Macet di Bogor Kian Parah, Pelebaran Jembatan Ottista Jadi Prioritas
A
A
A
BOGOR - Pemkot Bogor berencana melakukan pelebaran Jembatan Ottista untuk mengatasi kemacetan di pusat kota yang semakin parah, khususnya di lingkar Kebun Raya dan Istana Bogor (Jalan Ir H Juanda-Jalak Harupat-Pajajaran-Ottista).
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, jembatan yang berada di Jalan Otto Iskandar Dinata (Ottista) selama ini menjadi salah satu penyebab kemacetan sejak Sistem Satu Arah (SSA) diberlakukan pada 2016. Pasalnya penyempitan Jalan Ottista lantaran kondisi bottle neck (leher botol) tepat di jembatan tersebut."Bantuan Rp200 miliar dari Provinsi Jawa Barat nanti Insya Allah akan dipergunakan buat beresin Jembatan Ottista juga pada 2020 mendatang," kata Dedie pada Selasa (16/7/2019).
Tak hanya itu, lanjut dia, anggaran tersebut juga akan dipergunakan untuk infrastruktur lainnya yakni peningkatan Jalan Suryakencana, pembangunan alun-alun Kota Bogor (eks Taman Topi), penataan Kawasan Wisata Situ Gede, sarana prasaran dan fasilitas kesehatan lainnya. Menurutnya, kemacetan di pusat kota itu solusinya diperlebar, pasalnya bukan hanya Jalan Ottista tapi semua titik kemacetan juga harus dilakukan pelebaran.
"Yang jelas kita sudah ajukan dana baik ke pusat maupun provinsi, itu bagian dari solusi yakni jalan-jalan harus diperlebar. Untuk pelebaran di Ottista, ada pembebasan lahan, tepatnya di sisi kiri jembatan/jalan," ungkapnya.
Dia melanjutkan, pelebaran Jembatan Otista memang sudah mendesak dilakukan. Bahkan Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto sempat menyebutkan, pelebaran jembatan akan dilakukan tahun ini. "Namun, rencana tersebut urung dilakukan karena anggaran bantuan provinsi yang seharusnya turun pada 2019 mendadak batal tanpa alasan yang jelas. Insya Allah tahun depan. Prosesnya akan dikawal terus. Kita tunggu anggaran turun dari provinsi," tandasnya.
Berdasarkan pantauan, kemacetan di lingkar Kebun Raya Bogor atau ruas jalan yang diberlakukan SSA saat ini kondisinya semakin parah. Bahkan hampir tak mengenal waktu (pagi, siang, sore dan malam hari). Selain karena meningkatnya volume kendaraan juga disebabkan adanya bottle neck Jembatan Ottista dan keluar masuk kendaraan dari dan menuju kawasan Kebun Raya Bogor.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Bogor, Theofilio Patrocinio Freitas menuturkan, ada beberapa kawasan rawan macet yang memang solusinya ada pelebaran jalan. Baik, Jalan KS Tubun, Jalan Tajur, Jalan otista, Simpang Empang, Simpang Yasmin, dan Simpang Semplak.
"Kemacetan terjadi karena ada penyempitan jalan atau pertemuan arus. Jalan di Kota Bogor kan segitu-gitu aja, sementara volume kendarannya terus meningkat," tuturnya. Menurutnya, satu-satunya solusi kemacetan yang terjadi di Kota Bogor adalah pelebaran jalan. Sejauh ini, jalanan di Kota Bogor memang tidak terlalu besar dan sulit untuk ditambah.
"Jadi jalannya ya itu-itu saja. Kota Bogor kan wilayahnya kecil, jalan yang sudah ada susah untuk diperlebar, sementara yang naik kendaraan semakin banyak" ucapnya.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, jembatan yang berada di Jalan Otto Iskandar Dinata (Ottista) selama ini menjadi salah satu penyebab kemacetan sejak Sistem Satu Arah (SSA) diberlakukan pada 2016. Pasalnya penyempitan Jalan Ottista lantaran kondisi bottle neck (leher botol) tepat di jembatan tersebut."Bantuan Rp200 miliar dari Provinsi Jawa Barat nanti Insya Allah akan dipergunakan buat beresin Jembatan Ottista juga pada 2020 mendatang," kata Dedie pada Selasa (16/7/2019).
Tak hanya itu, lanjut dia, anggaran tersebut juga akan dipergunakan untuk infrastruktur lainnya yakni peningkatan Jalan Suryakencana, pembangunan alun-alun Kota Bogor (eks Taman Topi), penataan Kawasan Wisata Situ Gede, sarana prasaran dan fasilitas kesehatan lainnya. Menurutnya, kemacetan di pusat kota itu solusinya diperlebar, pasalnya bukan hanya Jalan Ottista tapi semua titik kemacetan juga harus dilakukan pelebaran.
"Yang jelas kita sudah ajukan dana baik ke pusat maupun provinsi, itu bagian dari solusi yakni jalan-jalan harus diperlebar. Untuk pelebaran di Ottista, ada pembebasan lahan, tepatnya di sisi kiri jembatan/jalan," ungkapnya.
Dia melanjutkan, pelebaran Jembatan Otista memang sudah mendesak dilakukan. Bahkan Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto sempat menyebutkan, pelebaran jembatan akan dilakukan tahun ini. "Namun, rencana tersebut urung dilakukan karena anggaran bantuan provinsi yang seharusnya turun pada 2019 mendadak batal tanpa alasan yang jelas. Insya Allah tahun depan. Prosesnya akan dikawal terus. Kita tunggu anggaran turun dari provinsi," tandasnya.
Berdasarkan pantauan, kemacetan di lingkar Kebun Raya Bogor atau ruas jalan yang diberlakukan SSA saat ini kondisinya semakin parah. Bahkan hampir tak mengenal waktu (pagi, siang, sore dan malam hari). Selain karena meningkatnya volume kendaraan juga disebabkan adanya bottle neck Jembatan Ottista dan keluar masuk kendaraan dari dan menuju kawasan Kebun Raya Bogor.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Bogor, Theofilio Patrocinio Freitas menuturkan, ada beberapa kawasan rawan macet yang memang solusinya ada pelebaran jalan. Baik, Jalan KS Tubun, Jalan Tajur, Jalan otista, Simpang Empang, Simpang Yasmin, dan Simpang Semplak.
"Kemacetan terjadi karena ada penyempitan jalan atau pertemuan arus. Jalan di Kota Bogor kan segitu-gitu aja, sementara volume kendarannya terus meningkat," tuturnya. Menurutnya, satu-satunya solusi kemacetan yang terjadi di Kota Bogor adalah pelebaran jalan. Sejauh ini, jalanan di Kota Bogor memang tidak terlalu besar dan sulit untuk ditambah.
"Jadi jalannya ya itu-itu saja. Kota Bogor kan wilayahnya kecil, jalan yang sudah ada susah untuk diperlebar, sementara yang naik kendaraan semakin banyak" ucapnya.
(whb)