebagai ornamen. Secara keseluruhan, terdapat 15 aplikasi yang bisa ditemukan di GIK, antara lain: Sapa Indonesia, Video Mapping, Kaca Pintar Indonesia, Jelajah Indonesia, Selaras Pakaian Adat, Melodi Alunan Daerah, Selasar Santai, Ceria Anak Indonesia (Congklak & Egrang), Layar Telaah Budaya (Surface), Arungi Indonesia, Batik Indonesia, Transparant Display Batik, Oculus Rift, dan Area Peraga.
Tempat seluas 635 meter persegi ini juga memiliki auditorium yang didukung fasilitas modern sebagai sarana bagi pelaku seni maupun masyarakat umum untuk menampilkan berbagai kesenian Indonesia dan kegiatan lainnya secara gratis, termasuk pengunjung dan penontonnya. Setiap pelaku seni memiliki kesempatan yang sama untuk menggunakan auditorium, baik untuk latihan maupun pertunjukan. Satu hal menarik dari tempat ini adalah, pengunjung bisa bebas berswafoto, kecuali di auditorium atau ruang pertunjukan. Walaupun diperbolehkan, aturan yang diberlakukan sangat ketat. Ini tak lain agar aktivitas memotret atau merekam tidak mengganggu pertunjukan yang tengah berlangsung.
Gedung Perpustakaan Nasional (Perpusnas)
Gedung 24 lantai di Jalan Merdeka Selatan yang persis berseberangan dengan lapangan IRTI Monas ini, dijamin membuat pengunjung khususnya kaum muda betah berlama-lama. Selain tampilannya yang modern dan kekinian, gedung yang menyimpan koleksi 5 juta buku ini, sangat bersih, rapi, dan nyaman. Rindangnya pepohonan dan taman di sekeliling gedung makin membuat suasana semakin sejuk dan asri.
Sebelum menuju bangunan utama gedung, pengunjung terlebih dahulu melewati bangunan semacam pendopo bercat putih, yang difungsikan layaknya museum. Di tempat ini menampilkan riwayat baca bangsa Indonesia termasuk penjelasan mengenai perkembangan media penulisan seperti daun lontar, gebang, bambu, kayu alim, hingga media kertas. Keluar dari pendopo, ada ruang terbuka hijau dengan tangga lebar menuju gedung utama, yang di kiri kanannya terdapat sejumlah kursi taman yang ditata sedemikian apik, untuk pengunjung duduk santai dan sangat pas untuk berfoto-foto.
Tiba di lobi gedung, terdapat bola dunia raksasa dan deretan lukisan hitam putih presiden Republik Indonesia, mulai dari Sukarno hingga Joko Widodo. Namanya juga perpustakaan, tak heran jika hampir di tiap lantai tersedia buku beserta tempat atau ruang untuk membaca dengan penataan dan pencahayaan yang baik. Beragam buku yang dilengkapi layanan digitalisasi dan komputerisasi di tiap lantai gedung menjadikan Perpusnas menjadi tempat asyik dan tidak membosankan. Istimewanya lagi, hampir semua bagian dalam hingga luar gedung yang dikunjungi sampai 10.000 orang per hari ini (terutama Sabtu) memiliki spot-spot foto yang Instagramable, sehingga memanjakan pengunjung yang ingin berswa foto.
Salah satu spot atau tempat favorit pengunjung berswa foto, adalah bagian tengah aula lobi utama, yang berdiri rak buku menjulang hingga lantai empat dan di atasnya terdapat langit-langit bergambarkan peta Indonesia. Jika merasa belum puas, pengunjung bisa melanjutkan berselfi ria di lantai 24, persisnya di bagian balkon belakang gedung. Di sini, pengunjung bisa berfoto dengan latar belakang gedung-gedung pencakar langit Jakarta. Acara foto-foto juga bisa dilakukan di balkon depan gedung dengan latar belakang tugu Monumen Nasional (Monas).
Demikian tiga tempat wisata edukatif dan kekinian yang kini favorit di kalangan anak muda, dan kiranya tempat serupa juga bisa ditiru atau dibangun di daerah lain di Indonesia. Satu hal agar tempat-tempat wisata tadi makin digandrungi dan tetap lestari, tentunya tak lepas dari peran aktif semua pihak khususnya pemerintah baik pusat maupun daerah, termasuk pastisipasi masyarakat dalam menjaga dan merawat tempat-tempat tadi.
(thm)